Chereads / Seonsaengnim, Saranghaeyo / Chapter 13 - 13. Baikan

Chapter 13 - 13. Baikan

Ha Wook's pov

Mataku terpejam saat merasa kakiku menjegal seseorang dan kami terjatuh bersama. Kardus yang ku bawa terlempar ke atas dan kertas-kertas di dalamnya bertebaran seperti kelopak-kelopak bunga di musim gugur. Aku jatuh tepat di atas Ha Seonsaeng dan dengan indahnya aku memeluk tubuhnya.

Sial!

Kenapa aku mengalami adegan seromantis ini? Disaat aku berusaha melepaskannya untuk Ra Im Eonni.

Aku jadi menyesal menolak bantuan dari Eun Jo dan Ma Tae, harusnya aku biarkan saja mereka berdua membuang sampah kertas yang menumpuk dalam kardus. Jika seperti ini aku tidak bisa move on kan.

"Ha Wook-a!"

"Seonsaengnim!"

Aku segera duduk di lantai dan menunduk, sungguh jantungku tak lagi bisa dikontrol. "Gwenchana?" Aku mengangguk menjawab pertanyaan Bok Hae. Teman-teman yang lain membersihkan kertas-kertas yang bertebaran.

"Seonsaengnim, Jeosonghabnida (Pak, maafkan saya)."

"Gwaenchana." Ha Seonsaeng berdiri dari duduknya, ia tersenyum dan membantuku berdiri. "Seharusnya kau tidak membawa barang ini sendirian." Ha Seonsaeng mengambil kardus yang sudah penuh kembali dengan kertas.

"Saya bantu, Seonsaengnim." kata Seok Jin.

"Oke." Mereka berdua berjalan ke tempat sampah di belakang sekolah. Aku mengalihkan pandanganku ke arah teman-temanku yang berdiri di tempat.

"Apa yang kalian lihat? Kembali bekerja!" Mereka gelagapan dan kembali ke pekerjaan masing-masing.

"Kalian juga." kataku pada ketiga sahabatku yang langsung berlari ke taman. Aku memijat kening dan menghela napas panjang berulang kali. Apa aku tidak diizinkan move on?

#

17:00 KST

Aku berjalan menuju gerbang sekolah, aku sudah menolak semua orang yang menawariku pulang bersama. Bukannya menolak rezeki, aku hanya ingin sendiri dulu. Aku sangat kacau beberapa hari ini, itu sebabnya aku tidak mau diganggu. Takutnya aku lepas kendali dan marah-marah pada mereka.

Tin

Tin

Tin

Aku menoleh ke arah seseorang yang berada di dalam mobil, ia tersenyum lebar ke arahku dan melambaikan tangannya. Kenapa Ra Im Eonni ada disini? "Masuklah, Ha Wook-a!" aku melangkah ke mobil yang ditumpangi Ra Im Eonni. Ia dengan senangnya menunjuk pintu sebelah, aku mengangguk dan masuk ke dalam.

"Ada apa Eonni?" tanyaku.

Eonni tersenyum lebar, ia menggenggam kedua tanganku. "Terimakasih karena menghibur Jeong Il kemarin lusa. Maaf aku baru bisa menemuimu sekarang, pekerjaanku sangat banyak."

"Eonni tidak perlu berterimakasih."

"Ku lihat kau dan Jeong Il sangat dekat, dia pasti senang pergi denganmu. Dia sering bercerita padaku ingin memiliki adik perempua, dan sekarang keinginannya terwujud."

Adik perempuan? Apa selama ini Ha Seonsaeng hanya menganggapku adiknya? Tapi, adakah kakak yang berciuman dengan adiknya?

"Ha Wook-a." suara Ra Im Eonni membuatku tersentak.

"Ne, Eonni?"

"Aku sempat sedih saat Yoon kembali ke keluarganya, aku takut Jeong Il sendirian. Tapi ternyata tidak, dia mendapatkan bonus keluarga baru. Untuk itu, Eonni meminta satu hal padamu."

"Apa Eonni?"

"Tolong temani Jeong Il agar dia tidak lagi kesepian. Bisakan kau melakukannya? Aku tidak tahu harus mempercayakan ini pada siapa, karena tak ada yang ku percayai. Aku hanya hidup dengan musuh yang menusukku dari belakang. Aku mempercayakannya padamu karena kau adalah adik Jeong Il, dan temanku."

Tidakkah Eonni sadar akulah musuh terbesarnya?

"Oh ya, besok bantu aku menyiapkan kejutan untuknya ya." Aku tersenyum dan mengagguk. Eonni mendekatkan kepalanya padaku. "Besok Jeong Il ulang tahun." Aku mengangguk saja.

"Kalian membicarakan apa?" Tiba-tiba Ha Seonsaeng melongokkan kepalanya di jendela pengemudi yang artinya tepat di belakang Ra Im Eonni.

"Jagiya, kau membuatku terkejut." Ra Im Eonni tersenyum lebar ke arah Ha Seonsaeng dan menyematkan kecupan di pipinya. Aku mengalihkan pandanganku dari adegan yang sangat menyakitkan ini.

Kenapa mereka berkencan tak tahu tempat?

Aku mengeluarkan ponsel dari sakuku, ku lihat Oppa mengirimkan pesan padaku. Mataku membulat sempurna melihat isinya.

Oppa💞

Pulanglah dengan Hyung.

Kita menginap disana 3 hari.

Oppa sudah membawa semua perlengkapanmu.

Mendadak sekali. Apa Oppa juga ambil bagian dalam acara surprise untuk Ha Seonsaeng?

"Bisakah aku membawa Ha Wook pulang? dia dan Yoon akan menginap di rumahku."

"Ah benarkah? Wah, pasti seru sekali." Aku menoleh ke arah Ra Im Eonni dan Ha Seonsaeng. "Sayang sekali aku tidak bisa ikut, aku harus menggantikan piket Kim Sunbae besok." Tangan Ha Seonsaeng terulur dan mengacak rambut Ra Im Eonni.

Benarkah Ha Seonsaeng tidak menyukai Eonni? Semua orang tak akan percaya jika melihat perlakuan seperti ini.

"Ayo, Ha Wook. Kita pulang, Yoon sudah menunggu di rumah." Aku membuka pintu mobil dan keluar. Ha Seonsaeng berjalan mendekatiku dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya.

"Aku akan menunjukkan padamu bakat terpendamku. Aku bisa masak masakan Indonesia!" katanya penuh semangat.

"Jangan mendekat Seonsaengnim! Aku masih marah!" aku mendorongnya menjauh dariku, tak lupa tatapan mematikan ku berikan padanya.

Tiba-tiba Ha Seonsaeng berdiri di depanku setengah berjongkok dan memegang kedua telinganya. "Maafkan aku. Ku mohon maafkan aku. Jangan marah padaku, Ha Wook. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi." Tegakah aku menabaikan wajah sendu Ha Seonsaeng?

Tentu saja tidak.

Amarah juga kekesalanku selama 2 hari ini luruh seketika.

"Baiklah, aku mau memaafkan Seongsaengnim. Tapi dengan satu syarat."

"Katakan saja, apapun akan ku lakukan."

"Bantu aku mengerjakan tugas Bahasa Korea."

#

22:00 KST

Aku menguap entah ke berapa kalinya, mataku masih tertuju pada buku paket Bahasa Korea yang sepenuhnya hangul. Sebenarnya aku menguap bukan karena buku paket ini, tapi karena sop ayam yang dimasak Ha Seonsaeng. Ya, sop ayam itu sangat lezat seperti buatan Appa.

"Bagaimana? Sudah mengerti?" Aku menoleh ke arah Ha Seonsaeng yang meletakkan pulpennya. Pandanganku teralih ke buku paket yang sudah dicoret dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Aku melengkungkan bibirku ke bawah dan menggeleng.

Ha Seonsaeng menghela napas panjang, "Salin dulu hasil terjemahan ini." Ia meletakkan kepalanya di meja belajar dan memejamkan matanya. Aku belum mengerti bukan salahku, kan?

"Ne, Seonsaengnim." Aku menulis hasil terjemahan Ha Seonsaeng, sebenarnya aku sedikit bingung namun tidak tega bertanya padanya.

Baiklah, Ha Wook kerjakan sebisamu!

Aku fokus menulis, lebih cepat lebih baik. Aku ingin segera selesai dan menikmati empuknya kasur di kamar tamu rumah Ha Seonsaeng.

Beberapa menit kemudian, aku mendengar dengkuran halus. Aku menaikkan kedua alisku saat melihat Ha Seonsaeng memejamkan matanya. Aku menggoyangkan tanganku tepat di depan matanya, tidak ada pergerakan apapun.

Ha Seonsaeng tidur!

Aku meletakkan kepalaku di meja dan mataku masih memandangnya. Tanganku terulur menyentuh pipinya dan mengelusnya perlahan. Ha Seonsaeng pasti lelah hari ini, tapi tetap mau mengajariku hingga malam hari.

"Seonsaengnim, Saranghaeyo."