Kaila menarik napas dalam dan membuang perlahan. Tangannya masih mengaduk kopi di depannya dan memasang raut wajah datar. Sudah lima belas menit dia berada di sana, melakukan hal yang sama untuk melupakan kejenuhannya. Hinga dia mengalihkan pandangan dan menatap jalanan.
Sepi. Jarang sekali orang melintas di café tersebut. Meskipun ada, hanya beberapa orang dan juga mahasiswa atau mahasiswi. Tidak ada orang kantoran yang melintas di sana. Kali ini memang jam kerja, wajar jika tidak terlalu ramai. Biasanya. Café tersebut ramai dengan orang yang beristirahat dan melupakan mengenai beban kerja yang mereka pikul selama seharian. Hingga sebuah mobil berhenti di depan café, membuat Kaila mengulas senyum lebar.
"Akhirnya dia datang," gumam Kaila dengan penuh kebahagiaan dan raut wajah penuh kemenangan.
Aku tahu kamu pasti datang, Daniel. Aku tahu kamu masih menyukaiku, batin Kaila dengan penuh percaya diri.