aku adalah anak yg paling bungsu dari 2 bersaudara dan lumayan manja, ayah dan ibu adalah seorang petani.
paham akannya menjalani hidup itu rumit dari kejadian yg sangat pahit, waktu itu aku masih kls 2 SMA, tepat pada hari sabtu menghadiri pembukaan turnamen dikampung kawan kelas dan pada saat sampai tujuan selesai keliling-keliling kampung aku dikabarkan saudara dari kampung ku bahwa ayah mengalami kecelakaan "ayahmu kecelakaan" ucap sepupu dari sms, "kw pasti berbohong" balas ku.
sore aku memastikan yg sebenar nya
mengajak kawan ku untuk tidak menginap di kampungnya, kami pun pulang. anehnya aku yg tidak pernah main sejauh itu ntah kenapa pada hari itu aku mau diajak.
sesampai dirumah aku disambut keluarga ku dan aku tidak melihat ayah dan ibuku, sontak mereka berkata "yg sabar nak ayah mu pasti selamat, mereka dlm perjalana kerumah sakit" aku tak menjawab, bergegas lari kekamar dan aku menangis "ayak jangan pergi" berkata seorang diri. keesokan harinya diberi kabar akan dirujuk ke RS. Antonius, Pontianak. Beberapa bulan ditinggal aku tinggal bersama Tante dan sempat menjadi kuli dikampung sebelah untuk mencari biaya pendaftara. selesai dari bangku SMA aku tidak bisa melanjutkan keperguruan tinggi karena tidak ada biaya dan kakak ku yaitu Amon baru tahun pertama mencari pekerjaan didaerah Tayan. Selama 2 tahun tiga kali bolak-balik Pontianak-Sintang untuk pengobatan ayah, membantu ibu merawat kebun karet dan berladang untuk mencari makan dan biaya berpergian Ptk-Stg sedangkan bg Amon bekerja untuk biaya pengobatan ayah. selama itu lah aku sadar tidak ada yg tidak mungkin dalam hidup, disisi lain ada yg mengatakan "kw bekerja seperti layaknya orang tua dan sudah cocok jadi peladang/petani", aku hanya bisa tersenyum
entah itu pujian atau hinaan
setelah kondisi ayah mulai membaik walaupun tak mungkin untuk bekerja lagi.
Awal tahun 2019 ditawarkan "dek mau kuliah gak?" ucap bg Amon
"enggak bg" sontak aku langsung menjawab
Amon; "kenap gak mau kuliah?"
Anton; "malas belajar lagi bg dan yg bantu dikampung siapa coba"
selang beberapa Minggu selama itu pun aku berpikir "memiliki pendidikan mungkin pekerjaan ku tidak seberat sekarang dan pengalam diperantauan sedikit banyaknya pasti ada"
seorang saudara pun tidak mau adiknya tidak memiliki pendidikan yg tinggi. sudah mendekati ajaran baru, bg Amon; "dek mau kuliah atau Ndak?"
Aku; "mau bg".
pendaftara tes aku ditemani bg Amon
puji Tuhan diterima di POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK.
Merasa bersalah sudah banyak membebani orang tua sekarang saudara pun dibebani meskipun mereka tak pernah merasa dibebani, aku yg tak pernah dikekang tampa diminta yg aku butuhkan di beri dan pasti diusahakan oleh mereka. Aku cinta kalian bg, ayah dan ibu tetap sehat kalian.