Chereads / Gladys / Chapter 6 - 5. Terlalu berharap?

Chapter 6 - 5. Terlalu berharap?

Gladys memakai bajunya dengan cepat cepat. Ia berlalu ke kamar dan melihat Dave tengah menatapnya datar. Gladys buru buru masuk ke dan selimut dan membalikkan tubuhnya membelakangi suaminya itu.

Dave tetap memandang sang istri dengan tangan terkepal. Dengan perlahan, ia memasukkan tangan kekarnya dalam balutan baju Gladys. Gadis itu kaget dan langsung menepis tangan Dave.

Namun, pemuda itu tak peduli. Ia mulai menggigit telinga Gladys. Kemudian mencium leher istrinya itu. Gladys sendiri hanya diam karena semakin ia berontak, semakin parah yang akan dibuat Dave.

Pemuda itu membalikkan tubuh Gladys. Dengan dirinya yang di atas, Dave menarik baju tidur milik Gladys hingga tubuh istrinya itu tersingkap karena kancing yang terlepas begitu saja. Dave marah dan sangat marah melihat apa yang di lakukan Gladys.

"Jadi ini balasan kamu? Balasan atas apa yang aku perjuangkan sama kamu?"

Gladys memalingkan wajahnya. Ia tak punya muka untuk berhadapan dengan Dave. Tangannya mulai terkepal sampai akhirnya Dave kembali merobek bajunya hingga ia full tanpa baju. Gladys kaget saat air mata Dave jatuh ke dadanya.

Dengan mengigit bibirnya, Gladys hendak mencium bibir suaminya itu. Namun, Dave menepisnya. Pemuda itu keluar dengan pintu yang di banting sangat kuat.

Gladys benci pernikahan ini.

-/-

"Bi, bapak mana?"

"Ah, bapak udah pergi keluar nyonya"

Gladys mengernyit heran. Kenapa Dave keluar secepat itu? Biasanya pemuda itu bahkan akan menggelayuti dirinya sambil keluar kamar dan membuat dirinya malu karena manja Overload milik pemuda tua itu.

Gadis itu menghela nafas lalu sarapan dengan khidmat. Ia sudah pusing memikirkan banyak hal. Ia tak mau pusing memikirkan yang lain lagi. Biarkan saja pemuda itu merajuk.

-/-

Daniel dan Gladys kini berada di apartemen milik Daniel. Seusai perkuliahan selesai, mereka pergi ke tempat Daniel. Keduanya tengah mengerjakan mata kuliah Kalkulus dengan wajah yang cemberut. Oh, hanya Daniel saja. Kalau Gladys agak santai sih.

"Hancur nilai aku kalau gini" dengus Daniel yang membuat Gladys terkekeh. Gadis itu membuka catatannya yang rapi dan cantik lalu diberikan pada Daniel.

"Aku buat ini biar kamu paham dikit. Ntar kalau gak paham lagi bilang ya"

"Kenapa kasih yang ini? Bedanya sama aku apa?"

"Biasanya kalau kita menghapal trus ngeliat sesuatu yang indah bakalan cepat hapal"

Daniel tersenyum kecil. Lalu ia mendekat pada Gladys. Dengan segera ia meletakkan gadis itu di atas pangkuannya. Gladys gugup saat tangan pemuda itu sudah tak beraturan. Padahal Dave bahkan bisa lebih parah dari ini.

"Kalau gitu mandangin kamu aja. Biar cepat hapal dan bakalan kekal sampai tua"

Gladys terkekeh lalu memukul kepala kekasihnya itu. Iya, kekasih. Keduanya memutuskan menjalin hubungan terlarang dan tak peduli sekitar.

Keduanya kini bahkan berciuman dengan panas padahal masing masing tau bahwa Gladys sudah memiliki suami. Siapa yang bodoh entahlah. Tak peduli akan hal itu. Keduanya hanya menikmati waktu yang mereka punya sekarang.

"Ssh Daniel. Stop it!" lirih Gladys saat pemuda itu sudah terlalu menjelajah berlebihan.

Daniel tak menghentikannya. Pemuda itu bahkan dengan beraninya menimpa tubuh milik Gladys sekarang. Keduanya melakukan itu dengan cukup intens. Namun, terpecah saat suara ponsel milik Gladys berbunyi nyaring beberapa kali.

Gladys dengan cepat mengambilnya sat ia tau siapa penelepon itu.

"Iya, Mas? Ada apa?"

"Dimana?" tanya Dave dengan nada datar. Entah kenapa Gladys tak nyaman dengan nada suara itu.

"Emm lagi diluar. Sebentar lagi aku pulang. Kamu tunggu aja"

Ucapan milik Gladys tak di jawabnya. Gladys menghela nafas kasar lalu mendorong Daniel yang masih terbengong. Dengan cekatan, ia memakai kembali bajunya lalu merapikan buku dan laptopnya.

"Kamu mau kemana?"

"Pulang"

Daniel menahan tangan kekasihnya itu. Ia membalikkan tubuh Gladys lalu menatapnya dalam. "Hei hei. Kenapa?"

"Dave udah dirumah. Kayaknya dia lagi marah. Aku harus pulang"

"Kamu ngapain ngurusin dia? Kan kamu yang pengen pernikahan kalian hancur kan?"

Gladys mengernyitkan dahinya. Ia mengepalkan tangannya lalu beranjak keluar apartemen besar nan mewah itu.

"Dys! Kamu denger aku nggak?!"

"SUAMI GUE BUTUH GUE!"

Bentakan itu membuat Daniel mengepalkan tangan miliknya. Dengan segera ia memasukkan kembali Gladys ke dalam apartemen miliknya.

"DANIEL!"

-/-

Sudah jam 3 lebih dan Gladys belum pulang. Ia sudah menelepon istrinya berulang kali. Namun, tak ada jawaban yang terdengar. Dave mondar mandir kesana kemari sembari terus menelepon nomor istrinya tersebut. Ia tak mau mengatakan pada mertuanya karena ia takut di cap tak becus mengurus istrinya itu.

Suara langkah kaki terdengar membuat Dave berdiri tegap. Ia memandang Gladys yang kini menatapnya datar. Dengan cekatan ia memeluk istrinya itu dan menggumamkan kata maaf.

"Maaf buat apa? Aku yang salah"

Dave menggeleng lalu mencium dahi Gladys, "Bukan kamu yang salah. Mas yang gak becus mengurus istri Mas sendiri. Maaf ya"

Gladys tetap memandang datar suaminya itu. Kebaikan apa yang ia buat di masa lalu hingga mendapatkan suami begini? Dia berdosa dan sangat berdosa. Namun, Tuhan dengan baiknya mengirim manusia berhati malaikat ini untuknya.

Seusai Gladys mandi. Ia membuka pintu dan ingin membaringkan dirinya. Terlihat Dave kini tengah bersimpuh dan memanjatkan doa. Mungkin Dave kira Gladys sudah tidur karena gadis itu lama sekali di dalam kamar mandi.

Dengan selimut tebal melingkupi tubuh mungilnya, Gladys mendengarkan apa hang dikatakan suaminya itu.

"Ya Allah, Lindungilah pernikahan kami. Maafkan hamba yang tidak becus mengurus istri hamba sendiri. Maafkan hamba yang tidak bisa menjaga istri hamba"

"Ya Allah, Maafkanlah kesalahan hamba dan istri hamba. Hamba tau apa yang ia lakukan di belakang hamba. Namun, hamba tidak bisa menyalahkannya karena ia tersiksa di pernikahan kami ini"

"Engkau yang maha penyayang ya Allah. Berilah istri hamba kekuatan untuk menjalani pernikahan kami ini. Hamba akan membahagiakan dirinya Ya Allah. Amiin"

Air mata itu tak sanggup di bendung lagi. Mulutnya yang tertutup tangan kini menahan suara itu keluar. Ia mengusap wajahnya lalu pura pura tidur saat Dave sudah di sampingnya.

"Capek ya sayang? Maaf, Mas gak bisa bahagiain kamu. Maaf, Mas gak becus sampai kamu akhirnya memilih selingkuh. Maaf sayang"

Usapan di rambut Gladys membuat gadis itu makin menjadi. Ia meringkuk dan menenggelamkan dirinya dalam selimut tebal itu. Menghiraukan suara merdu dari suaminya saat pemuda itu menggumamkan kata bahwa dirinya mencintai Gladys demi apapun. Gladys hanya diam dan terpekur untuk menghilangkan rasa sesak yang merajai hati dan pikirannya.

Dave adalah definisi pemuda yang di impikan para gadis. Dan dengan bodohnya Gladys tak memilih dirinya dan memegang prinsip bahwa Dave adalah penghancur hidupnya.