" Hooammm ..." aku mencoba merenggangkan badanku dan mengambil jam beker di samping ku .
Aku melihat jam menunjukkan pukul 08.00.
" OH MY GOD ..., nih bener jam segini ? "
Mataku melotot dan aku langsung bangun dari tempat tidur dan keluar dari kamar untuk memastikan kembali bener apa nggak kalau sekarang sudah jam 08.00.
" Whatttsss..!! seriously ..?? kok nggak ada yang bangunin ?? aduuu ..gimana ini, telat parah sih ini. Belum lagi nanti macetnya, mana terkejar lagi ini. "
Aku kebingungan sendiri dan aku langsung menuju ke ruang makan mencari mamaku.
" Mom .., where are u ? " aku teriak mencari mamaku yang tidak keliatan sama sekali batang hidungnya.
Aku pergi ke ruang tamu tapi tak ada, ke luar rumah nggak ada juga.
Akhirnya aku memutuskan untuk mencari Mas Dadang, " Mas Dadang .. "
" Iya non inne. "
" Mama kemana ya ? kok nggak keliatan daritadi ? "
" Ya ampun non.., Non lupa kalau hari ini mama non berangkat ke Jepang. "
Aku mengingat-ingat setelah sekian lama akupun akhirnya mengingatnya.
" Oh iya, Inne lupa. Kok nggak ada yang bangunin Inne sih ? "
" Udah non, tapi ... "
Aku memotong kata-kata Mas Dadang sambil kebingungan sendiri, " Aduhhh Mas..,gimana ini ? Ya udah deh Mas, bilang aja kalau Inne sakit ya. Mau gimana lagi Mas, nggak kan terkejar apalagi Jakarta macet begini. "
Mas Dadang mengangguk dan sepertinya raut wajahnya menahan ketawa karena melihat tingkahku yang kebingungan sendiri.
Aku pun pergi ke ruang makan untuk sarapan dan selesai sarapan aku berencana untuk pergi mandi biar segar dan wangi.
Disaat aku selesai mandi, aku mendengar suara Mas Dadang memanggilku. Akupun menyahut suara Mas Dadang, " Iya bentar Mas. "
Aku keluar kamar dengan handuk yang masih menempel di kepalaku lalu aku turun kebawah, " Ada apa Mas ? "
" Non..,ada yang cari non. "
" Siapa Mas ? Perasaan Inne nggak ada ngundang kawan untuk ke sini deh. "
Di otakku bertanya-tanya siapa yang datang sambil menuju ruang tamu.
Dan sesampainya di ruang tamu, wajahku yang penuh tanya terjawab dengan raut wajah kaget dan mataku langsung melotot.
" Whattsss., Kenan ? "
Kenan menatapku dan tersenyum sambil melambaikan tangannya.
" Gilaaaa ya nih anak ..,ngapain dia kesini ? Darimana dia bisa tau rumah gue ? " batinku penuh dengan pertanyaan.
Aku menghampirinya, " Elo ngapain ke sini ? Dan darimana loe bisa tahu rumah gue ? Jangan-jangan loe mau berbuat jahat ya, Loe mantau rumah gue dari kapan ? Awas aja loe ya. "
Kenan hanya tersenyum tanpa menggubris sedikitpun dari pertanyaanku yang cukup panjang tadi.
Wajah kesalku mulai muncul, " Bagaimana bisa gue ketemu orang yang aneh seperti ini selama hidup gue coba. "
Kenan menarik tanganku menuju halaman rumah, spontan aku kaget dan mikir yang aneh-aneh tentang nih anak.
" Kennnaaannn.., apa-apaan sih loe ? Sakit tau, loe mau bawa gue kemana? " Karena aku rasa kesalku sudah diubun-ubun akupun memukulnya tapi nggak sampai merah kok, hehehe.
" Hahahaha .., lucu juga ya loe kalau udah kesal sampai merah wajah loe nih. "
Kenan memegang wajah gue yang merah, " Jangan marah-marah, entar cepet tua. Loe kenapa nggak masuk ? "
" Berani ya loe megang-megang gue. Suka-suka gue dong mau masuk apa nggak. "
" Kan loe anak baru. Lahh .., nggak apa-apa dong. Kan nggak ada pacar kan ? "
Aku menatapnya tajam dan menjawabnya dengan ketus, " Gue kesiangan bangunnya, dan kalau gue ada pacar gimana ? "
Kenan tertawa, " Nggak apa-apa juga kan sebelum garis kuning melengkung, jadi nggak ada masalah dong. "
Aku tambah melototkan mataku sambil menggerutu geram rasanya males kalau terus-terusan berdebat sama nih orang.
" Berarti nggak ada kan ? buktinya diam. Udah yuk ikut gue. " Kenan tambah tersenyum lebar dan tanpa basa basi menggandeng tanganku.
Aku hanya diam tak berkutik saking nggak mau berdebat sama Kenan anak aneh yang entah gimana ceritanya bisa ketemu nih orang.
" Ayooo, pakai helmnya. "
Aku hanya diam menatap dia tajam dengan wajah yang kesal. Kenan langsung mengambil helmnya dan memasangkannya di kepalaku.
Kenanpun membawaku pergi entah kemana Kenan mau membawaku.
" Keennnaann..,bisa nggak sih bawa motornya pelan-pelan ? "
" Apaaaa?? Gue nggak dengar. "
" BAWA MOTORNYA PELAN-PELAN BISA NGGAK..??? "
Kenan hanya tersenyum, " Kalau nggak mau jatuh pegangan makanya. "
Terpaksa tanganku memeluknya daripada jatuh, " Loe tuh ya mencari kesempatan aja. "
Kenan hanya tersenyum merasa dirinya menang hari ini. Aku hanya diam sepanjang jalan karena ulah Kenan yang seenak jidatnya bawa motor dengan ngebut.
Hingga akhirnya, kamipun tiba di suatu tempat yang membuat mataku terbelalak untuk turun dari motor tanpa peduli lagi Kenan menyuruhku untuk turun apa tidak, " Oh my gooddd.., cantik banget. "
" Suka..? terkesima ya ? " Kenan datang membuyarkan mataku yang membuat hati tenang.
Aku menatap Kenan dengan datar, " Biasa aja. "
Kenan tertawa kecil melihat tingkahku yang menurutnya lucu, " Maaayaaa..Maayaaa, ini yang buat gue suka sama loe, tingkah loe kocak. "
Aku tak menggubris kata-kata Kenan barusan, aku justru beranjak pergi dari tempat dia dan aku duduk di dekat pohon yang cukup besar dan rindang.
Kenan menyusulku dan duduk di sebelahku sambil menyodorkan permen gula kesukaanku, " Nihh ..,buat loe. "
" Wahhh..,ini sih kesukaan gue. " Aku mengambilnya dengan wajah ceria dan setelah sadar aku memasang raut wajah datar dan mengembalikannya.
Kenan heran dan tertawa kecil, " Kenapa dibalikin ? Ini kan kesukaan loe, tenang aja . Gue ikhlas kok belinya karena pakai hati. "
Aku hanya diam tanpa peduli sedikitpun.
" Apa perlu gue yang buka ? "
Kenan pun membuka permen gulanya dan menyodorkannya ke mulutku. Akupun menerimanya, entah kenapa aku menerimanya, " Makasih ya tapi bukan berarti gue terkesima sama loe. "
Kenan hanya tertawa melihat tingkah gue, " Lucu banget sih loe. "
Aku menatapnya datar dan berdiri, " Balik yuk, udah mau magrib nih. "
" Jangan duluuu .., gue mau kasih tunjuk loe sesuatu. "
Kenan menahanku kali ini dengan lembut tanpa kasar sedikitpun.
" Udah malam nih Kenan. " Aku tetap pada pendirianku.
" Sebentar aja..,temenin gue. Gue lagi males pulang ke rumah. Gue juga mau nunjukkin loe. " Kali ini entah kenapa Kenan berkata dengan lembut membuatku tersentuh.
" Kenapa nih anak ? Tiba-tiba kok jadi melow begini ? Angin apa yang menimpanya ? Anak aneh ..anak aneh. "
Akupun duduk lagi dan menemaninya, " Mau kasih tunjuk apa ? "
" Ayoo ikut gue. " Kenan menarikku dan membawaku ke sebuah gedung yang cukup besar. Dan ternyata disana banyak terdapat teropong bintang.
" Wawww.., bagus banget. " Wajah ceriaku muncul dan aku langsung memegang teropong bintang dan mengarahkannya ke langit. Aku melihat bintang-bintang berkelap kelip dengan jelas dari teropong ini.
Kenan hanya tersenyum melihat tingkahku yang ceria sekarang ini. " Suka ..? Gue kalau lagi galau atau hati gue lagi hancur, gue selalu ke sini. Ini tempat favorit gue. "
Kenan sedikit curhat tapi aku tak menggubris kata-katanya barusan karena sibuk sendiri dengan teropong bintang ini.
" Coba deh loe kesini.., bagus banget bintangnya. "
Kenan datang menghampiriku, " Iya bagus, seperti loe. Dan caranya gini kalau loe mau di dekatkan biar berasa dekat antara loe dan bintang. "
Aku menatapnya dan tersenyum, " Kalau ke sini lagi ajak-ajak ya. "
" Ok, gampang itu. " Kenan menjawabnya dengan senang.
Sesudah aku puas melihat bintang, " Yuk pulang, udah malam nih. "
Kenan mengangguk dan kamipun pergi pulang.
" Makasih ya. " Teriak Kenan saat aku membuka pagar rumah.
Aku membalikkan badan, " Makasih buat apa ? "
" Sudah mau temenin gue seharian. " Kenan tersenyum kecil.
" Iya, sama-sama. Gue masuk ya, loe pulang sana. Hati-hati dijalan. "
Kenan tersenyum, " Iya, perhatian amat. Loe masuk aja dulu baru gue pulang, gue mau mastiin loe aman apa tidak. "
Aku tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala dengar perkataannya barusan.
Akupun pergi masuk ke rumah dan masuk ke kamar. Aku membersihkan diri lalu aku langsung membaringkan tubuhku di kasur.
" Capek banget rasanya seharian nemenin anak aneh Kenan. "
" Tapi kalau diliat-liat tuh anak ada baiknya juga, nggak nyebelin terus. Bodo ahhh .., aku tetap benci sama tuh cowo yang super duper aneh. "
Saat aku mengingat Kenan, aku langsung menangkis pikiranku yang berhati malaikat menilai Kenan bahwa dia mempunyai sisi yang baik. Aku memilih untuk memejamkan mataku hingga aku tertidur lelap karena besok hari dimana aku masih mospek untuk terakhir kalinya.