Chapter 2 - BAB 2

Ruang kelas itu ditempati oleh banyak orang, namun tak satupun berbicara. Fokus mereka berada diantara remaja perempuan di depan kelas dan wanita yang tengah berbicara dengan suara kecil padanya.

Mereka tentu mengenal siapa yang berada di depan, tapi mereka tidak dapat menebak apa isi pembicaraan itu walaupun mereka pemasaran. Karena selain suara dosen mereka yang di perkecil, wajah remaja pun tak terlihat karena dirinya menunduk.

"Baiklah." Satu suara dari sang profesor menarik mereka kembali.

Su Yan, remaja yang tadi berbicara dengannya kembali ke tempatnya. Sementara Profesor itu melanjutkan ucapannya. "Bagaimana dengan projek yang lain? Apa projek ini yang terakhir?"

Seorang mahasiswi yang tak jauh darinya berdiri membalas dengan cepat.

"Ya, profesor. Ini sudah semua."

Wanita itu mengangguk halus. "Baik. Sampai disini saja. Jangan lupa perwakilan untuk membawakan makalah ke meja saya."

Selama penutupan kelas, Su Yan yang duduk di paling belakang menatap kosong mejanya. Tempat yang sama saat ia meletakan projeknya sebelum dikumpulkan. Dengan helaan kecil ia menopang satu pipinya dan menoleh keluar dari jendela, lurus pada lapangan kampus.

Lapangan itu luas, dan ada beberapa orang tengah memakainya. Ia tak mengenal satupun orang disana, namun sedikitnya tau bahwa mereka berasal dari kelompok atlet jurusannya.

Jurusan Bisnis mereka tak memiliki banyak atlet, namun orang yang berdiri di lapangan itu berbeda. Mereka adalah rumput kampus dan orang-orang generasi kedua.

"Sungguh bersemangat" bisik Su Yan lirih.

Sesuatu di sakunya bergetar, mengalihkan perhatiannya dari mereka yang di luar. Sebuah pesan masuk tertera di layar ponselnya, tertera juga nama sang pengirim.

Sudut bibirnya terkait saat membaca teks di dalamnya. Dengan cepat menyambar semua barangnya, ia berjalan keluar.

Di lorong yang tak terdapat banyak orang, kaki-kakinya melangkah sedikit lebih cepat. Sekali ia menyenggol seseorang, namun segera membungkuk untuk mementa maaf dan pergi.

_Brak!_

"Hei."

"Astaga apa yang runtuh!"

"..."

Menatap kearah pintu, remaja yang sebelumnya melompat dan menjatuhkan makanannya karena di kagetkan kini hitam.

"Baik, apa yang salah denganmu Yanyan. Beri aku waktu untuk menjadi tua perlahan oke."

Su Yan yang berdiri kikuk setelah membuka (membanting) pintu menumbuhkan rasa bersalah di matanya sebelum menghilang.

Tatapannya jatuh pada orang lain yang berada di ruangan itu. "Apa hari ini kita latihan?"

"Latihan apa, Istirahat sebentar.". Kelopak mata Su Yan terkulai, bibir bawahnya digigit, kepalanya sedikit ditundukan. Memberi ilusi pada yang lain bahwa mereka membulinya.

Tujuh pasang mata memandang satu orang, membuat orang itu merasa tak berdaya. Ia hanya ingin menjawab, oke.

Setelah kecanggungan beberapa menit, seseorang membuka mulutnya.

"Kenapa masih berdiri disana? Su Yan, kau bisa memulainya sendiri. Yang lain juga belum datang, biarkan kita santai disini terlebih dulu."

Bagai tak terjadi apapun sebelumnya, kepala Su Yan terangkat dan memperlihatkan wajah ramahnya yang biasa, namun sedikit kekanakan melintas di matanya.

Sementara Su Yan menyetel soundspeaker, beberapa orang yang tadi berbicara dengannya sedikit berbincang.

"Lihat, dia sampai sekitar 8 sampai 10 menit setelah di beritahu. Sekarang, mana uangku. Aku lapar." Dagunya terangkat ketika berbicara.

Beberapa hanya mendengus dan membayarnya, beberapa sedikit protes.

Teman A : "Kau sengaja bukan, jangan menggeleng. Yi Yuan, kau picik."

Teman D : "Tak tau malu."

Yi Yuan menunjuk wajah teraniaya. "Bagaimana mungkin lotus sepertiku berbuat begitu."

"Lotus pei!"

Puas membuat temannya marah, Yi Yuan mengalihkan pembicaraan sembari memakan cemilannya. "Menurut kalian, kenapa Su Yan menolak untuk ikut lomba? Menurutku gerakan tarinya lebih baik dari kita, kalau kemarin dia ikut, pasti beberapa perusahaan akan menariknya."

Teman A : "Bukankah dia sudah bilang, dia ingin mempercepat kelas. Lulusan bisnis sedikit lebih... banyak tantangan."

Yi Yuan, "Hah.. benarkah?"

Teman B : "Itu benar. Dan yah, kurasa kita bisa menempati tempat pertama jika Yan'er setuju untuk ikut."

Teman C : "Yah, setidaknya aku ingin dia sekali saja ikut mengambil dokumentasi."

Teman D : "Bodoh, rekan babi. Dia hanya ingin menari untuk kesukaannya, bukan ketenaran."

Yi Yuan mengangguk cepat. "Hah. Jika sebaliknya, kita akan menjadi lumpur. Tapi hanya sa-"

"Yuan, cukup. Jangan mengendus masalah orang lain." Yang merupakan teman baik Yi Yuan mengingatkannya.

"Ah ah... Lanlan, jangan beri aku wajah menakutkan oke."

Wang Zilan, "..."

Baik, siapa orang ini. Mengapa dia tak tahu malu, seorang Wang Zilan akan senang hati melemparkannya ke kubangan lumpur. Siapapun, siapa yang mau mengakui barang ini miliknya!

_Plak_

Dengan baik hati, Wang Zilan melempar botol kosong pada temannya.

"Roll!"

Yi Yuan bergerak menjauh dengan wajah usilnya. Untung saja bertepatan dengan beberapa remaja yang terlihat lebih muda memasuki ruangan, atau mulut Yi Yuan mungkin akan kembali melempar kata.