Entah berapa lama ketiga Member Nct dream ini memejamkan matanya, yang jelas mereka tertidur lumayan lelap. Mungkin dikarenakn sudah letih atau memang sudah teramat lelah, dengan pakaian basah atau lembab pun mereka masih dapat tertidur lelap.
Seolah-olah mereka baru saja melakukan perjalanan yang maha jauh.
Sebenarnya bukan hanya soal perjalanannya saja, akan tetapi apa yang mereka temui sepanjang perjalanannya itu. Dari kemarin malam mereka semua menjadi buruan puluhan penculik Jisung. dikejar anjing, terseret arus air, terjun bebas berhadapan dengan buaya, bergelut dengan ular, bahkan dikejar-kejar suku pedalaman. Sungguh satiu hal yang sulit dilakukan manusia mana pun dalam satu malam. Dan semua ini dilakukan oleh Hwang Renjun, Park Jisung serta Na Jaeimin, dan semuanya adalah anak disik Lee Soman dan member NCT Dream.
Saat matahari pagi bersinar, ketiganya bangun walau tidak serentak. Yang terakhir bangun adalah Na Jaemin. Anak ini asyik mencemplaki tubuh Renjun laksana bantal guling. Dia baru mengerjap ngerjap terbangun manakala mendengar namanya dipanggil-panggil dengan suara berbisik. Dan saat dia terbangun, ketika hendak membuka mulut, Renjun segera menutupnya.
"Hmmpp."
"Jangan bersuara Min...bisik Renjun sambi melepaskan diri dari pelukan Renjun. "Kita bukan di tempat yang aman."
Jaemin mengangguk pelan tanda mengerti. Begitu bekapan telapak tangan Renjun dilepaskan mata Jaemin langsung mengedar. Jisung ada di seberang bersembunyi di belakang rak kayu, mengintip sesuatu di seberang sana. Renjun pun bergerak, perlahan tanpa suara, mendekati Jisung.
"Bagaimana?" tanya Renjun berbisik.
"Aku tidak melihat siapa-siapa hyung. Tapi serius aneh..." jawab Jisung berbisik. "Tidak mungkin kita bisa di sini..."
"Ini kita dimana ya, Jun?" tanya Jaemin sambil celingak-celinguk.
Kalau Renjun dan Jisung berbicara bisik-bisik, tapi lain halnya dengan Jaemin. Dia bertanya santai, malah suaranya seperti menggema di dalam ruangan ini.
Kontan saja Renjun dan Jisung jadi memelototkan matanya.
"Seinget aku semalem kita masuk ke rumah tua yang udah reot. Tapi kenapa sekarang bisa di bangunan cakep begini?" Jaemin memperjelas pertanyaannya. "Liat, semuanya tembok, barang-barangnya cakep-cakep, mirip kayak di rumah D.O Hyung deh..."
Renjun menghampiri Jaemin dengan wajah kesal.
"Bisa pelan tidak sih, Min. Kita bukan di tempat yang aman. Bukan soal barang-barang di sini bagus atau mewah seperti rumah D.O hyung, tapi ini tempat asing.
"Iya aku cuma ngomong apa adanya aja, Jun. Ruangan ama barang-barang di rumah ini cakep dan mewah, seperti rumahnya D.O hyung."
"Yang punya rumah bagus dan mewah bukan hanya D.O hyung saja Min, kamu jangan norak begitu sih." dengus Renjun kesel.
"Ya tapi rumah mewah yang pernah aku masukin cuma rumahnya D.O hyung, Jun. Nanti deh kapan-kapan kamu aku ajak maen ke rumahnya kalo lagi di seol. Tapi harus ada D.o hyungnya, soalnya satpam penjaganya rese. bawaannya sewot melulu, kayak cewek lagi dateng bulan."
"Kita harus bergerak!" suara Jisung terdengar mengingatkan. "Semalam kalau tidak salah, kita masuk dari arah sana lalu ke jendela, kemudian untuk menghindari para pendaki itu, kita bergeser ke sini."
Jaemin dan Renjun mengedarkan pandangan arah yang ditunjuk Jisung. Sayangnya di sana tidak ada pintu dan jendela, yang ada hanya dindig kosong dan rak lemari yang berisikan barang-baran porselen mewah.
"Kita seperti berpindah tempat..." desis Renjun sambil melangkah mendekati Jisung yang memakai kaos lengan pendek. "Kita harus keluar dari tempat ini, apa pun caranya."
Jaemin bergerak lebih dulu, mendahului melangkah melewati Renjun dan Jisung yang masih mengamati keadaan sekitar. Sambil melangkah leader grup NCT Dream ini geleng-gelengkan kepalanya setengah takjub melihat dimana dirinya berada saat ini. Sebuah ruangan besar dengan berbagai furniture berkelas dan bernilai mahal. Saat ini mereka seperti berada di rumah mewah.
"Ini rumah apa gedongan, ya?" desah Jaemin takjub. Kemana-mana mata memandang, yang terlihat ruangan serba putih dan lemari-lemari besar. "Luas banget, satu ruangan aja kayak di stadion basket.."
Renjun waspada penuh, Jisung pun begitu Kedua member NCT Dream ini merasa keadaan mereka saat ini diluar kewajaran. Tidak masuk akal dan sulit diterima logika. Saking luasnya tempat ini, Sampai-sampai mereka melangkah menimbulkan suara gema, akhirnya mereka sampai ke satu-satunya pintu di ruangan itu. Renjun yang pertama kali sampai menatap sedikit tertegun gagang pintu yang berbentuk bulat selayaknya gagang pintu modern.
Renjun yang sudah tidak mengenakan jaketnya itu mengulurkan tangannya, memutar kenop pintu dan menariknya. Dia sedikit mengintip, tidak ada sesuatu yang dilihatnya di ruangan sana. Dengan perlahan daun pintu dibuka lebih lebar agar Jaemin dan Jisung bisa juga ikut melihat ruangan seperti apa yang terbentang sekarang.
Laboratorium
"Kita mau ngapain ke tempat beginian ya, Jun?" oceh Jaemin begitu mengikuti kedua Renjun dan Jisung yang bersamanya ini masuk. "Masa sih di hutan ada tempat beginian?"
"Ternyata setelah aku amati, Jaemin hyung itu bawel ya ?" ujar Jisung. "Ada saja yang diucapin? Sama saja dengan Haecan hyung.
"Itu belum seberapa," sahut Renjun.
"Apalagi kalau kamu lama berurusan sama orang yang namanya kamu sebutkan itu, si Haecan. Bisa stres hebat kamu..."
Jisung sunggingkan senyum tipis. "Sepanjang pemotretan bersamanya kemarin, aku juga sudah stres berat berjalan bersama Haecan hyung. Ada saja yang ditanyakannya?"
"Haecan kan memang jail orangnya beda sama aku," kata Jaemin.
"Iya, tapi Haecan lebih pinter, bisa liat situasinya nggak kaya kamu." Timpal Renjun.
Jisung tertawa renyah.
Keluar dari laboratorium, ketiga member NCT Dream sampai ke lorong. Di sana ketiganya terlihat bimbang memilih, kiri atau kanan. Sementara di sepanjang mereka berada lorong ada banyak pintu. Tempat mereka ini seperti di dalam rumah sakit atau semacamnya.
"Ke kiri atau ke kanan?" tanya Renjun, meminta pendapat kedua teman seperjalanannya.
"Kiri kuburan kanan rumah sakit, pilih mana bukannya menjawab benar. Jaemin malah bergurau sambil mengedutkan matanya tatkala kedua Jisung dan Renjun melihat wajahnya. "Kalo kata nabi, mulai sesuatu dengan yang kanan. Soalnya kanan lebih baik daripada kiri. Karna tangan kanan buat makan, tangan kiri buat cebok habis berkata begitu Jaemin langsung menggeloyor ke kanan.
Renjun dan Jisung mengikuti sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
Baru seja tiga langkah, dari salah satu pint tiba-tiba saja menghambur keluar seorang cewek lebih kurang seusia dengan Renjun dan Jaemin. Pakaian gadis ini compang camping di beberapa bagian. Berpapasan dengan rombongan Jaemin, gadis ini mala menjerit panik dan membalikan badannya.
"Heyy.!" seru Jisung memanggil. Tak membuang waktu dia langsung mengejar. Karna posisi si gadis itu hendak membalik arah, maka membutuhkan waktu untuk memutar haluan. Di selisih waktu tersebut dimanfaatkan oleh Jisung yang memakai celana pendek ini untuk menghentikannya.
Bruukkhh.!
Jisung dan si gadis compang-camping bergumul seru di lantai. Apa pun caranya gadis itu meronta ronta hendak melepaskan diri. Sementara Jisung berusaha sebisa mungkin untuk menghentikan si gadis.
Pergumulan ini baru terhenti begitu Jaemin berlutut di hadapan keduanya dan berkata santai, "lagi pada maen apaan sih, kayaknya seru banget. Ajak-ajak napa?"
Si gadis tertegun dan menatap Jaemin, Jisung dan Renjun bergantian. "Kalian manusia...?"
"Jiah. ditanya apa malah jawabnya apa?" ejek Renjun. "Siapa bilang kami ini manusia? Nih gue Jelangkung, yang lagi lo peluk itu Pocong, dan yang lagi berdiri itu, Buto ijo..."
Jisung dan Renjun yang sedikit banyaknya sudah tahu seperti apa gaya Jaemin bicara, hanya bisa geleng-gelengkan kepalanya, bersabar. Bahkan Renjun sampai mendesis pelan, "aku dibilang Buto ijo? Min. Jaemin. nggak jauh beda kamu sama Haecan. Bedanya yang satu pinter yang satu kurang pinter."
Jisung membantu si gadis yang baru saja bergumul seru itu bangkit berdiri. "Mereka sama sama konyol, cuma beda otaknya saja." Kemudian dia berpaling ke si gadis, "siapa kamu?"
"Namaku Eka, aku di sini bersama ketujuh temanku hendak mendaki Gunung. Tapi semalam kami sampai ke tempat ini, rumah tua, dan kami memutuskan untuk bermalam. Tapi tidak tahu bagaimana ceritanya, ketika terbangun berada di tempat seperti ini."
Jisung menimbang ucapan si gadis yang mengaku bernama Eka ini. Dia berpaling ke Renjun. Eka terlihat sedang memungut sebuah benda di lantai. Melihat hal ini, Jisung langsung bergerak cepat merampas benda di tangan Eka. "Itu milikku
Renjun tertegun begitu benda yang dipungut dirampas oleh Jisung. Dengan kening berkerut menatap Jisung. "bukan kah itu ponsel satelit"
Jisung menyimpan benda miliknya itu ke pinggulnya dimana terdapat tas kecil yang pas denga bentuk Hp. "Benar, tapi sudah rusak saat kita hanyut ke sungai kemarin hyung."
"Terus ketujuh teman-teman kamu itu mana?" tanya Jaemin.
Eka yang memiliki bentuk wajah bulat menggeleng,"ini tempat berbahaya. Kita harus keluar dari sini secepatnya. Aku dan teman-teman terpisah.."
Baru saja Berkata berkata begitu, dan lorong terdengar suara derap langkah orang berlarian Ketiganya lelaki muda, dengan wajah pias ketakutan mereka mendatangi Eka yang memang dikenainya.
"Warno. Aqwal. Egi." panggil Eka yang mengenali ketiga pemuda itu. "Mana yang lain?"
"Kami terpisah..." jawab Egi yang memiliki tubuh paling ramping diantara ketiganya. "Mana Devia?"
Eka menggeleng, "dia tewas mengenaskan. Kepalanya pecah, terjatuh dari lantai atas."
"Siall" rutuk Egi. "Apa yang harus aku katakan kepada orangtuanya? Aku yang memohon ijin untuk pendakian ini."
"Hey mas bro." sapa Jaemin. "Bisa sedikit dijelasin nggak, ini tempat apaan?"
Semua mata langsung memandang personil Jaemin ini.
"Sepertinya bukan hanya kita saja yang tersesat ditempat ini," ujar Warno yang sudah selesai mengatur ritme nafasnya. "Pasti kalian yang mengendarai bot itu ya?"
"Boat kami kehabisan bensin..." Renjun yang menyahuti.
"Aku tahu itu. Aku juga melihat jejak kaki kalian ditepian. Tapi kami memarkir boat kami di jalan setapak, tidak jauh dari boat yang kalian tinggalkan. Tadinya kami berpikir bisa mencari tempat untuk bermalam. Tapi naas malah kami terjebak di tempat seperti ini."
"Terjebak., maksudnya di tempat ini tidak ada jalan keluarnya?" Jisung memperjelas ucapan si Warno.
Tidak ada yang menjawab, namun semua orang tahu apa artinya.
"Namaku Warno, aku pemimpin regu pendaki ini. Kami berjumlah delapan orang, kalau yang Eka katakan itu benar bahwa Devia telah tewas, berarti di sin hanya tinggal kami berempat saja, Sebab Sulton, Aldi dan Lia sudah tewas lebih dulu." jelas si orang yang mengaku sebagai ketua regu.
Tiba-tiba saja Egi menerjang ke Aqwal mendorongnya ke dinding lorong dan memukul dengan sangat keras. Tanpa ampun lelaki itu terjengkang jatuh. "Ini semua gara-gara ajakanmu untuk melakukan pendakian ke Gunung ini. Lihat sekarang, kita tersesat dan teman-teman kita menjadi korban di tempa ini."
Aqwal bangkit berdiri, dengan wajah tida terima dia membalas pukulan Egi tadi. Terjadi saling pukul sesaat sampai Jaemin dan Warno memisahkan
"Kalian apa-apaan sih? Teman-teman kita suda meninggal, bukannya kita bersatu untuk keluar dari sini malah kalian berkelahi" bentak ketua regu ke Egi dan Aqwal.
"Gi., keadaan kita sama," ujar Eka. "Kamu kehilangan Devia, aku kehilangan Sulton. Kita sama-sama kehilangan orang yang kita cintai, tapi kita harus tetap hidup. Kita harus keluar dari tempat ini."
Egi hanya mendengus mendengar Eka yang berpakaian compang-camping. Dalam hatinya dia masih mempersalahkan Aqwal, kan Aqwal, orang yang membuat ide untuk melakukan pendakian ke gunung ini.
"Kalian tidak akan bisa keluar dari tempat ini."
Serentak semua menoleh ke belakang, ke arah asal suara. Sejarak lima langkah di belakang Egi.
seorang lelaki tanpa berusia 22 tahunan lebih keluar dari salah satu pintu. Orang ini bermata besar, berkulit putih bersih, idungnya mancung, alisnya tebal dan rambutnya ikal. "Namaku Rosim Lee, dan aku katakan yang sejujurnya, kalian tidak akan bisa keluar dari rumah ini."
"Rosim Lee." desis Renjun. "Siapa Anda?"
Si pria ganteng yang memakai piyama seperti umumnya pakaian orang Jepang ini tersenyum kecut.
"Aku penggemar NCT, dan biasku itu... Ijun, Ya Allah kamu ganteng banget, aku oen kinta foto bareng tapi nggak bawa hp jadi nanti aja foto fotonya, yang jelas aku sama seperti kalian, terjebak di rumah ini. Sudah lama sekali, dan aku tidak bisa keluar dari sini. Jadi aku katakan yang sebenarnya, kalian semua tidak akan bisa keluar dari tempat ini seperti aku. Yang ada dan bisa kalian lakukan adalah, bertahan untuk hidup... selama dan semampu kalian."
Mendengar ini semua orang saling pandang satu dengan yang lainnya,
"Itu hanya menurutku," kata si Pria gamteng itu. "Tapi kalau kalian merasa bisa keluar dari tempat ini, lakukanlah... Mungkin saja aku salah atau aku memang tidak mampu melakukannya."
"Gimana sih,?" Jaemin angkat bicara. "Mana bisa kita hidup di sini kalo nggak ada makanan ama minumannya. Lagian yang namanya rumah, pasti ada pintu keluarnyalah. Kandang ayam aja ada pintunya, masa rumah nggak ada. Ngaco aja nih si paman nih."
"Ya Allah Nana aslinya kamu ganteng banget, gemezz aku liatnya. Kalu kejebak bareng kalian sih ga papa aku Ridho lilahhitaalla deh." orang ganteng itu malah meluk meluk Jaemin gemezz kaya meluk boneka bruang yang segede orang.
Wushhh.
Belum sempat pria yang mengaku bernama Rosim Lee itu menyelesaikan ucapanya, satu siuran angin menerpa dari arah Egi dan kawannya datang Wajah-wajah keempat para pendaki langsung pucat pasi. "Dia datang lagi." desis Aqwal penuh ketakutan.
Rosim Lee membuka pintu tempat dia datang tadi. "masuk sini! Cepat..."
Tidak ada keraguan dari Egi, Eka, Warno dan Aqwal. Sepertinya orang-orang ini sudah tahu siapa yang hendak datang itu. Apalagi mendengar Rosim Lee sudah lama berada di sini, pastinya dia tahu jalan selamat atau cara bertahan hidup dari yang sedang datang ini. Keempatanya segara masuk, Renjun, Jisung dan Jaemin menyusul meski rasa ingin tahu terhadap yang mau datang ini lebih besar. Terakhir Rosim Lee, yang masuk sambil menutup pintu.
"Jatuhkan diri kalian sama rata dengan tanah" perintah Rosim Lee yang ganteng banget itu. "Kalau dia datang, usahakan mengatur pernafasan kalian jangan sampai bersuara atau kalan bisa tahan nafas."
"Aduh paman, biasanya kalo aku tahan napas pasti ujung-ujungnya kentut deh," gurautu Jaemin sambil menjatuhkan tubuhnya ke lantai.
"Yang penting jangan bergerak...!" tegas Rosim Lee sambil menelungkup di lantai. Detik itu juga pintu terbuka lebar, hembusan angin menerpa seluruh ruangan. Bersamaan dengan itu, sesosok tubuh melayang di udara dengan menebarkan hawa dingin.
Mata Jaemin membeliak kaget manakala dia melihat sosok anak perempuan kecil dengan rambutnya yang beriap-riap tertiup angin. Tatapan matanya tajam namun hampa. Kulitnya putih pucat, seolah tak ada darah. Sosok ini melintas, terbang melewati manusia manusia yang merapatkan tubuh di tanah.
Tiba-tiba sosok ini berhenti, menggantung di udara sambil menatap ke bawahnya, tepat dimana Aqwal terbaring. Pemuda itu luar biasa pucatnya, sampai-sampai bibirnya memutih karena ketakutan.
Terjadi saling tatap antara dia dan sosok perempuan kecil yang menggantung beberapa saat. Namun detik selanjutnya, di penghujung rasa takutnya. Aqwal menggulingkan tubuhnya ke samping. bangkit dan berlari.
Hanya dengan sekali kibasan wajah perempuan kecil itu saja, tiba-tiba tubuh Aqwal seperti tersampar sesuatu besar yang tidak terlihat. Tubuh itu mencelat mental ke jendela kaca hingga hancur berkeping keping. Tubuh Aqwal berpindah ruangan dan segera bangkit dengan serpihan-serpihan kaca ditubuhnya. Si sosok melayang menyusul, melesat terbang ke jendela yang sudah bolong.
"Ahhh.." jeritan Aqwal menggema ke seluruh rumah.
"Ayobergerak!" tiba-tiba si Pria tamapat Rosim Lee yang di panggil paman oleh Jaemin memerintahkan yang lainnya untuk segera bangkit dan berlari ke pintu. "Mumpung dia di sana, ayo cepat."
Tidak ada yang membantah, karena ini memang kesempatan mereka untuk menghindari sosok melayang itu. Selagi dia sibuk dengan Aqwal, sebaiknya mereka pun sesegera mungkin menghindari area ini dan mencari tempat yang lebih aman.
Berbondong-bondong, muda-mudi dan si ganteng Rosim Lee keluar dari ruangan ini. Dari sana mereka langsung menuju ruangan lain di pintu seberangnya. Saat mereka pergi bergerak dengan mengendap-endap tanpa suara, Suara triakan Aqwal masih terdengar meski agak sayup. Ternyata ruangan yang mereka masuki dengan cepat adalah sebuah tangga darurat, dengan cepat Rosim Lee memimpin turun.
Tap tap tap.
Langkah kaki semua orang bergema di undakan anak tangga. Semua berlari tanpa memikirkan apa apa lagi. Yang ada di kepala mereka saat ini adalah bagaimana caranya berlari cepat menghindari gadis kcil melayang itu.
Brahhh...
Baru setengah tangga yang mereka turun suara pintu terbuka keras di atas. Bersamaan dengan itu suara tawa cekikikan terdengar menggema. Si ganteng Rosim Lee langsung mengkomando orang-orang yang bersamanya untuk lebih cepat bergerak.
"Aaahhh." jeritan keras dari arah belakang.
Tidak ada yang berhenti berlari, semua terus berlari dan berlari menuruni tangga dengan cepat. Siapa pun pasti mengira kalau Warno yang menjerit keras itu karna dia berada di paling belakang sudah pasti dia terkejar dan tertangkap.
Belum lagi langkah kaki orang-orang ini sampai di tempat tujuan, dari arah belakang melayang tubuh Egi disertai suara jeritannya yang menggema ke seisi ruangan. Tubuh itu mendarat tepat di hadapan si Ganteng Rosim lee yang berlari paling depan. Seolah tidak peduli, tubuh penuh darah dan kepala rengkah itu dilangkahinya, si tampan Rosim Lee terus berlari dan berlari. Jaemin, Renjun, Jisung dan Eka pun terus mengikuti, melangkahi tubuh Egi.
Si Tampan Rosim Lee sampai di pintu yang dituju, dia langsung menghambur masuk. Muda-mudi dibelakangnya dengan cepat mengikuti. Malang bagi Eka yang berada di paling belakang. Si pengejar mendapatkannya dan mencekik lehernya dari arah belakang. Kemudian tubuh Eka dengan mudahnya dihantamkan ke tembok
Prakkh.!
Jisung yang melihat hal ini hanya bergidik ngeri dengan air mata yang mengalir karna ketakutan secara dia kan makne, dia langsung menutup pintu begitu berhasil masuk ruangan. Karena setelah Eka, pastilah target selanjutnya adalah dia, selaku pelari paling belakang.
Makne Nct Dream ini luar biasa ngerinya, terlebih lagi saat tahu lawannya itu bukan manusia biasa.
"Cepat ratakan tubuh kalian dengan lantai.!" seru si tampan Rosim Lee begitu pintu tertutup. "Usahakan tahan nafas.!!"
Renjun dan Jaemin tidak bisa berpikir lebih selain menuruti. Keduanya langsung merebahkan tubuh di lantai selayaknya orang merayap. Jisung yang baru menutup pintu pun melakukan hal yang sama. Dan bersamaan dengan itu pula, daun pintu menjeblak terbuka lebar. Sosok gadis melayang di udara dengan rambut teriap-riap menjadi pemandangan yang sangat mengerikan.
Jaemin sampai menelan ludah melihat apa yang ada dihadapannya ini. Bola matanya mendelik seolah tidak percaya, kalau saat ini dia akan berada dalam situasi seperti ini dalam petualangannya, jantungnya serasa mau berhenti dia merasa benar-benar ketakutan. ini mahluk yang paling mengerikan yang dia lihat selama hidupnya.
Dengan tenang, gadis melayang ini melewati tubuh Jisung. Kepalanya menoleh ke sana-sini tanpa ekspresi. Kulitnya yang memutih pucat, sekolh tanpa darah itu menjadi sesuatu yang sangat mengerikan untuk dilihat. Dia terus melayang, melewati tubuh Jisung yang tertelungkup di lantai. Dalam hal ini, Makne nct Dream itu bersyukur bukan kepalang, selamat dari buruan si gadis. Apa yang dikatakan si tampan Rosim Lee ternyata benar, tahan nafas dapat menyelamatkanya.
Kini giliran Jaemin.
Pergerakan melayang si gadis berambut riap riap itu terhenti tepat di atas tubuh Jaemin. Wajah tanpa ekspresi itu terlihat kaku, diam menatap ke arah depan. Jaemin menelan air liurnya, antara takut dan lapar. Karena wajahnya menghadap ke Jisung, dia bisa melihat isyarat yang diberikan Jisung. Jisung itu menunjuk-nunjuk hidung artinya menyuruhnya tahan nafas.
Secara perlahan, dengan penuh kehati-hatian sambil memandangi si gadis melayang menggerakan tangan kanannya. Dia menutup rapat lubang mulut dan hidunanya, Berusaha tidak ada celah sedikit pun udara yang keluar. Apalagi mengingat kematian yang dialami Aqwal,Warno, Egi dan Eka dalam waktu yang relatif cepat, bukan tidak mungkin itu akan terjadi padanya saat ini.
"Hmmpp." Jaemin dengan ini menekap dua lubang hidupnya serapat-rapatnya. Dia tahu, sedikit saja ada aliran angin keluar, nyawanya dalam bahaya. Bukan hanya hidung saja, mulutnya pun dia tutup rapat. Hanya kedua matanya saja yang terbuka lebar, mendelik.
Hal yang kurang ajar terjadi, Jaemin memang berhasil menutup rapat hingga tidak ada sedikit pun udara yang keluar dari tubuhnya. Namun itu dari bagian atasnya saja, tidak dengan bagian bawahnya.
Dia mengeluarkan suara kentut tipis yang terdengar panjang. Dan sialnya, wajah Renjun berada satu jengkal di sebelah pantat Jaemin.
Tiiit.!
Rosim Lee, Renjun, Jisung bahkan Jaemin sendiri kaget dengan keadaan seperti ini. Dan kekagetan mereka langsung dieksekusi dengan baik oleh si gadis berambut riap-riapan tersebut. Kepalanya yang tadinya memandang lurus, kini merunduk ke bawah, memandang Jaemin dengan sorot mata tajam.
Habislah sudah pertahanan Na Jaemin ini. Mendapati dirinya dipandangi cewek seperti itu, nafas yang tadinya ditahan-tahan kini ambrol, lepas semua tanpa halangan lagi. Dan wajah si gadis yang tadinya dingin tanpa ekspresi itu langsung terlihat menyeramkan. Dia langsung mengulurkan tangannya.
"Whoaaa."jeritan Jaemin melengking manakala tubuhnya terangkat naik ke udara.
Wuss.!!
Braaahhk..!
Sebuah kursi besar melayang, menghantam tubuh si gadis dari belakang. Otomatis pergerakannya yang tengah menarik Jaemin terhenti dan tubuh itu ambruk ke lantai. Dengan wajah marah, si gadis menoleh ke arah asal lemparan kursi.
Wuusss..!!
Serangan susulan, kursi melayang lagi. Namun tidak seperti sebelumnya, kali ini dengan hanya sekali sibakan wajah saja, benda itu sudah terpental entah kemana. Dan Jisung terlihat berdiei penuh kepanikan. Lalu tanpa membuang waktu, gadis melayang ini langsung melesat cepat ke arah Jisung.
Tap.!!
Dalam sekian detik saja, leher Makne NCT Dream berada dalam cekikan. Kemudian tubuh itu ditarik terangkat naik ke udara. Bola mata Jisung langsung mendelik, sulit nafas dan tenggorokanya sakit bukan kepalang. Dia tahu, nyawanya dalam keadaan darurat. Namun jika harus tewas di sini, dia tidak menyesal. karna dia bisa menyelamatkan Jaemin Hyungnya. Dan lagi bukan karena penyelamatan yang dilakukan Jaemin kepadanya, mungkin nyawanya sudah lepas berkair kali di tangan penculik dan suku pedalaman
"Jisung." teriak Jaemin panik sambil meraih kursi.
Braakkkhhh.
Jaemin berlari cepat dan menghantamkan kursi ke punggung si gadis dari arah belakang. Tidak ada efek apa-apa. Tubuh si gadis tidak bergoyang sedikit pun, seolah yang dihantam Jaemin ini adalah pilar batu atau semacamnya. Hanya yang menguntungkan saat itu adalah, cekikkan Jisung terlepas. Dia langsung ambruk di tanah dan terbatuk-batuk.
Wuutss...
Si Gadis Yang Melayang Menyibakkan Tangannya, tanpa ampun tubuh Jaemin langsung terhempas hebat. Melayang di udara dan dengan kerasnya terhantam ke dinding tembok. Begitu jatuh, tidak langsung ke lantai, melainkan ke meja kaca yang berhiaskan vas bunga besar.
Prang.
Beberapa pecahan menggores tubuh Jaemin. Sadar lawan akan segera menyerang lagi, Jaemin langsung bangkit. Sayangnya sebelum dia sempat berbuat apa-apa, satu kibasan lagi membuat tubuh Jaemin melayang ke dinding lain dan ambruk langsung ke lantai. Sakit bukan kepalang dia rasakan di beberapa bagian tubuhnya. Kemungkinan tulang belulangnya terkilir atau bahkan retak, karena setiap hempasan ini selalu terjadi dengan sangat kuat atau kencangnya.
Mungkin kalau diibaratkan, bertubrukannya tubuh dan tembok ini sama dengan tubuh Jaemin terhantam truk yang melesat dalam kecepatan tingggi.
Seperti tadi, tanpa merasakan apa yang sedang dirasanya, Jaemin bangkit dengan keadaan terhuyung dunuyung. Tapi serangan susulannya tidak seperti sebelumnya, kali ini sebuah potongan pecahan kaca meja melayang cepat.
Dress.
Jaemin langsung merasakan rasa perih yang luar biasa di bagian lehernya. Dalam sekejab dari rasa perih itu mengucurkan darah segar. Dan. kepala Jaemin terlepas dari tubuhnya, menggelinding jatuh.
"Jaemiiiiiiiinnnnn!!!"
"Jaemiiiiinnnn Hyuuung!!!"
Triakan Renjun dan Jisung
membahana
Wuut wuut wuuut.
Berturut-turut pecahan kaca lainnya melesat ke Jisung. Kejadiannya memang tidak persis sama, namun hasilnya tidak jauh berbeda. Pecahan-pecahan kaca itu menancap di beberapa bagian tubuh makne NCT Dream ini Namun yang membuat si makne ini tewas cepat adalah pecahan yang menancap di kening
Des. des. dess.
Tiga serangan Renjun mendarat di tubuh gadis kecil itu dengan telak, kepala, dada dan perut. Tidak sampai di sana saja, Renjun melemparkan kursi langsung ke wajah orang yang telah membuat kepala dan tubuh Jaemin terpisah itu.
Brahhh.
Memang serangan dari Renjun yang datang bertubi-tubi itu tidak ada artinya bagi si gadis setan itu. namun cukup membuatnya tertahan sesaat. Saat dia meringis karena serangan di wajah, saat itu pula dia menyibakan kedua tangannya untuk menghalau serangan susulan Renjun.
Dress.
Tubuh Renjun mencelat mental ke dinding seberang sana. Dia cepat bangkit, namun tidak kembali menyerang, melainkan keluar dari pintu ruangan yang kebetulan ada di sebelahnya. Tentu saja si gadis tidak memberikan kesempatan, dia pun mengejar.
Tap tap tap..
Langkah kaki Renjun berdebam di tangga darurat, dia naik dengan sangat cepat. Dia tahu, Setan di belakangnya pasti mengejar. Sambil berlari otaknya bekerja cepat, dia tidak percaya Jaemin dan Jisung tewas di depan matanya dengan sangat mudah sekali. Dan ini tempat apa pun, dia masih belum mengerti.
Gerakan Member Tertua NCT Dream ini terhitung lincah, dia mendaki tangga langsung tiga sampai empat undakan sekali tindak. Dalam hitungan detik saja, dia bisa mencapai pintu ruangan atas. Gadis ini langsung menarik pintu, membukanya dan.
"Huek.."
Mata Renjun seolah melejit keluar dari kelopaknya. Begitu pintu dibuka, gadis melayang itu sudah ada disebaliknya. Dan dengan cepat tanpa bisa dihindarinya, tangan gadis ini menelusup masuk ke bagian dada kiri Renjun, tepat arah jantung. Sambil mendelik, Member tertua Nct Dream ini masih bisa menatap dengan tajam jelas wajah dari si gadis yang pucat pasi tanpa ekspresi
Slush Uuupp.
Si gadis menarik tangannya yang berlumuran darah. Renjun masih bisa melihat dengan jelas, sangat jelas malah. Jantungnya yang masih berdenyut dan berdetak itu kini berada dalam genggaman tangan si gadis berambut riap-riapan. Tanpa sadar Renjun tersurut mundur dengan tubuh terhuyung-huyung. Tubuhnya sampai ke pembatas tangga, namun itu tidak menahan
malah tubuhnya terkulai lemah dan terjengkang jatuh melewati pegangan tangga yang disandarinya.
"Aaahhhh.!" jeritan Renjun membahana ke seluruh ruangan tangga darurat. Tubuhnya melayang jatuh.
To be Continue