Chereads / PICK LOVE [INDONESIA] / Chapter 6 - SALSHA MALAIKAT BUKAN MANUSIA

Chapter 6 - SALSHA MALAIKAT BUKAN MANUSIA

"Jalan yuk nanti malem," ajak Iqbal membuat Salsha terdiam. "Em, gimana ya," Salsha menggantung jawabannya merasa tidak nyaman karena Iqbal mengajaknya dengan tiba-tiba.

"Kenapa? kemarin lusa gue ke rumah lo diusir, gue minta izin biar lo enggak ada alasan bilang enggak mau pergi, gue peka sebenernya, kadang lo enggak mau keluar dari rumah lo," Salsha memutar matanya malas.

"Gue tadi malem pergi keluar kok," ucap Salsha dengan sombong, Iqbal menaikan satu alisnya. "Ngapain, sama siapa?" Salsha melirik Iqbal mengejek.

"Jalan sama Aldi, lo itu enggak tahu gimana gue jadi enggak usah sok tahu," Iqbal memutar bola matanya kesal. "Lo peegi cuma sama Aldi aja, lihat dong Aldi. Dia aja pergi juga tadi malem banget sama Tania," Wajah Salsha berubah datar sekarang.

"Berisik!" Iqbal tertawa puas mengejeknya. "Ayo pergi keluar nanti malem sama gue, tunjukin sama Aldi kalau bukan cuma dia aja yang enggak bisa keluar orang lain," Salsha menganggukkan kepalanya setuju. "Oke, gue usahain bisa keluar nanti malem sama lo," Iqbal tersenyum lebar sekarang. Rencananya berhasil, Iqbal berhasil membuat Salsha lebih terbuka sekarang.

°°°

"Al," panggil Tania mengganggu Aldi yang sedang makan siang. "Kenapa?"

"Besok hari minggu, kamu enggak ada niatan pergi keluar?" Aldi tersenyum tipis saat Tania menanyakannya pada Aldi.

"Lo ngajak gue malem mingguan?" Tania menggelengkan kepalanya cepat.

"Enggak, aku kan cuma nanya aja," Tania membelakangkan anak rambutnya yang menutup wajahnya. Secara tidak langsung sebenarnya Tania mengkodenya, dan Aldi tidak sadar.

"Nanti malem kita jalan, gue jemput jam tujuh malem," ucap Aldi sebagai keputusan final. Jalan bersama teman satu kelas tidak apa-apa kam?

"Beneran?" tanya Tania dengan mata berbinar, jujur dalam dirinya dia sangat senang dengan ajakannya itu dengan polos. "Iya,"

"Tapi kamu bawa mobil aja ya, aku enggak biasa naik motor. Dingin kalau malem soalnya," Aldi terdiam, dalam hati dia membanding-bandingkan Salsha dengan Tania. Salsha yang ini dan Tania yang itu, Aldi melakukannya berulang kali.

"Kalau mobil gue di bengkel gimana?" tanya Aldi melihat Tania menjawab. "Ya malem besoknya aja, bukannya kamu tadi jemput aku masih oakai mobil?"

"Kemungkinan kecil kalau mobil gue di bengkel, gue kan cuma nanya aja," Aldi kembali melanjutkan makannya. "Nanti malem mau kemana?" Aldi mengangkat bahunya, dia memang sedang tidak mood pergi malam ini. Dia ingin ke pasar malam bersama Salsha lagi. Sejujurnya.

"Gimana kalo kita nonton, di bioskop. Sekalian ke mall, ada yang perlu aku beli soalnya," Aldi mengangguk, dia menyetujuinya.

"Dari tadi kamu lihatin apa si, kok mata kamu kemana-mana, kamu cari apa?" Aldi berusaha menyangkal, dia kembali menatap makan didepannya itu. "Enggak, cuma enggak seramai biasanya. Biasanya desak-desakan. Sekarang enggak kayak biasanya," jawab Aldi. Dia mendorong mangkok makanannya dan meneguk habis minumnya.

"Gue bayar dulu," pamit Aldi berdiri seraya berjalan pergi, namun Tania mencekalnya. "Ini, uang aku sekalian titip," ucap Tania seraya merogoh sakunya. Mengambil uang sakunya. Aldi melepaskan tangan Tania karena memegang pergelangan tangannya.

"Gue bayarin," Keduanya berjalan menuju kelasnya dengan berpegangan tangan.

"Itu ada apa rame banget?"

°°°

"Kalian ngapain?" tanya Iqbal saat melihat kakak kelasnya memgang tangan Salsha dengan satu bunga dan kotak coklat. Rio mendorong iqbal dengan pelan.

"Minggir, gue enggak ada perlu sama lo," kesal Rio saat Iqbal berdiri diantara dirinya dengan Salsha. Digeser tidak terhormat Iqbal berjalan menjauh dari bangku mereka.

"Awas, berhubung enggak ada Aldi," Iqbal memutar bola matanya malas. "Takut sama Aldi," ejek Iqbal lagi, Salsha memperhatikan Iqbal saat dia mengambil duduk dan memunggungi keduanya.

Jelas-jelas Salsha meminta bantuan dari Iqbal jika dirinya tidak biasanya disituasi seperti ini.

"Sal mungkin lo kurang nyaman sekarang, dengan semua orang yang merhatiin kita berdua. Gue cuma mau jujur kalau guevudah suka sama lo dari lama, banyak yang suka sama lo sebenernya. Gue memberanikan diri buat jujur sama lo dari sekian banyak cowok disekolah ini," Salsha menggigit bibirnya sedikit gugup.

Astaga, masalah apa yang akan terjadi pada Salsha sekarang ini.

"Lo mau enggak jadi pacar gue?" Mata Salsha melotot terkejut, kakak kelasnya meminta Salsha menjadi pacarnya? yang benar saja.

"Kak,,," Salsha gugup sekarang, tidak ada Aldi yang melindunginya dan tidak ada Iqbal yang membantunya, semuanya menghilang diwaktu genting karena Iqbal memunggunginya tidak perduli dengan masalah hidup Salsha.

"Lo enggak perlu jawab sekarang ka--" Salsha menganggukkan kepalanya pengan menutup kedua matanya takut. Ada Iqbal yang mrlirik sinis Salsha dari belakang.

°°°

"Pulang bareng?" tanya Rio, Salsha terdiam dengan tangannya masih menggenggao tangan Iqbam. Rio tidak menyadarinya Salsha menggelengkan kepalanya, kemudian dia menarik Rio untuk berbicara berdua.

"Nanti malem boleh enggak kita jalan berdua aja, gue pengen ngomong sesuatu kak," Rio tersneyum, dan mengangguk ringan. "Apapun," jawab Rio mengelus puncak kepala Salsha. Sikap Rio terlalu manis, bagaimana Salsha harusmenyikapinya dengan baik?

"Tapi, sekarang gue pulang sama Iqbal dulu. Boleh kan?" Lagi-lagi Rio mengangguk dan tersenyum. Walaupun dibalik senyum itu, Salsha tahu jika Rio memang merasa kecewa sekali. Harusnya ini yang terbaik. "Gue pulang dulu, makasih kak," Rio kembali mengusap puncak kepala Salsha dan berlalu pergi.

Salsha berjalan mendekat pada Iqbal, dia merangkul Iqbal mengagetkan temannya itu yang sedang melamun. Salsha tertawa saat melihat wajah terkejut Iqbal

"Yuk, pulang," ajak Salsha pada Iqbal, namun Iqbal masih diam tidak merespon. "Pacar lo mana?"

"Gue suruh pulang, gue kan berangkatnya sama lo. Pulang harus bareng lo, soalnya lo harus bertanggung jawab keselamatan gue sampai rumah," Iqbal terkekeh dengan mengelus puncak kepala Salsha dengan lembut. "Ayo," ucap Iqbal menarik pergelangan Salsha. "Gue suka semua sikap lo Bal,"

"Lo berteman enggak menyikapi kalau gue cuma boleh berteman sama lo aja," Iqbal menggelengkan kepalanya tertawa. "Lo temen gue, gue enggak berhak buat lo tertekang juga. Semua orang punya hak nya sendiri-sendiri, lo perlu bebas karena lo hidup untuk diri lo sendiri bukan buat orang lain kan?"

"Gue cuma heran aja, lo bisa nerima Rio semudahbitu? Apa Rio termasuk list yang lo suka?" tanya Iqbal bingung, apa Salsha akan menerimanya jika sejak dulu Iqbal menyatakan perasaannya juga?

"Enggak, gue cuma nerima dia karna takut dia malu didepan temen-temen. Banyak yang lihat tadi, gue enggak akan ngebunuh harga diri Kak Rio cuma gara-gara perasaannya,"

"Nanti malem kita gak jadi jalan ya, malem besoknya aja. Bisa?" Salsha bertanya dengan hati-hati. "Kenapa? Mau jalan sama Aldi, atau sama pacar baru. Cie," goda Iqbal walaupun dia juga merasakan kecewanya.

"Gue mau klarifikasi Kak Rio, gue mau jelasin. Kalau gue nerima dia bukan karena gue suka sama dia, gue enggak mau ada salah paham antara gue sama dia. Enggak apa-apa kan?"

"Santai aja, gue masih enggak bisa berpikir kenapa ada cewek kaya lo di dunia ini, lo malaikat Sal, bukan manusia," Iqbal tersenyum simpul. 'Dan, gue juga makin jatuh sama lo,'