Chereads / PICK LOVE [INDONESIA] / Chapter 25 - SEMUA ALASAN IQBAL MENJAUHI SALSHA

Chapter 25 - SEMUA ALASAN IQBAL MENJAUHI SALSHA

"Sal, kenapa?" tanya Iqbal bingung mendapati Salsha duduk diam saja di satu tempat tidak memakan makanamnya.

"Ada apa? Gue baik-baik aja," jawab Salsha masih mengacak-acak makan siangnya sendiri dengan santai. "Dimana Aldi?" Salsha mengangkat bahunya tidak tahu, Iqbal menghela nafasnya pelan. "Gue duduk sini ya?" tanya Iqbal meminta izin pada Salsha dengan sopan. Salsha tersenyum riang, dia memepesilahkannya dengan senyum berlebihan sekarang.

Semenjak berpacaran dengan Aldi, Iqbal teemrus menjauhinya. Melihat Iqbal mendatanginya lebih dulu mmebuat Salsha senang melihatnya. "Apa lo baik-baik aja?" Iqbal menganggukan kepalanya.

"Mungkin gue memaksakan diri gue untuk baik-baik aja, seenggaknya gue mulai terbiasa tersakiti sekarang. Buat gue terus tersakiti agar gue paham dan tahu kalau perasaan gue salah Sal," Salsha mendengarnya cukup terkejut. Ucapan Iqbal membuatnya sangat tertekan.

"Apa lo benar-benar sayang sama gue?" Iqbal tersenyum mendengarnya. "Lebih dari benar-benar dan tulus. Gue butuh lo untuk terakhir dan selamanya, gue lagi menunggunya sampai sekarang. Lo tenang aja, gue orangnya sangat sabar buat nunggu," Salsha tersenyum, dia menahannya untuk tidak membyat Iqbal mengetahuinya.

"Bal, lo mau bantu gue?" Iqbal menggelengkan kepalanya menolak dalam satu kali penawaran. "Kenapa?" tanya Salsha bingung saat melihat Iqbal langsung menolaknya.

"Kalau lo mau bantuan dari gue buat lepas dari Aldi gue enggak mau, gue enggak mau orang-orang kira dan Aldi pikir gue terus mendesak lo berpisah dari Aldi. Sal, jalani dulu aja. Gue juga lagi belajar melupakan lo sekarang," ucap Iqbal mengatakannya dengan wajah biasa saja. Aktingnya bagus bukan?

"Bantu gue sadar dari perasaan gue," finalnya Salsha. Iqbal menggelengkan kepalanya. "Pilihan lo berakhir sampai dimana lo mau jadi pacar Aldi, dan lo sadar kalau perasaan lo ada sama Aldi karena hubungan lo udah ada di awal pembuatan. Jangan mempersulit gue untuk move on dan jangan memperpanjang masalah gue sama Aldi kaya gini. Lo buat gue terus merasa bersalah sekarang," Salsha mengigit bibirnya cukup gelisah.

"Ayo makan, mungkin Aldi lama perginya. Gue harus makan cepat sekarang, Aldi akan datang ke sini dan gue akan pergi? Bukankah tugas gue membuat lo baik-baik aja dan pergi dengan sedikit sakitnya? Ayo, berikan rasa kesal dan sakit hati lo ke gue. Gue akan merasapnya mulai sekarang," Salsha memggelengkan kepalanya, dia tertawa mendengar ucapan Iqbal.

"Bal, bahasa lo terlalu jauh," keluh Salsha menarik Iqbal menghentikan makannya. "Ada apa? Gue harus makan makan siang sekarang atau gue akan kehilangan tempat duduk dan pergi ke kelas aja," Salsha melepaskan tangannya dari Iqbal sedikit canggung.

"Jangan pegang tangan gue, dia udah mulai tahu siapa kelemahannya. Jangan buat tangan gue terus mau pegang lo lebih jauh dari ini," Salsha tertawa mendengar penuturan Iqbal.

"Bal, kenapa lo menjaga jarak dari gue keterlaluan? Gue takut lo semakin menjauh dari gue," Iqbal terkekeh mendengarnya. "Gue butuh waktu sendiri, dan gue lagi memasang pertahanan besar yang gue buat dengan tekad agar enggak runtuh hanya dengan lo bilang 'gue suka sama lo,' ke gue. Gue akan runtuh cuma dengan perkataan sepele itu, jangan main-main," Salsha melempar kentang goreng miliknya pada Iqbal dan ditangkap tangan Iqbal langsung memakannya.

"Gue sayang sama lo," ucap Salsha frontal sekali. Iqbal menghentikan gerakannya masih melihat mata Salsha dengan tatapan dalam. "Sal gue tahu lo cuma main-main sekarang," Iqbal mengalihkan matanya dari Salsha. Salsha tertawa saat Iqbal tahu maksud lainnya.

"Semakin ke sini lo semakin sulit gue ajak bercanda," Iqbal memutar bola matanya malas. "Hey! Gue lagi memaksakan diri buat move on. Lo enggak akan tahu rasanya karena perasaan lo terbalaskan. Gue cinta sendirian, wajar aja kalau gue semakin menjaga jarak, sulit bercanda, dan yang lainnya. Gue manusia biasa yang lagi patah hati. Tolong pahami gue, ditolak mungkin sakit tapi lebih sakit lagi saat gue lagi berusaha keras buat move on tapi orang yang gue suka terus memaksa gue gagal dari rencana move on gue sendiri," Salsha mengangkat satu alisnya sendiri.

"Jangan move on dari gue," minta Salsha membuat Iqbal diam saja. "Apa gue harus perjuangkan cewek yang udah punya pacar? Sal jangan egois, udah gue bilang berapa kali sama lo kalau lo enggak bisa punya dua sekalipun lo punya dua mata, dua lubang hidung dan dua telinga, tangan dan kaki. Hati lo tetap satu Sal, dan tubuh lo satu. Apa tangan kanan lo mau buat gue dan tangan kiri lo buat Aldi? Ayo buat kesepakatan sekarang, keluarkan jantung lo dan bagi dua, satu buat gue dan satu buat Aldi. Apa lo bisa?" Salsha melirik Iqbal benar-benar tidak bisa berpikir jernih.

"Apa yang ada di kepala lo sekarang," ucap Salsha bingung sekali. Salsha hanya mengatakan jika dia menyukai Iqbal, bukankah suka belum tentu sayang. Lagipula perasaan sayang Salsha masih pada Aldi. Kenapa Iqbal membahasnya terlalu jauh.

"Lo, di kepala, jantung, detak jantung gue, otak gue dan semua indra perasa gue. Semuanya teriak kalau cuma 'Salsha,' yang ada di pikiran gue," Salsha memutar bola matanya malas sekali.

"Lo budaknya budak cinta," Iqbal menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Bukan, gue budaknya dari budak-budak budak dan budaknya lagi dari budaknya cinta. Level gue lebih parah dari hanya sekedar budaknya bundak cinta, lo yang terus membuat permanen nama lo di semua organ tubuh gue, semuanya salah lo," ucap Iqbal menyalahkan Salsha dengan sangat baik.

"Sal, lo terlalu susah gue lupakan. Bagaimana cara mudahnya?" Salsha tertawa mendengarnya. "Selesaikan makanan lo atau pembicaraan ini enggak akan berakhir," Salsha memutus percakapan keduanya dan Salsha makan dengan lahao sekarang. Inilah kuncinya.

Salsha harus dibuat lapar hanya dengan membuatnya malu. Iqbal selalu berhasil membuat nafsu makan Salsha naik dua kali lipat dengan tingginya.

"Permisi, boleh gue gabung?" Seseorang berjalan mendekat kearah keduanya dengan sopan. Itu Kania. "Bal, boleh gue gabung," Iqbal menganggukan kepalanya. "Gabung aja, gue hampir selesai sekarang," ajak Iqbal menarik tangan Kania agar duduk di sebelahnya. Salsha memperhatikan tangan Iqbal yang memegang tangan Kania dengan santai.

'Padahal baru aja dia bilang kalau semua indra perasa dan organ tubuh punya dia cuma gue yang bisa merespon, ternyata itu cuma omong kosong,' batin Salsha melirik Iqbal dengan serius.

"Makan yang banyak, berat badan lo turun cukup banyak sekarang. Apa disana lo tertekan?" tanya Iqbal fokus memperhatikan Kania dengan makanannya. "Sedikit, Vietnam membuat gue merasa makanan enggak terlalu penting," Salsha cukup terkejut mendengarnya.

"Ada apa? Lo butuh minum?" Iqbal menyodorkan minumannya agar Salsha mengambilnya, sayangnya Kania lebih dulu memberikan minuman Salsha dengan tangannya.

"Apa gue salah?" tanya Kanja bungung saat keduanya menatap padanya dengan mengintimidasi. Salsha meraih minumannya sendiri dari Kania. "Terimakasih," ucap Salsha dibalas anggukan kepala ringan dari Kania.

"Ini bukan masalah besar, itu minuman lo.

Gue cuma mencegah lo minum minuman orang lain," jawab Kania santai sekali, dia kembali melanjutkan makanannya. "Sorry Sal, dia emang sedikit menyebalkan," ucap Iqbal membuat Salsha menganggukan kepalanya santai.

"Bukan masalah besar," Iqbal menganggukan kepalanya santai saat Salsha tidak memeprmasalahkannya.

"Cemilan gue buat lo, apa lo masih kurang?" Iqbal memberikan semua kentang gorengnya pada Kania dengan telaten dari satu ke dua dan seterusnya. "Makan yang banyak, lo harus lebih berisi dari sebelumnya," Kania menerima semua suapan kentang gorengnya dari Iqbal. Salsha melihatnya sedikit risih.

Kenapa di mata Salsha, Iqbal tidak baik-baik saja dengan Kania. Apa ada hubungan dan masalah lain diantara keduanya? Salsha rasa mereka benar-benar dekat lebih dari hanya sepupu sangat jauh yang Iqbal ceritakan padanya.

"Kalian romantis, apa kalian mempunyai hubungan serius dari sahabat? Gue rasa kalian lebih cocok disebut pacar dari sahabat," Salsha mengatakannya hanya dengan sedikit dongkol.

Kania cukup terkejut dengan pertanyaan Salsha. Dia terdiam cukup lama dan langsung menunggu Iqbal memberi kode padanya. Ah, dapat!

"Hampir, gue baru dekat sama Iqbal beberapa minggu ini. Dia berusaga romantis karena dia juga mau memperlihatkan pada orang yang sempat dia suka kalau Iqbal membayangkan gue adalah orang yang dia suka. Iqbal cuma mau memperlihatkan perasaan manisnya dia melewati gue. Sayangnya gue menikmatinya,"