Bianca menganggukkan kepalanya saat gue bertanya kaya gitu. "Gue ngajak ketemu lo karena gue pengen curhat sesuatu. Cuman lo yang bisa ngerti soal ini Za"
"Kenapa? Ada apa?"
"Gue bete sama Aksa" ucap Bianca. Well, gue agak kaget dengernya. Karena tadi disekolah Aksa keliatan biasa-biasa aja, gakeliatan kalau dia kaya abis berantem sama seseorang.
"Kenapa? tadi selama di sekolah Aksa keliatan biasa aja"
"Ya dia pasti biasa aja lah! Orang ga pengertian kaya dia mana bisa nyadar sama perubahan gue"
"Ko gitu ngomongnya?"
"Dia egois banget Za! Gue kesel sama dia"
"Kenapa? Coba cerita se detail mungkin sama gue"
Bianca sempat menghela nafasnya dulu sebelum dia mulai cerita sama gue, "sebenernya gue ga bego Za. Gue pikir dia bilang sama gue soal pacaran bikin bego itu becanda, gue pikir dia becanda. Tapi gataunya dia serius, tadi malem dia bilang sama gue. Gue gaboleh pacaran, bahkan untuk sekedar suka aja gue gaboleh. Gila ga sih dia tu, dia mau bikin gue jadi kelainan apa gimana coba!" Cerita Bianca. Keliatan dengan jelas kalau dia kecewa, iya dia ga kesel tapi kecewa.
Gue mengerti dengan sangat kenapa dia bisa kaya gini. Kalau gue jadi Bianca pun pasti bakal kesel juga, sementara gue juga tau Aksa itu orang yang seperti apa, Aksa itu orang yang keras kepala pake banget. Kalau dia bilang A yaudah A.
"Dan yang bikin gue makin-makin keselnya itu, masa dia bilang gue gaboleh ngerasain sesuatu kalau ada di deket lo atau Johnny"
"Maksudnya?"
"Gue kemaren bilang sama Aksa, waktu gue dijemput sama Johnny tiba-tiba aja gue ngerasa deg-degan sama perbuatan dia ke gue, ya kaya salting aja pokonya. Dan Aksa gasuka denger itu. Lo pikir aja deh Za, apa bisa gue ngontrol yang kaya gitu? Kan engga" gue diam. Gue diam denger ucapannya Bianca, seakan gue lagi nyerna dengan baik apa yang dia ucapin, apa gue salah denger apa gimana.
Gue denger Bianca bilang kalau dia sempet dibuat salting karena Johnny?
Kalau iya gue ga salah denger, apa boleh gue juga merasa kecewa? Gue gatau Johnny apain Bianca sampe dia berhasil bikin Bianca salting kaya gitu, yang jelas gue kecewa. Gue kecewa sama diri gue sendiri karen lagi dan lagi gue terlambat. Gue sangat ketinggalan jauh.
"Za"
"Moza"
"Moza!"
"Ya? Kenapa Bi?" Gue sedikit tersentak begitu Bianca manggil gue dengan volume suara yang sedikit tinggi. Oke, salah gue disini karena ngelamun. Harusnya gue bisa lebih ngerti sama situasi, ga seharusnya gue kaya gini. Fokus utama gue itu untuk tenangin Bianca, ayo Za. Fokus.
"Lo kenapa diem? Lo ga denger ya gue ngomong apa tadi?" Tanyanya sambil merenggut.
"Denger ko denger... yaudah, lo gausah dipikirin ya. Nanti gue coba bantu ngobrol sama Aksa, lo juga kalau bisa jangan lama-lama marah sama Aksa ya. Gaenak bukan kalau satu rumah berantem lama kaya gini? Coba aja ambil sisi positifnya kenapa Aksa bilang kaya gitu sama lo" saut gue yang untungnya Bianca mengerti sama ucapan gue.
Oke, satu lagi hal yang gue tau tentang Bianca. Dia anaknya cukup dewasa dalam nyikapin sesuatu, dan gasemuanya dia tanggepin pake emosi.
"Bi, gue juga sebenernya pernah nanya soal ini ke Aksa. Dan jawaban dia ya sama, ga jauh beda sama apa yang dia bilang ke lo" lanjut gue.
"Lo pernah nanya?"
"Iya, gatau juga sih kenpa gue nanya. Mungkin karena gue penasaran aja, lagipula kebanyakan emang begitu. Kadang kalau kakak laki-laki tu suka protektif banget sama adeknya, apalagi kalau perempuan dan masalah cowok."
"Yatapi Aksa tu kelewatan menurut gue Za"
"Iyaa, gue ngerti. Udah ya.. mending makan aja sekarang, oke?"
--
Sehabis nganter Bianca pulang, gue segera meluncur ke rumahnya Ezra yang letaknya itu ada di sekitaran jalan Siliwangi.
"Beres Za?" Tanya Ezra begitu gue baru aja turun dari motor.
"Iya.. udah ko" jawab gue kemudian Ezra merangkul bahu gue untuk ngajak masuk kedalem rumahnya.
"Pada kemana Zra?" Tanya gue sehabis menyapa keluarganya Ezra lalu galupa ngucapin selamat juga ke adeknya yang juara lomba calistung itu.
"Dikamar gue, lo mau makan sekarang?"
"Ntar lagi aja, gue pengen rebahan dulu" saut gue yang dibales dengan anggukkan kepala sama Ezra. Setelahnya kita berdua pun menuju lantai dua, tepatnya menuju kamar Ezra.
--
"Sa" panggil gue ke Aksa saat Johnny, Ezra dan Dipa keluar dari kamarnya Ezra karena mereka disuruh sama ibunya Ezra.
Karena hanya ada gue sama Aksa, jadinya ini waktu yang pas aja menurut gue untuk bahas soal Bianca tadi.
"Kenapa?"
"Lo ribut ya sama Bianca?" Tanya gue to the point. Aksa yang kebetulan lagi mainin hpnya langsung berhenti menggerakkan jari-jari tangannya dari layar hpnya, lalu beralih menatap gue. "Ribut? Engga ah. Ko lo bisa bilang begitu?" Tanya dia.
"Sebenernya taditu gue ketemu sama Bianca. Dia bilang sama gue kalau dia kesel sama lo karena omongan lo tadi malem" ucap gue. Aksa yang denger itu langsung menghela nafasnya kasar. Dia merubah posisi yang awalnya tiduran jadi duduk, kemudian menyandarkan punggungnya ke tembok.
"Gue juga pernah kan bilang sama lo? Malah di depan Ezra sama Dipa juga, alesan kenapa gue gamau Bianca pacaran dulu. Apalagi kalau sama kalian"
"Iya Sa, gue tau. Tapi dari cara ngomongnya itu lo salah"
"Salah dimananya coba?"
"Sa, Bianca tu belum pernah pacaran. Wajar dong kalau seandainya dia sewaktu-waktu pengen punya rasa suka sama seseorang. Toh dia juga normal kan, masa pubernya juga harusnya udah lewat kan? Kalau lo mau ngebatesin dia soal masalah cowok, pelan-pelan lah ngomongnya.. kasih dia pengertian kalau ga selamanya jatuh cinta itu menyenangkan. Bukan langsung tembak segala gadibolehin gitu"
"Ya mau gue ngomong kaya apa yang lo bilang pun intinya sama aja kan?"
"Memang pada intinya sama Sa, tapi pemilihan katanya.. Bianca juga pasti ngerti ko. Dia orangnya ga sebodoh itu walaupun pengalamannya masih nol soal cinta-cintaan kaya gini"
"Jadi gue harus ngapain?"
"Minta maaf lah! Pake nanya lagi lo"
"Ko gue gengsi sih mau minta maaf sama dia, terakhir gue minta maaf sama dia, besokannya gue langsung geli sendiri tauga"
--
"Teh Bia.. kenapasi? diem mulu daritadi, filmnya garame?" Saut Deon sambil menyenggol pelan lengan gue. Gue yang emang sedari tadi terdiam langsung menengok ke arah Deon lalu tersenyum, "sorry De, teteh lagi kepikiran sesuatu"
"Apaan? Coba sini cerita sama Deon, siapa tau Deon bisa bantu" balesnya dengan ekspresi muka yang gemesin, dia tu pengen keliatan wah, tapi sayangnya dia terlalu imut untuk gue. Alhasil gue malah jadi ketawa jadinya.
"Yee, malah ketawa. Deon serius teteh"
"Abisnya kamu lucu banget tauga"
"Teteh ih! Beneran inimah, teteh lagi punya masalah apa, seengganya Deon tau gitu. Kata guru BK Deon kalau kita lagi ada masalah tu jangan dipendem" sautnya lagi yang makin gemesin. Ah gila, ade bungsu gue kenapa lucu banget si.
"Engga ko De, teteh mikirin sekolah doang. Cape banyak tugas"
"Ga asik banget banyak ngeluh. Dasar manusia, nih ya teh.. kata guru BK Deon juga, kalau lagi menghadapi suatu masalah itu enjoy, nikmati. Jangan banyak ngeluh, nanti malah makin nambah beban tauga"
"Iyaa De.. iya..."