Chereads / SELAT / Chapter 2 - 1| Rencana Licik

Chapter 2 - 1| Rencana Licik

Senin pagi, awal mulai menyambut hari, menuruni anak tangga dengan malasnya. Cowo dengan berpenampilan yang cukup rapih itu, sedang memakai dasi seraya menuruni anak tangga.

Dia menuju meja makan, duduk dengan tenang, melihat Mamahnya yang sedang bikin kopi untuk Papahnya, terbukti dengan harum wangi kopi yang menyeruak ke indra penciumannya.

Seorang wanita denan penampilan dress sehari - hari itu, sedang membawa kopi butannya untuk suaminya, menyuguhkan di hadapan suaminya. Melihat anaknya yang sudah rapih siap berangkat ke sekolah.

Usai membuat kopi, wanita itu menghampiri kearah anak dan bapak yang sedang menatap dingin satu sama lain. "Mau sarapan apa? Biar mamah yang siapin," ujar wanita paruh baya itu, senyuman manis tidak luntur dari wajahnya. Wanita itu bahkan terlihat seperti masih muda, bahkan seperti remaja jaman sekarang.

"Al sudah besar, biar dia sendiri aja, kamu duduk terus sarapan, kita berangkat kekantor. Cepat." perintah papahnya yang tidak terbantahkan.

Vano menghela nafas, lalu tersenyum kearah mamahnya seolah memberi kode untuk mamahnya supaya nurut sama sang kepala rumah tangga.

Bu Yaksa duduk di samping suaminya. Mereka mulai memakan dengan hening.

Setelah selesai sarapan, Vano menyalimi punggung tangan papah dan mamahnya, merogoh kunci motornya di saku celananya. Lalu mulai melangkahkan kakinya kedepan rumah.

Sebelum menjalankan motornya, Vano memanasinya terlebih dahulu, memainkan gas motornya hingga berbunyi yang cukup memekak gendang telinga seseorang. Ekor matanya melihat seorang gadis setengah pereman pasar yang keluar dari rumah besarnya, ide jail pun terlintas di benaknya. Dengan gerakan cepat, Vano menaiki motornya dan menjalankannya sebentar, hingga berhenti tepat di depan gadis itu.

"Pagi, princees belek, good morning eprihbade, unch kangen banget aku tu." suara menjijikan itu, membuat kuping siapa saja terasa jiji mendengarnya.

"Hellow, pangeran badak, unch pen nonjok mulut lo yang ngomong jiji gitu." Desis gadis yang berambut tergerai itu.

"Mau bareng ga?" tawarnya, menaik turunkan alisnnya. Lantas gadis itu memicingkan matanya, aneh saja cowo yang ada di depannya ini berbaik hati.

Hah! Ia tidak boleh bodoh sama permainan licik cowo itu.

"Sayangnya, gue udah di jemput sama Jungkook." ucap gadis itu, menolak mentah-mentah ajakan Vano.

"Yaini, gue. Jongkok yang lo bilang," Gadis itu, mendengarnya langsung mengkepret mulut Vano yang ada di depannya ini.

"Anjir, pedes bener kepretan lo." Ucapnya, mengusap-usap bibirnya yang terkena kepret.

"Pagi-pagi tuh, harusnya morning kiss, bukan morning kepret." Lanjutnya, menahan kesal.

Sumpah demi apapun, cowo yang ada di depannya ini membuat dirinya jengah. "Koslet lo ya!." Geram gadis itu. Menyatukan jari telunjuknya di jidat, memiringkannya, lalu menarik turunkan jari telunjuknya.

"Mau bareng ga?" Tanyanya lagi dengan raut wajah yang serius. Vano melihat gadis yang ada di depannya ini sedang berfikir.

"Boleh." Ucap gadis itu, dia beranjak ingin menaiki motor besar itu, tanpa di duga, cowo sialan itu menekan gasnya hingga ia terpental jatuh.

"BANGSAT! COWO SINTING DASAR LO! AWAS LO YA, TUNGGU PEMBALASAN GUE." Teriak kesal gadis itu, melihat kedepan ternyata cowo somplak itu tertawa di atas penderitaannya.

Ck! ternyata ia sudah tertipu.

"DADAH REYNATA SEPETY ISTRI HALUANNYA JONGKOK HAHAHA..." Teriak cowo itu, tawanya pecah melihat wajah kesal gadis yang sedang menepuk nepuk rok sekolahnya yang terkena debu.

"ALGEVANO YAKSA! AWAS AJA LO YA!." Teriak gadis itu lagi, berjalan kedepan sedikit, agar bisa memberhentikan taxi.

¤¤¤¤¤

Sesampainya di kelas, Rena memeriksa tempat duduknya terlebih dahulu, ternyata aman. Rena mengeluarkan ponselnya lalu menscroll beranda twitter nya, Rena melihat tempat duduk cowo yang sudah memulai perang terlebih dahulu tadi pagi, ternyata masih kosong, seketika ide liciknya muncul.

Rena buru-buru ke tempat duduk cowo yang enggak ada akhlak sama sekali, memasang alat penjepit tikus di kolong meja cowo itu. Memang, terkesan berlebihan. Tapi ini nggak seberapa sama rasa malunya tadi.

"Untung sebelum tuh cowo edan mulai perang, gue udah siap kepikiran buat bawa nih benda. Ternyata guna juga nih benda. Siap - siap loh, kena perangkapnya gue!." gumam Rena memasang alat penjepit tikus itu di kolong meja musuhnya.

"Lo ngapain Re?" tanya Aan, teman satu mejanya Rena. Sejak tadi dia memerhatikan Rena.

"Beres." ucap Rena menepuk-nepuk tangannya, tidak menghiraukan pertanyaan temannya itu, Rena buru-buru duduk kembali di susul sama Aan yang mulai duduk.

Rena tersenyum misterius.

Aan yang mulai paham pun dia hanya menghela nafas, temannya ini tidak pernah berubah. Dari kelas sepuluh sampai sekarang kelas dua belas, masih sama, tidak berubah seperti supermen.

"Dendam kusumat banget lo kayanya sama si Vano," ujar Aan, mengambil kotak makannya dari dalam tas.

"Iyalah, gue sama dia ga akan ada yang namanya perdamaian." sarkas Rena, mendengus karna kelakuan bodohnya tadi, yang mau saja menerima tawaran tebengan. Ternyata? Cowo edan itu hanya mempermainkannya saja.

"Iya udah iya, kalau pun berdamai, pasti riweh, karna ciwi - ciwi yang unmood ngeliat lu pada mamerin keuwuan," tawa garing keluar dari mulutnya Aan dan Rena.

Dengan cepat Rena mengubah mimik wajahnya kembali menampilkan wajah juteknya.

Menit demi menit anak-anak mulai memasuki kelas, begitupun dengan gengnya Vano, yang tadinya hanya ada Rena, Aan dan anak culun yang membaca buku. Sekarang sudah ramai, karna lima menit lagi bel masuk.

Rena tersenyum licik, dia melihat targetnya sudah duduk di bangkunya. Sebentar lagi, jari-jari itu akan masuk keperangkapnya. Ia melihat tangan targetnya yang sudah mau memasuki kolong meja itu, dikit lagi, dikit lagi, dikit lagi dan...Ya.

Tap.

"AAAAAAAAAAAAAA..." Teriak Vano mendlegar di sepenjuru kelas.

'Kring....

Tepat sekali tangan targetnya memasuki kandang itu, berbarengan sama suara bel masuk. Rena tersenyum kemenangan, melihat wajah kesakitan Vano.

Rena melihat Vano yang mengangkat tangannya sebelah, lebih tepatnya yang terkena perangkapnya. Teman - teman sekelasnya terkejut apa yang di lihatnya, begitupun dengan teman satu geng Vano.

Dengan susah payah, mereka membuka alat penjebak tikus itu, dengan susah payah juga Rena menahan tawanya yang siap kapan saja meledak.

Vano dengan satu gengnya berusaha melepaskan alat perangkap tikus itu, dan sayangnya, alat itu terlepas, pas sekali dengan guru masuk kekelasnya. Membuat Rena melenyapkan angan - angannya karna alat itu terlepas dari tangannya Vano.

Tangan Vano memerah, untung tangan kirinya yang memerah dan terasa sakit yang amat luar biasa. kalau tangan kanannya yang kena perangkap sialan itu, bisa-bisa habis dirinya tidak mencatat materi hari ini.

"Tunggu pembalasan gue, pereman pasar"

¤¤¤¤¤

Saat ini sekolah sedang berlangsungnya jam istirahat, Rena memesan makanan seperti biasanya, di temani oleh Aan. Pesana Rena sudah datang. Rena mengangkat mangkuk bakso serta juice nya. Begitupun dengan Aan.

Suasana kanti yang ramai, Rena dan Aan hanya acuh. Keduanya mulai memakan pesananya itu.

Sedang asiknya memakan makanan, tiba-tiba..

Brak.

"HEH, PEREMAN PASAR, LO YANG BIKIN PERANGKAP ITU KAN?!," Tuduh Vano, menggebrak meja kantin yang di tempati oleh Rena dan Aan.