Dibawah teriknya sinar matahari, ditengah cuaca yang sangat panas itu. Disebuah lokasi tempat peristiwa yang akan menggemparkan Kota Kediri nanti, dimana Arslan dan Deren juga gengnya bertarung saat ini.
Namun dimana pertarungan sengit itu berada, banyak orang sekitar yang melihat kejadian itu baik muda dan dewasa, Terkejut akan pertunjukkan yang ada di depan mata mereka.
Dari 15 orang yang melawan Arslan saat ini, hanya 2 dari mereka yang berdiri lemas berhadapan dengan Arslan. Hanya Deren dan Agus yang tersisa untuk menyelesaikan puncak pertarungan ini. Tapi yang lebih mengejutkan lagi bagi penonton disekitar lapangan itu adalah, Arslan yang tidak terluka sedikitpun, bahkan nafasnya pun masih teratur. Tidak terlihat seperti orang yang habis melakukan pertarungan berat melawan 15 orang.
Ia sendirian melawan 15 anak kelas 3, itu mustahil dilakukan.
Deren yang nafasnya mulai tak beraturan, memandang Arslan ngeri. Bagaimanapun dia tidak terluka sama sekali. Sesekali tatapannya menelusuri teman-temannya yang tergeletak di tanah tak berdaya, beberapa pingsan, dan beberapa lagi meringis kesakitan. Menurutnya yang sudah tiga tahun bersekolah di SMP Patra, teman-temannya tidak lemah sedikitpun. Deren berusaha mengumpulkan mereka dibawah perintahnya dengan susah payah. Setiap satu dari mereka ia ajak duel, dan yang kalah menjadi milik yang menang. Dan deren tentu saja memenangkan semua pertarungan itu satu lawan satu. Tapi entah kenapa hari ini, ia begitu takut sejak awal memprovokasi Arslan. Bahkan Deren sudah tidak memikirkan pertarungan yang adil, dia tahu bahwa Arslan hanya seorang diri. Tapi ia memaksakan dirinya untuk bertarung dengan seluruh anggota kelompoknya.
Apa dari awal, aku sudah menyadari bahwa aku akan kalah? Batinnya berkata demikian.
"Deren! Sebaiknya kita selesaikan ini, aku sudah mencapai batasku!". Teriak Agus padanya.
Deren yang mendengar itu hanya mengangguk setuju.
Ia pun langsung melesat kearah Arslan, memberikan pukulan dari berbagai arah dengan kedua tangannya berayun bergantian, menargetkan pukulan itu tepat di wajah Arslan. Namun pukulan bertubi-tubi itu tidak ada yang mengenai Arslan. Arslan hanya menghindari pukulan itu dengan gerakan yang gesit, ketika satu pukulan tepat mengarah ke wajah Arslan, ia berpikir itu akan mengenainya, namun ternyata pikirannya salah. Arslan menangkap pukulan itu dengan tangan kirinya. Arslan pun membalasnya dengan 3 pukulan di perut Deren yang membuatnya tersungkur menyentuh tanah.
Agus yang melihat Deren berlutut menahan sakit di perutnya, segera berlari kearah Arslan berusaha membuat orang itu menjauh dari Deren. Tendangan agus membuat jarak antara Arslan dan Deren, membuat Arslan menjauh beberapa meter. Namun agus tidak berhenti disitu, ia pun melihat Arslan yang terhuyung karena menghindari tendangannya itu segera berlari mendekati arslan, memberikan pukulan dengan tenaga terakhirnya. Namun yang tidak agus sangka, Arslan malah mendekati dirinya dan melompat kearahnya dengan lutut kaki yang mengarah pada dagu agus, sehingga agus terkena tendangan lutut itu dan langsung jatuh tergeletak ke tanah tak sadarkan diri.
Arslan yang sedikit terengah-engah, melihat kearah Deren yang sedang berlutut sambil meringis kesakitan memegang perutnya. Arslan pun dengan cepat mendekati Deren yang seperti sudah kehabisan tenaga itu.
Arslan terlihat merogoh saku celananya, mengambil sebatang rokok dan diberikan ke mulut Deren, dan menyalakan rokok itu dengan pemantik api yang juga ia bawa. Selanjutnya Arslan meremas kotak rokok itu menjadi bulatan tipis, dan memasukkannya kedalam saku depan baju Deren, sekaligus pemantik apinya.
"anak SMP tidak seharusnya merokok. Uang saku yang diberikan oleh orang tua kalian seharusnya dipakai untuk hal yang berguna. Kalian itu hanya sekumpulan anak manja yang sok jadi preman". Setelah mengatakan itu dihadapan Deren, Arslan pun segera menendang kepala Deren hingga ia jatuh tergeletak menyentuh tanah dan tidak sadarkan diri.
Pertarungan 15 VS 1 orang itu berakhir dengan kemenangan telak Arslan yang hanya seorang diri. Ia berdiri ditengah 15 orang yang terkapar di tanah, membuatnya menjadi pemandangan yang mengerikan. Ia saat ini seperti Singa yang berdiri dihadapan para hyena yang kalah.
Arslan pun segera beranjak pergi dari tempat itu, ia pun mengambil tas nya yang tidak jauh darinya, dan bergegas untuk pulang kerumah. Sontak peristiwa itu pun menjadikannya legenda di kalangan anak-anak sekolah maupun anak berandalan di kota Kediri.
Tino dan teman-temannya yang melihat kejadian itu hanya bisa terperangah. Shock menjalar di diri mereka, baru kali ini mereka melihat adegan pertarungan yang sangat mengesankan seperti di film-film.
Sedangkan Kepala sekolah SMA Patra bersama Pak Darto, Annisa, dan yang lain, sepertinya terlambat untuk menghentikan insiden itu. Yang mereka lihat saat ini hanya Deren dan teman-temannya yang terkapar di tanah yang sangat panas, terkena teriknya sinar matahari saat itu. Annisa yang melihat kejadian itu hanya menutup mulutnya yang terbuka lebar, berbagai pertanyaan pun melintas dalam dirinya. Pandangannya pun segera menelusuri area itu, namun ia tidak menemukan keberadaaan Arslan. Dimana dia? Pikir annisa.
****
Satu jam setelahnya.
Arslan yang sesampainya ia dirumah, segera membasuh wajahnya yang sangat penuh dengan keringat. Sesekali ia terlihat tersenyum bahagia.
"hah, sudah lama aku ingin memukul mereka. Yah setidaknya aku sudah membuat mereka menerima ganjarannya, dulu aku masih tidak bisa berbuat apa-apa karena tubuhku yang kecil dan lemah". Gumam arslan yang saat itu melihat pantulan wajahnya di genangan air. Ia mengingat jelas kejadian itu, yang membuatnya tidak bisa memaafkan dirinya.
Dahulu, pada saat Arslan menginjak kelas dua SMP, ia memiliki seorang kekasih. Tentunya satu sekolah dengannya di SMP Patra, tapi bukan seangkatan. Kekasihnya saat itu masih baru menginjak kelas satu SMP, adik kelas Arslan pada saat itu. Tragedi itu bermula saat kekasih Arslan sedang sendirian berjalan menuju ke toilet wanita. Deren dan gerombolannya yang pada saat itu berada disana melihat kekasih Arslan yang berjalan sendirian, dan terbesit dalam pikiran mereka untuk menjahili gadis itu. Namun tak disangka dari ide sepele itu, berubah menjadi insiden yang menggemparkan se-antero jawa timur. Berita itu tersebar dimana-mana, keluar disebuah koran, artikel itu berisi bahwa 5 orang murid pria memperkosa gadis yang merupakan siswi kelas 1 di toilet wanita. Karena pada saat di kehidupan sebelumnya, dari 15 orang teman-teman Deren, hanya 5 orang termasuk Deren yang tidak lulus sekolah, dan terpaksa tinggal kelas.
Waktu itu Arslan hanya mengetahui kejadian itu sejak tersebarnya kabar bahwa kekasihnya masuk rumah sakit, dikarenakan menyayat pergelangan tangannya sendiri. Kekasih Arslan yang sudah sadarkan diri dari koma, lalu menceritakan kejadian sebenarnya kepada kedua orang tuanya. Orang tua kekasih Arslan pun melaporkan pengakuan anaknya itu ke pihak polisi dan menangkap Deren beserta 4 temannya yang lain. Arslan yang mendengar berita itu sangat marah dan terpukul. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi kekasih pertama baginya saat itu. Disaat ia baru merasakan indahnya cinta remaja, disaat itu pula ia merasakan sakitnya percintaan saat remaja. Ia hanya bersumpah dalam hati ingin membalaskan rasa sakit itu berulang kali kepada Deren.
"yah, setidaknya sekarang aku bisa melindungi orang yang aku sayangi"
Dirinya sangat menyesali ketidak sanggupannya saat itu. Arslan sangat ingin mengubah semua kejadian buruk itu agar tidak terulang kembali. Ia hanya tidak ingin hidup dengan membawa penyesalan.