Rafiz menghempaskan tubuhnya kasar di atas ranjang yang berada di kamar tamu, dia masih kesal dengan apa yang di lihatnya. Dia juga menyesali bagaimana mulutnya dengan santai mengatakan jika akan melakukan yang Cherlly minta. Cherlly menutup rapat-rapat alasannya berpisah, membuat Rafiz semakin kesal dan putus asa. Rafiz mengambil ponselnya, menekan sebuah nama di kontaknya,
"Gue tunggu lo di tempat biasa!" kata Rafiz kemudian dia bergegas ke luar dari kamarnya,
Rafiz mengambil kunci mobilnya mengabaikan panggilan sang ibu yang meneriakan nama nya. Saat ini bagi Rafiz tidak ada yang lebih penting dari Cherlly.
---
"Lo on time juga" sindir Rafiz yang kini menyesap segelas wine di tangannya,
"Lo kira gampang ke luar dari proses pingitan di rumah. Emang lo ada apa? Mau nuduh gue apa lagi? Gue gak ada waktu buat ngeladenin pikiran kotor lo ke gue" cerocos Randy, saudara kembarnya