Hari ini Cheza tidak masuk kelas , ia mengurung dirinya di Rooftop sampai jam pulang . Cheza membaca grup sekolahnya yang isinya tentang berita dirinya yang digelari"Cheza ternyata pelacur." Cheza takut untuk bertemu dengan orang-orang yang menyorakinya dengan sebutan yang tidak pantas . Sedangkan mereka tidak tahu apa yang terjadi .
Cheza tidak mau pulang sebenarnya ,tapi dia juga takut untuk tinggal di sekolah , takut hantu. Cheza berusaha untuk menyeret tubuhnya sendiri pulang kerumah , mencoba mengabaikan rasa-rasa sakit yang menjalar di tubuhnya ataupun di batinnya.
Setiap langkah Cheza , ia hanya memandang kosong pikirannya entah kemana-mana . Sampai-sampai tadi dia hampir ditabrak mobil karena menerobos menyebrang jalan tanpa melihat lampu lalu lintas.
Saat sampai di rumah , Joko sengaja menunggu Cheza di depan pintu rumah dengan emosi yang tergambar jelas di jawabnya. Cheza tidak menyadari Joko karena dirinya melamun . Helsya dan Gean hanya bisa menyimak.
Joko menarik Cheza dengan kasar hingga Cheza terhenyak . Joko mendorong tubuh Cheza hingga membentur tepian lemari . Cheza meringis kesakitan . Tubuhnya hampir mati rasa akibat terlalu banyak menahan sakit hari ini.
"DASAR ANAK KURANG HAJAR!" bentak Joko. Cheza meringis kesakitan lagi saat ikat pinggang milik papanya mencambuk tubunya . Tenaga Cheza sudah habis untuk melawan papanya atau sekedar menghindar saja sudah tidak bisa. Cheza juga tidak menangis seperti yang tadi-tadi. Dia hanya diam dan pasrah.
"KAMU CUMA BISA BIKIN MALU!!"
PLAAK!!!
PLAAK!!
PLAAK!!!
Helsya sudah tidak tahan lagi melihat kakaknya disiksa seperti itu . Helsya tidak dapat berbuat apa-apa selain hanya berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan Cheza. Sedangkan Gean diam seribu bahasa.
"U-udah.... Ya-h pa , a-aku capek. Aku ng-ngak sang-gup lag-gi " ujar Cheza tersengal-senggal antara menahan sakit dan menahan sesak yang ada di dadanya.
Kepala Cheza yang beberapa detik lalu masih bisa terangkat kini terkulai lemas dan dia tidak sadarkan dengan isi posisi menelungkup di lantai.
"KAK CHEZAAA!!" Teriak Helsya menghampiri Cheza untuk Menyadarkan kakaknya itu . Helsya mencoba mencari denyut nadi Cheza dan sedikit lega karena masih ada denyutan meski lambat.
"PAPAA ,KAK GEAN CEPATTT BAWA KAK CHEZA KE RUMAH SAKIT . CEPATT" teriak Helsya .
Joko ataupun Gean sama-sama diam . Kemudian Joko pergi menuju kamarnya tanpa rasa kasihan. Gean hanya mematung, pikirannya kacau.
"Dia emang Pantas Mendapatkan itu."
"PAPA TEGA !! KAK GEAN BURUAN. BAWA KAK CHEZA . BI MINAHHH!! MANG UDIIINNN BANTUIN KAK CHEZA HIKS" teriak Helsya sekuat-kuat tenaganya menjerit.
"Astaghfirullah, Inalillah."
Bi Minah dan mang Udin datang lalu membantu Helsya membawa Cheza kerumah sakit.
🌚🌚🌚
Hujan mengguyur kota Jakarta dengan lebat. Cheza sudah siuman beberapa jam yang lalu. Ia menatap kosong kearah jendela rumah sakit. Cheza masih berharap apa yang dia alami ini hanyalah mimpi buruk, tapi ternyata adalah sebuah kenyataan pelik.
"Gimana rasa badanmu Cheza ?"tanya dokter yang baru saja masuk dengan dua orang perawat di belakangnya.
Cheza tidak merespon, ia masih larut di dalam lamunannya . Dokter Ratna yang menyaksikan kondisi Cheza ikut prihatin. Sebagi dokter dia sudah bisa menebak kemungkinan apa yang terjadi pada Cheza.
Dokter Ratna berhati-hati menyentuh tangan Cheza untuk menyadarkannya.
"JANGAN SENTUH SAYA! " teriak Cheza spontan menjauhkan dirinya dan menepis kasar tangan Dokter Ratna. Lalu bersembunyi dibalik selimut.
"Saya dokter Ratna, jangan takut oke" Ujar Ratna berhati-hati menenangkan Cheza.
"Kamu bisa membuka selimut dulu untuk memastikannya"
Cheza menggeleng dan mengeratkan pegangannya pada selimut agar tidak satu orangpun bisa menyibaknya.
"PERGI !!!"
"Saya dokter Ratna , dokter kamu cheza. Sayang buka dulu selimutnya. Ini saya dokter Ratna" ujar Ratna meyakinkan Cheza.
" JANGAN PANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN ITU. SAYA BENCI . SAYA JIJIK. PERGI KAU . DASAR LAKI-LAKI BIADAB" maki Cheza dan kemudian terisak lagi.
Dokter Ratna dan kedua suster itu tertegun dan saling pandang. Ternyata hipotesis Ratna benar, bahwa Cheza sudah mengalami tindakan kekerasan seksual.
Ratna mendekati Cheza, mencoba membuka selimutnya walaupun di genggam kuat oleh Cheza. Ratna langsung memeluk Cheza memberikan ketenangan dan rasa aman.
"Saya ada di sini. Kamu yang tenang ya. Lelaki biadab itu udah nggak disini lagi. Kamu aman dengan kami. Tenang Cheza . Rileks " ujar Ratna lembut di telinga Cheza.
Cheza yang tadinya memberontak dan menggigil ketakutan mulai tenang. Pelukan dokter Ratna yang hangat membuat Cheza rindu sosok Defani, mamanya.
"Ma..ma aku takut ma"
🌚🌚🌚
Gean diam-diam mengikuti mobil mang udin yang membawa Cheza kerumah sakit. Gean menyaksikan semuanya, termasuk teriakan ketakutan Cheza tadi di dalam kamar inapnya.
Ada rasa bersalah di hati Gean. Tapi, rasa itu dia tepis jauh-jauh lagian toh dia juga dapat benefit dari semua ini. Dia bisa mendapatkan mobil mewah setiap bulannya dari sorum mobil kenzo dan uang puluhan juta lainnya hari teman-temannya yang lain. Oke Gean egois !
Gean mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat. Cheza adiknya itu begitu kacau.
"Ma.. Ma aku takut" lirih Cheza terdengar sayup-sayup dari dalam kamar.
"Ma.. Cheza takut. Mama jemput Cheza . Bawa Cheza ma. BAWA CHEZA MA!!! " ujar Cheza lirih dan kemudian tiba-tiba berteriak di dalam pelukan dokter Ratna.
Gean menyandarkan punggungnya ke dinding yang dingin, lalu memejamkan matanya beberapa saat.
Tring!
Uangnya udah gue transfer. Bayaran semalam. Besok adik manis lo giliran kami.
Thanks bro.
Gean hanya membaca notifikasi itu dari berandanya dan selang beberapa menit kemudian notifikasi dari bank mobilenya masuk.
Trx Rek, xxxxxxxxxxx
CN masuk xxxxxxxxx
Sebesar Rp. 16.000.000,00
Pada tanggal 14 oktober 2020
21.34.00
Setelah mendapatkan uangnya, Gean mentransfer lagi ke rekening papanya, bapak Joko jehuandra kemudian pergi meninggalkan rumah sakit .
Apa gue jahat?