Author's POV
"Thanks hari pertama gue di sekolah baru, harus disambut sama hujan lebat kayak gini" protes Arsanin.
Ia harus berjalan kaki untuk sampai ke sekolahnya. Sebab Raja, abangnya tak bisa mengantarnya dikarenakan memiliki jadwal e-sport offline dengan anak tongkrongannya.
Tiba-tiba angin kencang membuat payungnya terbang dan mengenai pengendara motor.
Arsanin berlari cepat ke arah pengendara motor itu untuk meminta maaf. Ternyata anak itu memakai seragam yang sama.
"Maaf gue gak sengaja"
"Santai aja", anak laki-laki itu dengan cepat mengambil payung Anin.
"Nih pake. Nanti lo kebasahan", ucapnya lagi.
"Iya..", balas Anin tak tahu harus menjawab apa.
Ternyata anak laki-laki itu baru menyadari bahwa mereka bersekolah di sekolah yang sama. Ia melirik nama yang terpampang di baju seragam Anin.
"Arsanin?"
"Hah? Lo tau dari mana nama gue!?!"
Anak laki-laki itu hanya terdiam sambil melempari lirikan ke baju seragam Anin, se akan-akan ia memberi tau bahwa dari sanalah ia bisa mengetahui namanya. Sekaligus memberi tau bahwa dirinya bukanlah cenayang yang dapat mengetahui sesuatu hal secara tiba-tiba.
"Oh..", balas Anin sambil menutupi baju seragamnya dengan menarik kardigan miliknya.
"Buruan naik. Gue gak gaada jas hujan lagi. Jadi pegang payungnya jangan terbang kayak tadi", suruhnya dengan ekspresi ingin tertawa.
Alhasil Anin menerima tumpangannya, lagi pula ini hujan, begitu pikirnya. Anam laki-laki itu mengendarai motor seperti raja jalanan, Arsanin harus memegang erat payungnya agar tak terbawa angin.
10 menit kemudian mereka sampai di parkiran sekolah. Langit yang tadinya gelap berubah menjadi cerah.
"Makasih ya, maaf juga", ucap Anin.
"Jadi, lo sebenernya minta maaf atau makasih nih?"
"Dua-dua nya aja.." balas Anin sedikit canggung.
"Boleh tau nama lo?, Tanya Anin memberanikan diri.
"Hahaha nanti juga lo tau. Anak baru ya", balas anak laki-laki itu dan berlalu meninggalkan Anin yang masih terpaku.
*Handphone Anin berdering*
"Woi lo dimana? Udah sampe belum sih? Lama banget"
"Udah, gue di parkiran. Samperin dong, gue gak tau kelasnya dimana", rengek Anin tak tau diri.
"Yehh sianjir, yauda tunggu-tunggu"
"HAHAHA GITU DONG. BURUAN YA NDRE"
Andre sudah seperti saudara kandung untuk Anin. Mereka sudah berteman bahkan sejak mereka masih kecil. Orangtua Anin sudah seperti orangtua sendiri untuk Andre. Andre bahkan memanggil ibunya Anin dengan sebutan mama.
Sebelum Anin pindah domisili,
Andre tinggal bersama dengan keluarga Anin. Mamanya Anin mengurus Andre seperti mengurus anak kandung sendiri. Mereka benar benar seperti saudara kandung pada umumnya.
Orang tua Andre bercerai sejak ia masih balita. Ibunya membanting tulang seorang diri hanya untuk menghidupkan Andre. Maka dari itu Andre tinggal dengan keluarga Anin, karena ibunya sibuk mencari uang.
Alasan mengapa Anin sempat pindah domisili walaupun sekarang akhirnya kembali lagi adalah, karena papahnya ditugaskan ke daerah dan Anin terpaksa harus ikut bersama kedua orangtuanya. Sementara abangnya dan Andre tetap tinggal menempati rumahnya.
"Bengong mulu kayak kuda"
"KAGET TAU GAK", ucap Anin sambil memukul pundak Andre karena reflek.
Mereka pun bergegas menuju ruang kelas yang berada di lantai 2. Andre dan Anin berada di kelas yang sama, yaitu 11 MIPA 3. Suasana koridor benar benar ramai. Anin memperhatikan sekitar tapi tak dapat menemukan yang ia cari. Ia penasaran dengan anak laki-laki yang ia temui pagi ini.
Anin memperkenalkan dirinya. Dan kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan lancar. Ia juga mendapat teman-teman baru.
Seje orang pertama yang menawarkan dirinya untuk menjadi teman Anin. Seje merasa mereka punya banyak kesamaan. Mereka sama sama orang yang attrractive, supel, asik dan gampang berbaur.
"Kantin yuk nin"
"Boleh, kebetulan gue udah laper hahaha"
Di koridor dilihatnya kerumunan orang seperti sedang menonton pertunjukan. Riuh, dan sangat berisik.
"Je, ini sekolah emang gak pernah sepi ya?"
"Hah?", balas Seje agak lola. Alias loading lama.
"Eh sumpah berisik banget lo ngomong apa@$__&-6+7", saking berisiknya Anin tak mendengar jelas ocehan temannya itu.
Anin memperhatikan siapa dibalik kerumunan orang yang berada tepat di depannya. Ia mendapatkan anak laki-laki yang tadi pagi ia temui. Ternyata di balik kerumunan orang yang begitu ramai, terdapat dua orang yang sedang berkelahi. Bukan, anak laki-laki yang tadi pagi ditemuinya bukan termasuk orang yang terlibat perkelahian. Anak laki-laki itu malah terlihat seperti berusaha memisahkan dua orang yang sedang berkelahi itu.
"Lo pikir sekolah diciptain buat tempat berantem?!"
Seje tercengang melihat temannya tiba-tiba masuk ke dalam kerumunan dan meneriaki kedua seniornya yang sedang berkelahi. Tepatnya the most wanted-nya SMAN 1 Harapan Bangsa.
Arsanin mencengkram salah satu bahu seorang laki-laki yang terjatuh akibat hantaman, dan membantunya berdiri.
"Kalian mau ngeliat mereka mati dulu, baru dipisahin?!", Teriak Anin kepada orang-orang yang sedari tadi hanya memperhatikan tanpa berusaha memisahkan dua anak laki-laki yang berkelahi itu.
"Gimana? Kalian udah puas berantem di sekolah? Gak malu diliatin satu sekolahan?"
"Oh lo berdua termasuk orang yang suka sama attention seeker ya?haha" Sarkasnya sambil sedikit tertawa.
Dengan santai dan tanpa rasa takut sedikit pun, Anin memelototi anak laki-laki yang tadi menghantam lawannya. Matanya dingin, menusuk, dipincingkan matanya dan membuat Anin terpaku beberapa saat. Anin membalas dengan tatapan sinis.
Tiba-tiba seseorang menarik tangan Anin dari kerumunan. Siapa lagi kalau bukan Andre, lalu diikuti dengan Seje. Sebenarnya Anin tak ingin meninggalkan tempat itu begitu saja. Namun Andre menariknya dengan paksa.
.....
Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk singgah dan meluangkan waktu untuk membaca ini💗.