Setelah lelah mengurusi acara puncak, belum lagi mereka kan harus belajar yang sangat menguras otak di kelas. Dan sekarang waktunya pulang tentu saja mereka belum bisa pulang, karena mereka anggota OSIS inti. Dan jabatan mereka berdua di kepanitiaan ini adalah ketua dan wakil. Nah, tentu saja mereka harus tetap memantau kegiatan sore ini.
"Eh Bolot, kamu capek gak sih? Aku capek banget sumpah si hari ini. Otak sama tenaga semuanya sama-sama terkuras."
Aish yang diajak berbicara bukanya menjawab malah tetap diam dan fokus dengan pandangannya kedepan.
"Woi! Emang dasar Bolot ya. Diajakin ngomong malah diem aja, ngeliatin apa sih? Gantengan juga aku kali kemana-mana."
"Ish apaan si pak lebay, berisik banget. Gak bisa apa ya biarin aku tenang bentar aja gitu. Kamu pikir aku gak capek apa, capek banget kali ini."
Kai yang dibilang pak lebay, bukanya marah atau risih ia justru tambah senang. Entah kenapa senang sekali ia mengganggu ketenangan Aish.
Eh tunggu, Kai semakin mendekatkan wajahnya pada Aish. Aish yang tak mengerti apa-apa hanya terdiam kaku, bingung harus bagaimana. Dan kini Aish hanya mampu memejamkan mata, dan... Tatapan Kai beralih ke samping. Yah ternyata Kai hanya mengambil sesuatu yang menempel dibalik kerudung Aish.
"Ngarep banget sih Bolot aku bakalan cium kamu?" Kai tertawa puas sembari berbicara seperti itu.
"Apaan sih Kai, nyebelin banget jadi orang." Aish yang kesal ingin saja segera pergi dari tempat itu, tapi karena posisi yang tak siap hampir saja ia terjatuh kalau saja Kai tak menolongnya.
"Nah kan, suka banget bikin kesempatan kaya gini." Sekarang posisi mereka seperti orang yang sedang berpelukan di tengah lapangan. Karena dari tadi mereka memang sedang berada di lapangan memantau kegiatan yang berlangsung. Dan tanpa mereka sadari, kegiatan itu berhenti sejak tadi karena ulah mereka berdua yang tak biasa.
"Ih apaan sih Kai, main gak jelas aja." Saat Aish kembali ingin berbalik, secara tak sengaja pula ia melihat ulat bulu yang sangat besar tepat menempel di daun di hadapannya. Seketika ia langsung kembali berbalik dan berteriak sambil spontan memeluk Kai dengan sangat erat.
"Aaa, Kai ada ulat bulu. Aku takut banget. Mundur Kai mundur, bawa aku pergi sekarang."
Kai yang iseng bukannya malah mundur justru semakin maju untuk membawa Aish dalam pelukannya itu semakin dekat dengan ulat bulu yang ditakutinya itu.
"Kai Pliss jangan iseng, aku fobia sama ulat bulu." Aish semakin takut, dan benar saja tak lama setelah itu kesadarannya hilang. Ia pingsan di pelukan Kai.
"Lot, Bolot. Kok diem sih?" Setelah tau tak ada reaksi dan ia merasa tubuh Aish tak ada penopang. Kini ia baru sadar, bahwa Aish sudah tak sadarkan diri kali ini.
Begitu tau, langsung saja Kai menggendong Aish ala cogan di drama Korea. Membawanya ke UKS, meskipun UKS nya dekat dengan dimana mereka berada sekarang, tapi Kai harus rela menaiki beberapa anak tangga untuk bisa sampai ke sana. Dan itu semua tentu saja ulahnya sendiri.
Tak perduli dengan seberapa banyak teriakan anak-anak lain, karena posisi mereka kan yang sekarang di pinggir lapangan tempat semua orang berkumpul. Tentu saja sangat ramai.
"Entah pertunjukan seperti apa yang harus kita lihat hari ini." Begitulah ucap salah satu anak baru yang sedari tadi menyaksikan setiap hal yang dilakukan Aish dan Kai.
"Lot, Bolot. Bangun dong, astaga masa sama ulat bulu aja takut sih. Mana badan kamu berat banget lagi, makan apaan sih astaga berat banget sumpah sih."
Tiba-tiba terdengar suara hp bunyi. "Lot, hp kamu bunyi tuh, ehh mama kamu ternyata, aku angkat aja ya. Tutt... Iya tan, ini Kaisar Tan."
"Eh Kaisar, Aish nya kemana? Kok kamu yang angkat?"
"Pingsan Tan, abis ketemuan sama ulat bulu tadi."
"Hah ulat bulu? Kamu apain dia astaga Kaisar. Dia fobia banget sama ulat bulu, kamu harus tau itu. Dia pernah sampe harus di impus Lo gara-gara ulat bulu."
"Yang bener tan? Ya ampun kaisar gak tau. Kaisar pikir fobia biasa aja Tan. terus Gimana ini Tan? Aish belum sadar juga sampe sekarang."
"Yaudah, kamu tolong Anter dia pulang. Biar Tante yang urus di rumah."
"Oh oke Tan, sekarang juga Kai langsung Anter aish pulai."
"Iya, makasih ya Kai, hati-hati assalamualaikum."
"Sama-sama Tan, waalaikum salam."
Sambungan telfon terputus setelah jawaban salam dari Kai. Kini Kai sekarang benar-benar panik. Bisa-bisanya ia iseng kelewatan begitu. Kai mengirim pesan ke seseorang sebelum akhirnya membawa Aish pulang dengan mobilnya.
Saat mobil sampai di depan UKS dan Kai kembali menggendong Aish untuk masuk ke dalam mobil. Semua orang kembali bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan seniornya itu. Perasaan tadi tak ada yang serius, tapi kenapa sampai begini?"
"Udah makasih ya, ini biar aku yang Anter sendiri. Nanti kamu nyusul setelah kegiatan seleksi. Bareng Sasa, sekalian bawain barang-barangnya Aish."
"Oh oke hati-hati ya."
..
"Bang, bang Erwin, itu kak Aish kenapa? Kok sampe pingsan gitu sih?"
"Dia fobia banget sama ulat bulu. Udah ya, kalian lanjut lagi aja kegiatannya. Abang harus kesana dulu." Setelah mengatakan itu Erwin bergegas pergi
"Bang Erwin, bang, yah malah pergi. Belum selesai juga ngomongnya."
Erwin pergi ternyata menuju ke Sasa yang sedang sibuk dengan perhitungan uangnya. "Sibuk banget Bu bendara ini mah."
"Gimana gak sibuk coba, kalo Misalnya kalian semua pada minta duit, minta duit Mulu. Dikira banyak kali ya duit kita, orang miskin gini juga."
"Eh ntar temenin aku ke rumah Aish ya."
"Lah ngapain juga ke rumah Aish, kalo ada perlu mendingan ngomong disini aja. Kenapa segala harus kerumah dia sih."
"Dia pingsan tadi, barusan dibawa Kai pulang."
"What! Pingsan? Kok bisa? Gara-gara apa?"
"Etdah, jangan teriak gitu juga kali. Ngomongnya satu-satu. Iya, bisa lah. Tadi dia ngeliat ulat bulu gitu sih kata Kai."
"Astaga, dia kan fobia ulat bulu. Bisa-bisanya sih, ini pasti ulah Kai deh, gak ada yang lain ni kalo udah begini. Emang dasar tukang buat ulah ya tu anak, aku heran Kenapa dia sampe banyak banget fans nya, padahal begajulan gitu."
"Eh kok jadi kamu sih yang ngomel, mending kita siap-siap sekarang. Toh sebentar lagi kegiatan juga selesai. Kita harus bawa barangnya Aish juga."
Sepanjang koridor menuju kelas, Sasa tak henti-hentinya terus mengomel. "Eh, terus acara kita gimana? Aish itu udah kaya gini dua kali. Berarti ini yang ketiga kalinya. Dan setiap kaya gini, dia butuh waktu paling cepet ya tiga hari untuk bener-bener pulih. Sedangkan tau sendiri acara kita sebentar lagi. Untuk persiapan gimana? Ish, ini semua gara-gara Kai. Gara-gara dia kan jadi makin repot gini."
"Yang bener sampe selama itu? Astaga terus Gimana dong?"