"Oh, jangan cemas, siklusku sangat cepat, lima hari lagi juga selesai hehe" Sandra mendorong pria dan tersenyum jahil.
Pada saat ini, bahkan jika Nico memiliki banyak energi untuk membalas godaannya.
"Dasar. Ayo kita makan." Nico meregangkan wajahnya dan segera bangkit.
Sandra melompat dari meja dengan cepat dan berlari beberapa langkah untuk mengejar pria itu, Dia memeluk lengannya dan berjalan dengan bangga di sebelahnya.
"Nico, maukah kamu membantuku?" Sandra mengedipkan matanya yang besar, terlihat sekali ingin meminta sesuatu.
"Bicaralah," kata Nico.
"Aku berhutang budi kepada teman sekelasku dan berjanji untuk memberinya bola basket sebagai kompensasi. Tapi harus bola basket terbaik dan paling bermakna untuknya. Bisakah kamu membantuku mendapatkannya?" Sandra tersenyum malu-malu.
Dia tahu bahwa pacarnya memiliki kekuasaan yang hebat. Permintaan seperti itu pasti bukan masalah besar.
"Itu mudah." Nico mengangguk, "Tim mana yang dia suka?"