Chereads / Nikah Kontrak : Kejutan Sang CEO / Chapter 35 - Ciuman di pipi tidaklah cukup

Chapter 35 - Ciuman di pipi tidaklah cukup

Siapa sangka bahwa malam ini, seorang Dhanny Atmaja menemukan wanita yang sempurna dan begitu menarik hatinya. Sikapnya yang arogan semakin membuat pria itu bergairah dan hatinya semakin terpikat. Apapun caranya, dia harus menaklukan wanita ini. Ketika dia telah menetapkan pilihannya pada seorang wanita, tidak ada yang bisa menghentikannya.

"Aku punya firasat...." Dhanny berkata setengah berteriak.

"Firasat apa?" ​Diana sedikit mengernyit.

"Di masa depan, suamimu bermarga Atmaja, dan namanya adalah Dhanny Atmaja" ujar pria itu tanpa tanpa malu-malu.

Diana terkekeh mendengar rayuan menjijikkan itu. Gadis itu pun berbalik, dan berjalan dengan angkuh ke dalam rumahnya. Tapi bagaimanapun, ia akan terus mengingat nama Dhanny Atmaja di dalam kepalanya.

Dhanny merasa sedikit patah hati ketika melihat punggung Diana semakin menjauh dan segera hilang sepenuhnya di telan oleh pintu. Ia tidak terbiasa ditolak oleh wanita. Selama ini justru dirinya yang selalu dikejar-kejar oleh puluhan wanita. Tapi jangan kira satu penolakan cukup untuk membuatnya menyerah. Penolakan malam ini justru memancing hasratnya untuk melakukan apapun demi mendapatkan putri keluarga Hartono itu.

..................

Di pagi hari, sinar matahari yang hangat masuk dari luar ambang jendela, dan secara kebetulan mengenai wajah Sandra. Gadis itu menemukan dirinya meringkuk di dalam pelukan Nico.

"Pagi," ujar Sandra sambil mengusap kedua matanya.

"Hei, jawab pertanyaanku, kalau bukan aku siapa yang ingin kamu nikahi?"

Wajah Nico terlihat suram. Kantung mata hitam muncul membuat wajahnya terlihat begitu lelah. Ternyata ia tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam. Kata-kata Sandra yang ambigu jelas telah mengusik pikirannya.

"Apa?! Aku baru saja membuka mataku dan kamu langsung menanyakan hal itu?"

Sandra sedikit meninggikan suaranya. Tapi ia pun tak bisa menahan tawa. Tidak disangkanya ternyata jawabannya semalam ternyata membuat pria ini hampir kehilangan akal sehatnya. Sandra membenamkan kepalanya ke dada Nico dan tertawa. Dia tidak pernah berhenti dikejutkan oleh sikap Nico yang selalu sulit untuk ditebak.

"Hm.. terus saja tertawa. Terus saja siksa aku..." ujar Nico dengan putus asa. Ia merasa hampir gila karena kelakuan gadis yang begitu dicintainya ini. Suka sekali mempermainkan perasaannya seakan dia sedang bermain dengan boneka.

"Salah sendiri jatuh cinta kepadaku. Tunggu saja, aku pasti menyiksamu seumur hidup, hehe"

Sandra menarik kepalanya, melompat dari tempat tidur, dan berlari kencang keluar dari kamar. Ia terlalu malu untuk menunggu Nico sempat bereaksi. Ia tahu betul bahwa Nico tidak bodoh. Dia pasti paham apa maksudnya. Semoga saja. Sandra terlalu malu untuk mengatakan secara blak-blakkan kalau dirinya juga ingin menikah dan hidup bersama dengan Nico.

Seumur hidup?

Nico tersenyum. Sedikit puas dengan perkataan Sandra yang secara implisit menyatakan keinginannya untuk hidup bersama dirinya, seumur hidup!

Dalam sekejap, suasana hati Nico menjadi jauh lebih baik. Ia melompat dari tempat tidur, berganti pakaian, dan bersiap mengantar Sandra ke sekolah.

Sosok Leo sama sekali tidak terlihat di tempatnya biasa berdiri menunggu Sandra dengan sepeda dan sebungkus sarapan di tangannya. Untuk pertama kalinya Leo tidak datang menjemputnya. Terus terang, hati Sandra terasa sedikit kosong dan sedih. Apakah dia menyesali pilihannya? Tidak. Sudah bertahun-tahun mereka terus bersama. Sandra berhak untuk bersama dengan pria pilihannya. Leo sudah cukup banyak menghabiskan waktu bersamanya selama bertahun-tahun, bahkan sejak mereka baru belajar berjalan.

"Ayo naik" ujar Nico menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

Angin pagi yang sangat sejuk bertiup ke wajah Sandra, seakan menyegarkan jiwa dan raga gadis itu. Suasana hati Sandra cukup baik pagi ini. Tapi akan lebih baik lagi jika dia bisa berdamai dengan Leo. Selama bertahun-tahun menghabiskan waktu bersama, Leo tidak pernah marah dalam kurun waktu selama ini sebelumnya. Hal ini membuat Sandra sangat kesal. Jika saja dia bersikap lebih terbuka dan menerima pilihan Sandra. Maka mereka tidak perlu bertengkar tentang hal sepele seperti ini.

"Nanti siang ingin makan apa?" Nico bertanya memecah keheningan. Entah kenapa sepertinya ia bisa merasakan adanya kegundahan di hati Sandra.

"Terserah saja. Koki yang kamu sewa sangat terampil sampai aku tidak bisa pilih-pilih." Sandra tersenyum mendongakkan kepalanya. Melihat wajah tampan Nico sangat membantu untuk menghilangkan rasa gundah di hatinya. Setiap kali dia melihat wajahnya dari dekat, Sandra selalu tersipu dan menjadi konyol. Jelas ini karena dia sangat menyukainya!

Nico mengangguk dengan senang. Merasa puas dengan apa yang ia lakukan untuk gadis itu. Untuk saat ini, ia bahkan bersedia memberikan dunia dan seisinya untuk gadis itu. Otaknya hanya dipenuhi dengan cara-cara untuk membahagiakan Sandra.

"Ngomong-ngomong, kamu berjanji akan memberiku uang. Kapan kira-kira? " Sirkuit otak Sandra langsung mengarah ke pembicaraan bisnis. Gadis ini begitu tidak sensitif dan hobi membuat suasana menjadi canggung. Masih saja memikirkan uang.

"Kapan saja oke...tapi..." jawab Nico dengan santai. Sebanyak apapun uang yang diminta Sandra, kapanpun itu, ia akan langsung memberikannya tanpa berpikir dua kali. Nico menundukkan kepalanya dan melihat wajah imut gadis itu melihat ke arahnya. Tentu saja ia berniat menciumnya. Tapi kali ini ia ingin gadis itu yang mengambil inisiatif.

"Tapi apa... jangan bilang kamu berubah pikiran" Sandra mengerutkan kening, dan langsung memiliki firasat buruk ketika Nico memalingkan wajahnya tepat saat ia menyebutkan tentang uang.

"Cium aku" Nico berbisik di telinganya. Gerakan bibirnya menghembuskan aliran udara hangat mengalir dari mulutnya, membuat telinga Sandra geli. Gadis itu terkejut sesaat, dan kemudian bertanya-tanya, apakah dia akan langsung memberikan uang itu setelah ia menciumnya. Jika benar begitu, maka kenapa tidak? Lagipula mereka sudah sering berciuman setiap hari. Sandra sudah terbiasa dengan bibir lembut Nico yang sangat disukainya.

"Oke!" jawab Sandra dengan penuh semangat.

Nico segera membungkukkan tubuhnya untuk memudahkan bibir mungil gadis itu meraih bibirnya. Tetapi dengan cepat Sandra melewati bibirnya dan mendaratkan ciuman ke pipi pria itu.

"Sudah. Cepat berikan uangnya" Sandra terkekeh melihat ekspresi bingung Nico.

Tentu saja lelaki itu merasa tidak puas. "Kamu ini memang bodoh atau sengaja mempermainkan aku?" Yang diinginkan Nico jelas adalah ciuman yang lebih dalam, lebih penuh kasih sayang. Kecupan kecil di pipi tidak akan membuatnya puas.

"Hehe aku tidak bodoh. Tapi kita sedang di jalan itu bahaya", jawab Sandra mencari-cari alasan.

"Jika kamu tidak menginginkannya sekarang, bagaimana kalau di tempat tidur malam ini? Kita matikan lampu dan pastikan tidak ada yang akan mengganggu" Nico menyeringai, memikirkan solusi yang lebih baik.

"Ah! Di malam hari?"

Sandra tiba-tiba merasa lebih takut. Pipinya memerah hanya dengan membayangkan dirinya dan Nico berciuman di tempat tidur. Bagaimanapun Nico adalah pria dewasa. Ia pasti menginginkan lebih dari sekedar ciuman.

"Kenapa, pacarku tidak mau berciuman lagi? Lalu siapa yang ingin kamu cium?"

Melihat Sandra ragu-ragu untuk waktu yang lama, suasana hati Nico kembali suram. Tapi dia juga memahami pikiran gadis itu dan tahu apa yang dia khawatirkan. Sandra selalu suka berpikir terlalu rumit.

"Bukannya tidak mau", jawab Sandra dengan kikuk.

"Oke. Aku akan bertanya padamu. Apakah pacarmu tampan?" Nico bertanya tanpa malu-malu.

Sandra mengangguk penuh semangat. "Tentu! Pria paling tampan di alam semesta!"

"Kalau begitu apakah kamu menyukainya? Apakah kamu mencintainya?" Nico bertanya lagi.

Gadis itu tersipu dan mengangguk, "Ya."

Sebuah jawaban singkat yang mampu membuat Nico seperti melayang di udara.