Chereads / Sun's Romance 2 / Chapter 2 - Part 2 - Pertemuan Yang Tak Terduga

Chapter 2 - Part 2 - Pertemuan Yang Tak Terduga

Namanya Fazri, pria dewasa berusia 30 tahun bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu Kementrian Republik Indonesia. Dengan postur badan yang tinggi tegap dengan baju dinas coklatnya membuat Sella betah memandangi foto profil whatsapp-nya berlama-lama.

"Sel, kok nggak di balas?" Tulis Fazri dalam chat terbarunya.

Sella terkejut dan buru-buru mengembalikan ke menu utama, kemudian membalas pesan Fazri.

"Maaf Mas hehe" Balas Sella.

"Jadi bagaimana, kamu mau bertemu denganku hari Jumat ini sepulang kerja?" Tanyanya kembali.

Sella menarik nafas panjang, ia jelas sangat gugup dan khawatir. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan pria asing yang tak pernah ia temui sebelumnya. Meski hanya sekedar diajak makan malam bersama, perasaan takut dan ragu menghantui pikirannya.

"Sel?" Tulis Fazri kembali.

"Tapi nggak akan lama-lama kan, Mas?"

"Tidak, aku juga akan mengantarmu pulang. Jangan takut ya, aku laki-laki yang baik kok. Kamu bisa percaya." Tambahnya.

Sella menyetujui ajakannya. Meski di hatinya masih ada keraguan, namun Sella tetap ingin mencoba bertemu Fazri. Ia berharap laki-laki itu dapat mengisi kekosongan hatinya yang sudah kian berdebu selama bertahun-tahun.

Sella sudah sering meyakinkan dirinya agar membuka hati untuk laki-laki yang mencoba mendekatinya, namun perasaannya kepada Fahmi tak kunjung berakhir. Ia masih berharap hanya kepada Fahmi hatinya berlabuh.

Sella dan Fahmi memang lucu. Sejak kuliah hingga saat ini, mereka sama-sama masih bertahan memendam perasaannya. Meski sahabat-sahabat mereka selalu menjodohkan, keduanya tetap memilih untuk tidak mengutarakan isi hatinya.

Fahmi pun sebagai seorang laki-laki tak berani memperjuangkan cintanya dengan Sella. Merasa dirinya masih belum baik untuk seorang perempuan cerdas seperti Sella, ia mengubur rapat-rapat hatinya sampai ia merasa yakin.

Sella sebenarnya mampu menunggu Fahmi jika seandainya Fahmi memintanya untuk menunggu dirinya siap berkomitmen, tetapi pesan itu tak pernah sampai langsung dari mulutnya Fahmi. Sella hanya mendengar dari sahabatnya Fahmi.

Perempuan mana yang bisa menunggu tanpa kepastian? Perempuan mana yang bisa bertahan dalam kesabaran?

Sella pun jenuh. Meski hatinya sangat mencintai Fahmi, namun ia tak pernah tahu apakah Fahmi juga mencintai dirinya. Ia tak yakin alasan Fahmi tak mengutarakan isi hatinya pada Sella apakah benar-benar karena Fahmi belum siap menjadi yang terbaik untuk Sella atau itu hanya alasan Fahmi untuk menutupi bahwa Fahmi tak benar-benar mencintai Sella.

Hal-hal seperti itu yang membuat Sella mengambil langkah untuk segera bangkit dan mencari tambatan hati yang lain. Ia tak ingin menghalangi Fahmi untuk dekat dengan perempuan lain hanya karena masih merasa tak enak dan menaruh harapan kosong pada Sella.

Sebab beberapa kali Sella mendapat kabar dari Rizal, bahwa Fahmi mengunggah foto bersama dengan perempuan di story Instagram saat Fahmi dan perempuan itu berada di suatu café. Namun postingan itu tak dapat Sella lihat. Selama ini yang Sella lihat hanya kegiatan positif yang dilakukan Fahmi saja di postingan yang di unggahnya baik di story maupun feed Instagram. Sehingga menimbulkan kesan baik pada banyak orang terutama Sella.

Maka dari sana lah timbul niat Sella yang semakin kuat untuk melepaskan perasaannya pada Fahmi. Agar ia dan Fahmi bisa sama-sama terbebas dari jeratan perasaan palsu yang selama ini menggentayangi keduanya. Untuk itu Sella berharap dengan menemui laki-laki lain, ia bisa melupakan Fahmi dan membiarkan Fahmi juga bahagia dengan perempuan pilihannya.

***

Hari ini hari bertemunya Sella dengan Fazri. Semalaman suntuk Sella tak bisa tidur dengan nyenyak. Ia memikirkan pakaian apa yang harus dikenakan, percakapan apa yang harus diucapkan, dan sikap apa yang harus ditunjukkan.

Hatinya berdegup dengan keras. Langkahnya makin berat kalah memasuki ruang kerjanya. Dalam hitungan jam, ia akan bertemu laki-laki tampan yang mulai mencuri hatinya selama satu minggu terakhir.

Teman sebelah meja kerja Sella mengernyitkan dahi saat melihat Sella bertingkah aneh hari ini. Tak biasanya Sella gugup dan tampak gelisah.

"Lo kenapa, Sel? Gelisah amat." Tanyanya.

"Mbak, aku mau ketemu cowok hari ini. Tapi aku belum kenal sebelumnya." Ujar Sella.

"Serius?????" Tanya Nita histeris, teman kerja Sella yang berusia 3 tahun diatasnya.

"Ssst… Iya Mbak. Gimana yaa?"

"Loh kok bisa? Kenalan dimana? Tinder?" Tanyanya senang.

"Bukan. Ini kakaknya temen kuliahku."

"Oh, yaudah lah kenalan aja. Dandan yang cantik ya nanti."

"Tapi aku harus ngapain ya?"

Nita menghela nafas. Selama Sella bekerja disini Sella memang tak pernah membicarakan lelaki manapun selain Fahmi. Rekan kerja yang menyukai Sella pun bahkan tak pernah dibahasnya. Pikirannya hanya berkutat pada Fahmi. Oleh karena itu Nita teramat senang mendengar pernyataan Sella akan bertemu dengan lelaki lain.

"Ya natural aja, be classy. Pokoknya lo jual mahal juga, biar dia penasaran sama lo. Emang mau ketemuan dimana?"

"Mau dijemput nanti di depan kantor, terus mau ke Mall Kokas."

Nita memukul-mukul kecil lengan kiri Sella. Ia hampir berteriak mendengar ucapan Sella.

"Gue liat sini kayak gimana fotonya? Ganteng nggak?"

Sella menunjukkan foto profil Fazri pada Nita. Dan benar saja Nita pun kembali menepuk lengan kiri Sella.

"Gila, ini mah ganteng banget. Cocok sama lo. Sikat aja sikat, ngga usah jual mahal, ini mah harta karun sist, udah ganteng, PNS pula. Berapa tahun?"

Sella tersenyum-senyum sendiri, "30 tahun, Mbak."

"Oh my God, mending buat gue, sama lo mah kejauhan. Beda 7 tahun kan?"

Sella mengangguk.

"Buat gue aja lah, kenalin ya? Ya?"

Sella mengambil ponselnya dari tangan Nita yang sepertinya sudah kesemsem oleh laki-laki tampan itu, "Enak aja, buat aku lah. Mbak Nita kan udah punya pacar." Kilahku.

"Ah pacar gue nggak seganteng ini, Sel. Buat gue aja lah kalo nanti lo nggak cocok sama dia, ya?" Pinta Nita sedikit merengek.

"Ih bukan doain yang baik-baik, malah gitu. Emang Mbak mau dengerin aku curhatin masalah Fahmi lagi?" Ledek Sella.

"Ogah, bosen. Cari yang lain aja mending. Gue pokoknya mau denger kisah lo sama si tampan ini ya. Awas aja kalo balik lagi ceritain Fahmi. Tapi hati-hati juga ya kalo ditempat sepi. Apalagi di parkiran."

"Loh kenapa emangnya, Mbak?"

"Takut aja di cipok. Hahahaha.." Nita membuat Sella terdiam sejenak. Hatinya kembali berdesir. "Udah ngga usah takut, hadapi saja."

Sella menghela nafas yang makin terasa berat.

***

Kantor Sella dapat ditempuh hanya 30 menit dari kantor Fazri. Jam pulang kerja Fazri dan Sella sama-sama berakhir pukul 4 sore. Namun Fazri akan pulang lebih awal agar Sella tak menunggunya terlalu lama.

Chat dari Sella membuat Fazri tersenyum, isinya mengabarkan bahwa Sella sudah akan bersiap-siap dengan alat make-up nya. Tentu saja hal itu memancing Fazri untuk menggoda Sella lebih manis.

"Aku jadi nggak sabar ketemu kamu. Aku berangkat sekarang aja kali ya." Goda Fazri dalam chatnya.

"Jangan, aku kan belum siap." Balas Sella kembali membuat Fazri tersenyum bahkan tertawa kecil.

"Gpp. Aku bisa tunggu di lobby."

Fazri pun segera bergegas mematikan PC nya dan mengatakan pada sekretarisnya bahwa ia akan pulang awal. Sekretaris perempuannya mengangguk patuh.

Dengan setelan kemeja biru muda dan celana slim fit hitam, Fazri melangkahkan kakinya menuju parkir mobilnya. Beberapa pegawai muda menyapanya, sepertinya Fazri memegang peranan penting meski usianya masih terbilang muda.

Mobil Toyota Rush hitam ber-plat merah ditujunya. Dibukanya pintu mobil sisi kemudi dan diletakkan tubuhnya di kursi kemudi itu. Mobilnya mulai melaju, Fazri siap menemui pujaan hatinya.

Tak butuh waktu lama, Fazri telah sampai di depan kantor Sella. Ia memarkirkan mobilnya di sisi jalan karena Sella sudah menunggunya di lobby. Fazri pun menghubungi Sella dan mengatakan bahwa dirinya sudah berada di depan kantornya.

Seorang perempuan mengenakan kemeja hitam dan rok span panjang, rambut hitam panjang sebahu dengan tas jinjing hitam di tangannya berjalan menuju mobil Fazri dan mengetuk kaca mobilnya.

Fazri sempat terpana melihat keanggunan perempuan yang mendatanginya. Buru-buru ia buka kaca mobilnya dan mempersilahkan perempuan itu masuk ke dalam mobil.

"Hai, Sella."

"Hai, Mas." Balas Sella dengan senyumannya yang manis.

"Kamu cantikan aslinya ya ternyata." Ujar Fazri.

"Ini memuji atau meledek?"

"Puji dong, kamu manis juga." Tambah Fazri membuat Sella kembali tersenyum.

"Yaudah yuk kita berangkat. Pegangan nggak?" Goda Fazri menunjukkan tangannya untuk di genggam Sella.

Sella menggeleng, "Nanti nggak fokus nyetirnya loh."

"Oh iya, grogi nanti digenggam perempuan cantik."

Sella tertawa kecil. Sella lega bahwa Fazri benar-benar nyata. Ketakutannya selama ini terbantahkan. Fazri benar-benar tampan, tutur katanya juga sopan, dan yang paling penting adalah ia benar-benar bekerja di instansi pemerintahan. Terlihat dari ID Card yang menggantung di kaca depan mobilnya.

Mereka saling diam, sesekali memandang dan saling melempar pertanyaan ringan. Fazri pun tiba-tiba mendadak bisu, pertanyaan yang sudah ia siapkan seharian ini tiba-tiba hilang dari pikirannya. Pesona Sella mampu membuatnya tak berkutik.

Sella pun tak membuka suara, ia lebih sering menoleh ke arah jalan, hingga mereka tiba di mall daerah Jakarta Selatan. Ia mulai gugup saat memasuki tempat parkir yang agak gelap dan Fazri mengarahkan mobilnya ke ujung sana.

Mobil berhenti melaju dan mesin pun berhenti.

"Yuk turun." Ujar Fazri.

Sella mengangguk, sesaat ia ingin melepaskan seatbeltnya, Fazri mencoba membantu. Sella pun terkejut dan menjauhkan dirinya.

"Eh Mas.." Ujarnya.

"Aku hanya mau bantu kok. Ini sudah terlepas." Ucapnya kemudian tersenyum. Fazri pun keluar dari mobilnya dan segera membukakan pintu mobil untuk Sella.

Sella menggigit bibir bawahnya dan tersipu. Ia mengucapkan terima kasih dan berjalan mengiringi Langkah Fazri.

Fazri memang agak kaku. Ia masih malu-malu menyentuh Sella. Ia mungkin ingin terlihat sopan di pertemuan pertamanya dengan Sella. Hingga tak ingin membuat Sella risih saat berjalan bersamanya.

Sesekali Sella memandangi wajah Fazri dari sisi kirinya. Fazri memang tampan, dengan tinggi badan sekitar 180 sentimeter, kulitnya yang bersih dan aroma tubuhnya wangi. Hidungnya juga mancung dengan lesung pipi yang terlihat saat ia tersenyum.

"Kita mau makan dimana?" Tanya Fazri membuyarkan khayalan Sella.

"Hah? Hm… Mas mau makan apa? Makanan ringan, kopi atau nasi?" Tanya Sella balik.

"Makan berat aja kali ya, sudah mau mendekati malam juga."

"Boleh. Hmm, mau makanan apa? Indonesian food, japanase, atau.."

"Kamu unik." Potong Fazri tiba-tiba.

"Unik kenapa?"

"Biasanya cewek kalau ditanya mau makan apa, jawabnya cuma 1, terserah. Tapi kamu mengembalikan semua pertanyaan ke aku."

Sella terkekeh, "Ini salah satu kata lain dari 'terserah' loh Mas. Aku suka bingung kalo ditanya mau makan apa, takutnya apa yang aku mau ternyata si cowok nggak mau. Jadi lebih baik tanya dulu, mau makan berat atau ringan, terus mau menu Indonesian food atau Japanese, misal maunya sushi, aku akan rekomendasikan restoran sushi yang enak. Aku kan pecinta makanan." Papar Sella panjang lebar membuat Fazri manggut-manggut dan berpikir.

"Tidak salah aku ingin mengenal kamu, kamu cerdas." Pujinya.

"Hehehe, lebih ke pengertian aja sih."

"Betul, kamu pengertian, kamu nggak egois mementingkan diri sendiri, aku suka sama cara pikirmu."

"Terima kasih, hehehe" Tukas Sella.

"Ya sudah kita makan sushi aja."

"Ichiban enak, sushi tei juga enak. Could you give me advice? Haha.."

"Sushi tei gimana?"

Sella mengangguk setuju. Mereka menuju restoran Sushi tersebut. Setelah duduk dan memesan menu yang diinginkan, keduanya bercakap-cakap mengenai pekerjaan sambil menunggu pesanannya datang.

"Aku ke toilet dulu ya." Pamit Fazri pada Sella. Sella mengangguk, kemudian Fazri pun pergi.

Tiba-tiba seorang laki-laki mendekati meja Sella dan memanggil namanya. Sella segera menoleh dan terkejut melihat laki-laki itu.

"Apa kabar lo?" Tanya laki-laki itu.

Masih dengan keterkejutannya, Sella hanya menjawab dengan anggukan. Wajah yang sudah lama tak ditemuinya sejak 1 tahun terakhir membuatnya sedikit terpana. Sapaan hangat laki-laki itu membuat rindunya terobati. Sella pun senang, laki-laki itu baik-baik saja, bahkan semakin mempesona.

"Gue baik, lo apa kabar, Fahmi?"

"Udah lama ya nggak ketemu, kangen juga." Ucapnya.

DEG.

Hati Sella tiba-tiba berdetak kencang. Moment ini sungguh tidak tepat, apakah Fahmi harus kembali menjadi penghalang dirinya membuka hati untuk laki-laki lain seperti yang sudah-sudah?

***

Tbc.

22/09/2020

20.00 WIB