Vote dan komentar jangan lupa yaaa. (˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)
Baca jam berapa??
.
Ada yang rindu dengan cerita ini gak ya?
.
.
Dengkusan dan decakan yang keluar dari bibir lelaki tampan itu tak berhenti hingga waktu sudah menginjak dini hari. Lelaki tampan dengan postur tubuh kekar itu terlihat mengerutkan kening semakin dalam.
Kenzo adalah lelaki yang sejak dulu selalu bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi, untuk malam ini, semesta mulai meragukan intensitas kemauan yang lelaki itu miliki.
Lelaki yang sudah memiliki dua anak itu masih terlihat berjalan mondar-mandir dengan sebuah minuman di sebelah tangan kanannya. Sesekali mata Obsidian hitam miliknya itu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Harusnya, Kenzo sudah menikmati malamnya dengan bergulung hangat di pelukan istrinya. Dan seharusnya juga, ia bisa melakukan ritualnya dengan menghisap benda bulat yang berada di tengah-tengah payudara istrinya dengan hisapan-hisapan kecil atau bahkan bergulat indah menikmati seluruh permukaan tubuh Valerry yang seperti candu untuknya.
Dan setelah itu, tidurnya akan menyenangkan dan menggairahkan seperti malam-malam sebelumnya.
"Ahhh...shit!!" Kenzo mengumpat kesal jika mengingatnya.
Tapi kali ini, jangankan menghisap puncak dada milik istrinya, Kenzo bahkan tidak bisa hanya sekedar memeluk Valerry atau bahkan melabuhkan bibirnya di bibir mungil istrinya.
"Sial!!" Kenzo mengerang dan menarik rambut pantat ayamnya dengan ke dua jemari tangannya, frustasi.
Semua orang sudah berbaring nyaman di atas tempat tidur dengan selimut menutupi tubuh mereka dari jangkauan udara dingin. Sedangkan dirinya masih terjaga dengan segelas wine sebagai pengganti kesengsaraan yang di alaminya malam ini.
Kenzo mendengus dan menghela napas lelah.
Hingga pada akhirnya, Kenzo yang lelah dengan penantiannya yang tak kunjung datang, hanya duduk dengan geraman kesal.
"Tch!!" berdecak dengan tangan berseidekap. Sorot matanya tak henti-hentinya menatap anak tangga. Berharap jika akan ada satu sosok yang akan menghampirinya.
Lelaki dominan itu kini menyadari, jika ia lemah dengan istrinya. Setelah menikah, Kenzo berubah menjadi lelaki lunak yang jika tidak ada Valerry di sisi tempat tidurnya, lelaki itu akan kesulitan memejamkan mata.
"Bajingan!!" Kenzo menggerutu kesal. Lalu menegak minumannya dalam sekali teguk.
Tak hanya itu, kesialan kembali hadir saat ia melihat sosok menyebalkan yang sejak pertama kali bertemu, sudah membuat Kenzo ingin sekali membunuh sosok yang kini tersenyum mengejek ke arahnya.
"Big baby susah tidur rupanya." Sindir Sean. Begitu melihat raut wajah yang Kenzo perlihatkan. Lelaki itu tampak berantakan dan bahkan terlihat menyedihkan di mata Sean.
"Apa kau sudah bosan hidup?"
"Wow... Aku takut mendengarnya." Ironi Sean. Dan melangkah menuju pantri untuk segelas air putih untuk ia konsumsi. "Valle benar-benar tidak beruntung. Kenapa dia bisa menikah dengan lelaki sepertimu." Cibir Sean. Menggeleng geleng kan kepalanya tak percaya.
Sedangkan Kenzo, lelaki itu tetap diam tak menggubris apapun yang Sean katakan. Lelaki yang masih menjadi saudara sepupu istrinya itu memang sejak dulu selalu ingin menarik emosinya.
"Dasar bucin."
Setelah mengatakan itu, Sean berlalu meninggalkan Kenzo yang menatapnya dengan sorot mata tajam. Lelaki Alarix itu ingin sekali menghajar wajah rupawan yang Sean miliki. Tapi, jika ia melakukannya, maka tidak menutup kemungkinan jika wanitanya akan berubah mengerikan dan yang pasti, akan memberinya satu hukuman yang pada akhirnya akan membuatnya menyesal.
Kesal karena tak bisa melakukan apapun dengan lelaki kecil yang sudah memonopoli Valerry, Kenzo hanya bisa melepas seluruh kancing kemejanya dan menjatuhkan seluruh tubuhnya ke dalam sofa. Membaringkan punggung lebarnya dengan menaruh sebelah tangannya di atas kepala dan mulai memejamkan mata. Berharap waktu cepat berganti dan membuat waktu tidurnya kembali terlelap di dalam kehangatan tubuh istrinya.
~****~
Sentuhan-sentuhan lembut yang menjalar di sekitar rahangnya seperti sihir yang menenangkan. Seolah, usapan yang berada di rahangnya yang kokoh itu adalah sebuah ritual yang meski terasa singkat, sanggup membuat lelaki yang baru saja memejamkan matanya beberapa menit yang lalu itu bisa membuat kelopak matanya kian terpejam erat.
Harum aroma yang sangat di kenal di indra penciumannya itu terasa begitu nyata baginya.
Kenzo tak ingin membuka kelopak matanya. Ia masih ingin merasakan usapan dari tangan lembut dan memenangkan baginya.
Begitu Kenzo tak merasakan lagi sentuhan itu, manik matanya langsung terbuka dan fokus pandangannya langsung tertuju pada sesuatu yang ia anggap seperti halusinasinya semata.
"Sayang," Kenzo berujar lirih. Menatap sosok wanita yang sejak tadi ia tunggu-tunggu kedatangannya. Senyum yang di perlihatkan wanita di depannya itu seperti medan magnet untuknya. "Apa itu kau?"
Valerry semakin mengembangkan senyum bibirnya. Mengusap kening Kenzo dan memberi satu kecupan singkat di sana. "Kenapa tidur di sini, hmm?" Tanyanya.
Kenzo mengerang dan mengubah posisi menjadi duduk. Menatap dengan saksama sosok wanita yang ada di hadapannya itu bukan hanya sekedar mimpi baginya.
Bibir Valerry kembali mengembang sempurna menatap suaminya. "Ini bukan mimpi," Serunya.
Dan desahan panjang penuh kelegaan langsung mengudara. Membuat lelaki tampan itu langsung mengambil tubuh Valerry untuk ia peluk dan melabuhkan kecupan-kecupan ringan di helai rambut istrinya.
"Aku bisa gila jika seperti ini." Gumam Kenzo.
Valerry terkikik geli mendengarnya, "hanya semalam, Papa."
Kenzo mendengus, lalu mengangkat Valerry dan membawa tubuh istrinya berada di atas pangkuannya. "Hanya, kau bilang?"
Valerry mengangguk singkat, "Memangnya ada pengaruhnya?"
"Tentu saja ada, Mama."
"Apa?"
Kenzo menyeringai penuh makna di balik wajahnya yang tampan. "Kau sungguh ingin tau?"
"Tentu saja."
Lalu tanpa Valerry duga, kulit yang sangat wanita itu kenal merayap di balik gaun tidurnya. Merambat ke tempat biasanya telapak tangan itu melabuhkan tempatnya.
"Ini," Kenzo meremas benda kenyal itu dengan pelan.
Valerry terperanjat. Begitu merasakan remasan tangan Kenzo di sebelah payudaranya. "Papa!!??"
Dan setelah itu, sebelah tangan Kenzo menarik ujung tali yang melingkar di leher Valerry dengan sekali tarikan pelan. Yang mempertontonkan dua buah benda yang seharian ini tidak ia nikmati.
"Aku tentu tidak akan bisa tidur tenang tanpa mengonsumsinya, Mama."
Mata Valerry melebar sempurna mendengarnya.
Kutil Dugong!!
Valerry menjerit dalam hati melihat kelakuan Kenzo malam ini.
Dan sebelum Valerry membuka suara, wanita itu sudah merasakan jilatan di ujung payudaranya.
"Papa!!"
Dan tentu saja, meski Valerry sudah memperingati tindakan yang lelaki itu lakukan, Kenzo tetap tidak akan melepaskan apa yang seharusnya ia hisap sebelum matanya terlelap.
Lelaki itu memejamkan matanya. Meresapi puting Valerry yang berada di atas lidahnya. Mengisap dan sedikit mengigitnya seperti yang dulu pernah ia lakukan sebelum Valerry resmi menyandang sebagai istrinya.
"Ugh!!"
Dan suara itu menjadi melodi indah di pendengaran telinga si Bungsu Alarix.
Valerry memejamkan matanya. Membiarkan sebelah puting miliknya menjadi santapan malam untuk lelaki dengan kelakuan yang seharusnya di miliki oleh seorang anak kecil.
Dan sebelum tindakan itu semakin memperburuk suasana yang akan di ciptakan oleh Kenzo, telinga Valerry sayup-sayup mendengar derap langkah kaki yang semakin terasa di pendengarannya.
"Cukup, Ken." Seru Valerry. Mencoba melepaskan hisapan yang Kenzo lakukan. "Sepertinya ada yang datang."
Kenzo mengabaikannya tentu saja. Lelaki itu bahkan lebih memperdalam hisapannya di ujung dada Valerry dan semakin membuat tubuh istrinya membusung sempurna di buatnya.
"Papa!!" Valerry berteriak begitu merasakan hawa panas menerpa dadanya. Berdenyut nyeri begitu Kenzo menghisap putingnya dengan sangat kuat.
Kenzo menghentikan hisapannya, menatap Valerry dengan mulut yang masih berada di dada Valerry. "Hm?"
"Lepas."
Kenzo menggeleng, "nanti."
"Tapi, aku mendengar... "
"Mamaaaaa... "
Lalu suara rengekan dan sosok manusia mungil yang memiliki rupa seperti Kenzo Alarix sudah berada di tengah-tengah anak tangga. Mengucek-ngucek ke dua matanya dengan memanggil manggil Valerry dengan suara parau.
Segera, Valerry melepaskan hisapan Kenzo dengan paksa. Lalu mengikat kembali tali bajunya dan merapikan surai rambutnya yang berantakan.
"Ya, sayang."
Tapi, posisi duduk yang Valerry alami saat ini tentu tidak berubah dari sebelumnya. Tetap berada di atas pangkuan Kenzo dengan tangan merapat melingkar di pinggang istrinya. Hanya saja, tubuh Valerry kini memunggungi tubuh suaminya.
"Apa yang mama dan papa lakukan?" Tanya Keanu pada akhirnya. "Kalian tidak tidur?" Tanyanya lagi.
"Papa sedang melakukan sesuatu,"
Kening Keanu terlipat, "apa itu?"
Dan smirk khas milik Kenzo Alarix kembali mengudara. "Anak kecil tidak perlu tau," Ucapnya tak acuh.
"Memangnya aku terlihat ingin tau."
Valerry tersenyum mendengar perdebatan itu. Lalu melayangkan satu pertanyaan yang langsung membuat Keanu tersadar akan sesuatu.
"Di mana dia?"
"Dia siapa?"
"Big baby?"
Hah??
"Siapa?" Tanya Valerry sekali lagi.
"Big baby, Mama." Jelas Keanu. "Paman Sean bilang jika ada Big Baby di sini."
Setelah mendengar itu, Kenzo langsung menggeram dan mengepalkan ke dua tangannya kuat-kuat.
"Apalagi yang lelaki itu katakan padamu?"
"Dia bilang, aku harus segera turun sebelum Big Baby mengambil Mama."
"Jadi itu alasanmu datang ke sini?" Keanu mengangguk menjawab pertanyaan Kenzo. "Bajingan itu. Berani sekali dia menganggu acara malamku yang berharga."
"Jadi, dimana Big Baby yang paman Sean katakan?" Tuntut Keanu. Ingin melihat siapa yang ingin mengambil Valerry. "Akan ku beri dia peringatan. Berani sekali dia mencoba mengambil milik seorang Alarix? Apa dia ingin menderita."
Mendengar ocehan yang Keanu utarakan, nyatanya sanggup membuat Valerry menggeleng takjub. Kalimat yang ia dengar barusan tidak jauh berbeda dari kalimat yang Kenzo layangkan. Jadi, ketika seorang Keanu Alarix mengatakan hal yang serupa, maka Valerry tidak akan heran atau merasa terkejut lagi. Jika apa yang Keanu tiru saat ini adalah buah dari Kenzo Alarix itu sendiri.
~****~
TBC
.
.
.
Emoticon untuk part ini??
😅😅😆😆🙈🙈🙈
Ada tanggapan untuk kelakuan keluarga Alarix gak??
.
.
Salam sayang, Mey.