Keysa membuang pandangan kearah lain, lalu meninggalkan aku. Keysa duduk di kursinya, saat aku duduk disampingnya, tiba-tiba...
"Pindah tempat duduk sana! Aku tidak ingin dekat-dekat denganmu!" ucap Keysa kesal.
"Maafkan aku! Tapi apa salahku?" tanyaku bingung.
"Kau masih tanya, apa kesalahan mu? Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali! Jangan pernah berani mendekati dosen Randy. Aku begitu mencintainya, tapi kau tidak mau dengar. Bukankah kau itu sudah menikah dengan Kakakku? Tapi kenapa kebiasaan mu menggoda laki-laki tidak pernah kau ubah. Menjijikan!" teriaknya kesal.
Aku menghela nafas panjang, lalu berdiri dan berpindah ke kursi paling belakang. Aku memijat keningku, rasanya aku tidak percaya. Keysa marah padaku hanya gara-gara dosen Randy. Apa salahku hingga hidupku begitu menyedihkan seperti ini? Apa tidak ada, sedikit saja kebahagiaan untuk pernikahanku. Kenapa rasanya semua ini begitu menyedihkan!
Aku menatap kedatangan dosen wanita, dia langsung memberikan materi pelajaran pada para mahasiswa. Setelah semua pelajaran mata kuliah selesai, aku berniat untuk pulang. Aku membereskan buku-buku ku yang berantakan diatas meja. Aku menatap sekilas, Keysa menoleh kearah ku. Jelas, dia masih marah padaku!
Aku berjalan pelan keluar dari kelas, sambil membawa beberapa buku ditangan ku. Mataku menatap sosok laki-laki yang datang menghampiriku. Tapi ini bukan dosen Randy, juga bukan robot angkuh, siapa dia?
Laki-laki itu tersenyum kearah ku, namun aku benar-benar tidak mengenalnya. Tiba-tiba laki-laki itu menjulurkan tangannya kearah ku.
"Hai kenalkan, namaku Andre Andrian. Kau murid baru disini ya?" tanyanya padaku.
Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil tersenyum ngeri, sudah cukup banyak masalah yang aku hadapi. Aku takut, aku tidak mau menambah masalah dengan kehadiran laki-laki asing dihadapan ku ini.
"Maaf ya, aku mau langsung pulang! Aku masih ada urusan," ucapku sambil berjalan meninggalkan laki-laki itu.
Namun laki-laki itu memegangi tanganku erat. Lagi-lagi aku harus dihadapkan dengan situasi seperti ini. Kenapa banyak sekali laki-laki yang selalu menggangguku. Apa mereka tidak tahu, beban berat yang saat ini aku tanggung? Ya Tuhan, bagaimana aku mengatasi laki-laki dihadapanku ini?
"Aku hanya ingin berkenalan denganmu, namun sepertinya kau gadis sombong ya? Apa karena kau cantik, jadi kau menolak ku?" ucapnya lagi.
"Bukan begitu. Maaf, tapi aku benar-benar tidak bisa berbicara denganmu. Aku takut suamiku melihat kau bersamaku!" ucapku pelan.
"Apa? Suami? Kau sudah menikah?" teriak laki-laki itu.
Ya Tuhan, bibirku ini benar-benar ceroboh, kenapa aku harus terus terang padanya? Bagaimana ini, bukankah Keysa bilang aku harus menyembunyikan status pernikahan ku disini.
"Maksudku, calon suamiku! Iya, aku akan menikah setelah lulus kuliah nanti," ucapku sambil berjalan meninggalkannya.
"Kalau hanya calon, aku rasa masih bisa aku mengejar cintamu!" ucap Andre tak gentar dengan ucapanku.
"Terserah kau saja!" ucapku sambil berjalan keluar dari kampus.
Didepan gerbang kampus, aku menatap keramaian. Beberapa gadis histeris menatap seorang laki-laki yang sangat ku kenal. Bahkan diantaranya menggoda laki-laki itu.
Aku segera berlari menuju kearah pria itu, wajah tampan yang angkuh benar-benar membuatnya persis seperti robot sungguhan.
"Mas, kau disini?" ucapku pelan.
"Siapa wanita ini tampan? Sejak tadi aku bertanya padamu, kau diam saja. Apa kau bisu?" tanya seorang wanita cantik sambil menatap kearah Gilang.
"Kenapa lama sekali? Kau tahu, aku sudah lelah menunggumu disini. Lihat wanita-wanita dihadapanku ini, mereka terus menggodaku dan mendekatiku. Aku tidak mau disantap oleh mereka, cepat naik ke mobil!" ucap Gilang sambil menarik tanganku masuk kedalam mobilnya.
"Tuan tampan, aku juga mau diajak naik mobilmu!" teriak para wanita yang ada di depan gerbang kampus.
Gilang buru-buru menyalakan mesin mobilnya lalu pergi dari kampus itu dengan wajah kesal.
"Huh, wanita-wanita jaman sekarang, benar-benar menakutkan! Kau lihat, aku berkorban nyawaku hanya untuk menjemputmu kuliah!" ucap Gilang dengan ketus.
"Aku tidak minta kau menjemput ku!" ucapku pelan.
"Kau pikir aku mau menjemputmu? Aku banyak pekerjaan di kantor, tapi aku berusaha untuk menjemputmu. Bukan berterima kasih kau malah berkata seperti itu!" ucap Gilang dengan wajah kesal.
"Maaf, aku tidak bermaksud...," aku tidak melanjutkan kata-kataku.
Gilang diam dan wajahnya semakin menakutkan dipandang mata. Kenapa aku harus punya suami macam ini? Jangankan untuk mencintainya, menatap wajahnya saja aku takut!
Mobil Gilang berhenti didepan rumahnya, dia masih diam mematung didalam mobil. Terserahlah, aku juga tidak perduli! Aku turun dari mobilnya tanpa menoleh sedikitpun pada Gilang.
Pria menyeramkan itu sulit ditebak, kadang manis tapi kadang-kadang menyeramkan. Aku tidak mau terlalu banyak pikirannya. Terserah dia mau apa, aku tidak perduli.
"Nak, kau sudah pulang kuliah?" tanya Ibu mertuaku.
"Iya, Bu! Aku mau langsung masuk kamar ya, Bu! Aku ingin segera mandi," ucapku sambil berjalan kedalam kamar.
Aku segera membuka bajuku, berendam di dalam bathtub didalam kamar mandi. Aku main busa sabun kayaknya anak kecil untuk menghibur diriku. Rasanya saat sendiri seperti ini aku merasa begitu tenang.
Entah sudah berapa lama aku berada didalam kamar mandi, hingga ketukan pintu mengejutkan aku.
"Hei wanita aneh! Apa kau akan merendam dirimu seharian didalam sana. Aku juga mau mandi, aku sudah lelah menunggumu keluar dari kamar mandi!" ucap Gilang sambil mengetuk pintu kamar mandi dengan keras.
"Sabar! Gunakan kamar mandi lain saja! Aku masih mau berendam, mungkin satu arau dua jam lagi!" teriakku dari dalam kamar mandi.
"Apa? Apa yang kau lakukan didalam kamar mandi hingga berjam-jam begitu? Cepat keluar, kau pikir ini rumahmu. Kau bisa-bisanya menyuruhku memakai kamar mandi lain. Kau lupa siapa aku?" teriak Gilang semakin keras.
Aku segera keluar dari bathtub, namun naasnya aku lupa bawa handuk. Ya Tuhan, aku benar-benar ceroboh! Lalu bagaimana cara aku keluar dari kamar mandi ini?
"Andini, kau benar-benar menguji kesabaran ku ya! Aku hitung sampai tiga, aku akan dobrak pintu ini jika kau tetap tidak mau keluar!"
"Satu... Dua .... Tiga...." teriak Gilang.
Aku yang panik buru-buru keluar, aku benar-benar takut kena amuk Gilang saat itu. Aku keluar dan langsung menutup mata Gilang, jelas Gilang melihat aku yang tidak memakai baju berjalan kearahnya.
Ada ukiran senyum di wajah laki-laki robot itu, tanganku masih menutup matanya agar tak menatap kearah ku. Tapi diluar dugaan, Gilang justru memegang erat pinggangku. Aku benar-benar takut, gemetaran seluruh tubuhku. Aku tidak mau sampai Gilang bernafsu memburuku. Apalagi saat ini kondisiku sedang tidak memakai sehelai pakaian pun.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau sedang menggodaku? Huh, aku kira kau berbeda, ternyata sama saja dengan gadis di luaran sana. Melakukan cara kotor untuk mendapatkan cinta. Cinta atau hartaku?" ucapnya membuat dadaku sakit mendengarnya.
"Tega sekali! Apa kau berpikir aku wanita seperti itu? Tutup matamu, aku tadi hanya lupa membawa handuk. Aku terkejut karena tiba-tiba kau berniat untuk mendobrak pintu ini. Tutup matamu!" teriakku keras.
"Aku tutup mata, aku juga malas melihatmu seperti ini. Aku bukan bernafsu justru malah jijik!" ucap Gilang sambil menutup matanya.
Aku melepaskan tanganku di mata Gilang dan aku segera meraih handuk yang tergantung di dinding dekat lemari pakaian. Aku meraih handuk itu, namun tiba-tiba Gilang memelukku dari belakang. Jantungku berdetak kencang, rasanya benar-benar mau copot. Ada rasa takut dan gemetar mendapatkan pelukan itu. Apa yang akan terjadi padaku? Gilang memelukku yang tidak memakai baju. Ya Tuhan, tamatlah riwayatku!
"Apa yang kau lakukan?" ucapku sambil menoleh kearah robot itu.
"Andini, aku ini laki-laki normal. Milikku akan berdiri jika melihat wanita tidak pakai baju dihadapanku. Sudahlah, kita sudah menikah jadi tidak masalah jika aku melakukannya denganmu. Aku mau melakukan itu, milikku sudah meronta-ronta didalam sana. Kau harus bertanggung jawab atas segala perbuatan mu!" bisik Gilang membuatku merinding.
"Aku mohon jangan lakukan!" ucapku pelan.
"Huh, terlambat! Seorang pria tidak bisa dipancing dengan pemandangan seperti ini. Kau yang membuatku menginginkannya, jadi kau harus bertanggung jawab. Lakukan hal yang aku mau!" ucap Gilang sambil menarik tubuhku ke atas tempat tidur.
Aku benar-benar takut, pikiranku sudah melayang tak tentu arah. Bagaimana bisa pria robot ini ingin bercinta denganku?
Mataku terpejam saat Gilang menciumi bibirku, jantungku terus berdetak kencang merasakan pengalaman pertamaku dicium seorang laki-laki.
"Sudah berapa banyak laki-laki yang pernah mencium bibirmu ini?" tanyanya membuat sepasang mataku melotot.
"Aku tidak pernah punya pacar sebelumnya. Ini pengalaman pertama untukku!" ucapku pelan.
Mendengar jawaban dariku, Gilang kembali mencium bibirku penuh nafsu. Aku bahkan seperti mimpi melihat Gilang bersikap seperti ini padaku.
Tangan Gilang mulai menyusuri bagian tubuhku, aku hanya bisa menggeliat saat merasa perasaan dasyat yang menjalar di tubuhku.
"Jangan..." bisikku pelan saat Gilang hendak menggigit bagian gunung kembar yang ada di tubuhku.
"Kenapa jangan? Kau ingin mempersembahkannya untuk siapa? Kau istriku sekarang, aku berhak untuk memiliki seluruh tubuhmu!" ucap Gilang membuatku merinding mendengarnya.
Aku tidak bisa melawan, saat bibirnya menyentuh bagian tubuhku itu. Aku hanya bisa meronta sambil memejamkan mataku. Ada rasa ngilu namun aku tak berani protes. Aku takut dengan robot angkuh yang ada dihadapan ku ini.
"Ahhhhhhh..." aku mengerang saat Gilang menggigit lembut bagian itu.
Tapi mendengar erangan ku, Gilang malah semakin bernafsu melakukannya. Tanganku meronta-ronta, rasanya aku tidak ingin melakukan hal ini bersama laki-laki dihadapanku ini. Aku mau lari, aku mau kabur yang jauh!
"Arini, berhentilah mengerang begitu! Kau mau seisi rumah datang kedalam kamar, lalu mendapati kita sedang seperti ini?" ucap Gilang sambil menatap kearah ku.
"Tapi sakit, ngilu, aku tidak mau melakukannya! Aku takut! Bagaimana jika nanti aku hamil? Aku masih kuliah, umurku juga sama dengan umur adikmu. Apa kau tega membuatku hamil diusia ku uang masih sangat muda ini?" ucapku pelan.
"Andini, jadi kau takut hamil? Baiklah, aku akan mengeluarkannya diluar jadi kau tidak akan hamil!" ucap Gilang.
"Tidak. Aku belum siap! Aku tidak mau melakukan itu denganmu. Mengertilah!" ucapku sambil menangis.
Gilang yang awalnya bernafsu tiba-tiba saja melepaskan diriku. Dengan wajah kesal dia berjalan kedalam kamar mandi. Melihat kesempatan itu, aku tidak menyia-nyiakannya. Aku segera memakai pakaianku lalu keluar dari kamar itu.
Aku benar-benar takut dengan hal yang dilakukan Gilang padaku tadi. Aku mengambil air dingin di dapur, lalu meminumnya disebuah gelas kaca. Keysa datang menghampiriku, dia memperhatikan wajahku yang ketakutan.
"Kenapa? Seperti habis lihat hantu saja!" ucapnya.
"Aku takut pada Kakakmu!" ucapku gemetar.
"Kak Gilang? Ada apa dengannya?"
"Dia mau menyetubuhi aku!" ucapku sambil menggigit jariku menahan rasa takut.
"Hahaha... Kau ini aneh, Kakak ipar! Kau itu istrinya, kenapa harus takut? Lakukan kewajiban mu dengan baik. Kak Gilang itu tidak pernah meminta, jika dia tidak mendapatkan apa yang dia mau, habislah kau!" ucap Keysa sambil berlalu meninggalkanku.
Apa yang akan dilakukan Gilang padaku? Apakah Gilang akan membunuhku atau mungkin mengusirku? Aku jadi semakin takut dengan kata-kata Keysa barusan.