" piagamnya sama raport mana? minta tolong bawain bang IN aja..." T mengangguk lalu menyodorkan berkas untuk tes masuk universitas pada IN di sampingnya.
L memerhatikan barang bawaannya sendiri,lalu mengiring adik adiknya menuju universitas.
"bang, serius nih bakal keterima? gak yakin T bang..." eluh T.
"kagak elah,keterima lu mah.otak lu kan cem gue,wkwkwk!!" jawab IN seraya merangkul T.
" asal lu niat ama serius aja T, lagian dkv juga sesuai sama passion lu..." L mulai berpendapat.
T bermimpi ingin menjadi producer film nya sendiri di masa depan,jadi ia akan memulainya dengan masuk jurusan dkv di universitasnya.
L mendukung hal itu, apalagi setelah melihat ketekunan T saat belajar membuatnya yakin bahwa adik bungsunya itu akan berhasil suatu saat nanti.
mereka bertiga berjalan beriringan menuju gedung tempat diadakannya tes, dan terlihat disana sudah ramai dengan orang orang yang mendaftar dan menunggu.
"nah sekarang lu gabung sama anak anak lain disana tuh, nanti antri nyerahin berkas sama tes. abang L sama abang IN nunggu di cafetaria ya? laper abang,wkwk..."
"siyyap bang, nanti T telpon kalo dah selesai.abang makan aja dulu sama bang IN..." L mengangguk.
"semangat adek abang yang imut imut cem kecebong~~ semoga tesnya lancar jaya ya??" dukung IN sambil menepuk bahu adiknya,lalu berlari menyusul L yang sudah berjalan duluan.
T menghela napas gugup, lalu ia mengedarkan pandangannya pada keramaian itu.
"lu bisa T-rex, lu pinter lu ganteng cem eren jaeger, lu pasti bisa!!" gumam kepedean T sendiri disana. ia menatap berkas di tangannya, lalu mulai bergabung dengan kerumunan hitam putih disana.
sementara T gugup dengan tes nya, di cafetaria L dan IN sedang menikmati kopi dan juga sarapannya di sebuah cafe.
"menurut lu nih ya yen, proyek gue yang kali ini bakal di ambil gak sama klien?" tanya L.
"proyek yang di bogor bang?"
"iyaa, soalnya asisten gue yang disana udah laporan gedungnya dah setengah jadi, sebenernya tinggal finishing aja,tapi kan dekor harus sesuai permintaan klien..."
"hmm, jujur nih bang.proyek lu yang di bogor bagus banget gak boong, menurut gue itu bakal diambil cepet setelah sebar pengumuman. apalagi itu daerah puncak yang emang daerah strategis buat rumah kayak gitu..." jawab IN.
memang melihat dari seberapa kerasnya kerja L pada proyek ini membuat IN yakin, bahwa usahanya tak akan sia sia. apalagi ini sudah mengeluarkan hampir 1 miliyar pembuatan nya minus dekor.
"hmm,gitu. semoga deh, soalnya gue mau bawa Rey buat proyek tahunan di kalimantan barat yang gue kasih tau ke lu waktu itu..." mendengar itu, IN mendengus kesal.kenapa?
karena ia tidak menyukai Rey, ia hanya tidak menyukai sifatnya pada abangnya itu.
"segala ngajak dia sih bang, kan ada yang lain jugaan..." eluh IN. L menggeleng kecil.
"siapa lagi kalo bukan dia, cuma dia yang hapal daerah sana..."
"lu udah tanya dia bisa apa enggak?"
"belom, masih rencana..."
"NAH BAGOS ITU BANG!!" seru IN senang.kali ini ia akan mengusulkan pendapatnya.
"mending lu pergi sama B aja bang, aman damai sejahtera dah..." usulnya.
B adalah sahabat mereka yang juga satu tempat kerja dengan L, dan dia adalah salah satu asisten L disana.
"iya juga, dia sibuk kagak ya?" L meraih ponselnya lalu mencari room chatnya dengan B.
IN mengangguk setuju, lalu mengambil cup latte dinginnya dan meminumnya. ia memerhatikan abangnya baik baik dan teliti entah karena apa.L yang menyadari itupun mengernyit bingung.
"napa dah lu?" IN menggeleng pelan.
" lu ganteng bang, tapi gak pernah punya cewek. sedihnya..." goda IN pada L. lelaki itu mendengus kesal,lalu tertawa kecil.
"gak minat gue, mending gue nikmati hidup sendiri dah..."jawab L.
IN sudah terbiasa dengan jawaban abangnya itu.karena L memang sama sekali tidak memiliki niat untuk menikah suatu hari nanti.sedangkan dirinya sendiri? IN memilih untuk menjomblo juga menemani abangnya.
" pasti muka nya T pucet banget,yakin gue bang.wkwkwkwwk!!"
"iya asli, udah kulitnya putih gitu nambah pucet udah kek orang nahan boker sebulan dah adek gue itu,wkwkwk..." IN pun mengangguk menyetujuinya. ia bosan, karena menunggu T akan memakan waktu yang lama, maka ia membawa tab nya dan mulai memainkan game sementara L sibuk menggambar di tab nya juga.
" ayen..." panggil L walaupun matanya tetap pada layar tab. IN menoleh lalu menyaut.
"kenapa bang?"
"nanti cari apartement sekalian buat T, yang deket sini aja..." pinta L.
"okedeh, balik dari sini langsung aja. gue pernah liat apart di deket mall bang, lumayan si T gak susah cari makan..." ujar IN yang diangguki oleh L.
"oh iya yen, kata J si T diem diem lagi pengen tab sama kamera buat kuliah nanti, jadi ntar pas udah selesai sama urusan apartnya kita ke mall dulu beliin dia kebutuhan sekalian..."
"wush, kalo adek kesayangan beda ya bang. dulu gue mah masuk kuliah apa apa cari sendiri,hiih..." gerutu IN. L yang mendengarnya menatap datar pada adiknya itu.
"heh, lu emang disuruh cari sendiri karna apa? lu udah gue kasih duit lebih loh yen, dua kali lipat dari seharusnya, ya wajarlah lu cari barang sendiri. kan gue juga sibuk ngurusin maba waktu itu,ck ck..."
"oiya,wkwkwkwk!!!" IN tertawa sambil melanjutkan gamenya yang sempat tertunda. L menggeleng pasrah, lalu kembali melanjutkan menggambarnya.
TING!!
sebuah notif masuk di ponsel L dan iapun segera membukanya.
CIO
L lu dimana?
= lagi di kota ngurusin T daftar kuliah
weh kebetulan deh, lu nanti ke kantor ya bentar, ada paket nih buat lu
= dari siapa?
tulisannya sih dari Jake Wilson
= wah, dijaga baek baek.isinya berharga tuh
iye iye, dah gue taro di meja bapak si i o tercinta kok
= sip dah, ntar jam 5 an gue kesana
sip
setelah membalas pesan itu, L membuka tabnya kembali dan mulai menggambar apa yang ia gambar tadi.
sebuah sketsa gambar desain apartement untuk T.
TINGNUNG TINGNUNG
sebuah dering telepon L menginterupsi keduanya.lalu sebuah nama T tertera disana.
L pun mengangkatnya dengan cepat seraya membereskan tab dan juga waistbagnya. melihat itu IN juga mengikutinya.
"halo? udah selesai T?"
'udah bang, hasilnya langsung keluar!!'
"oke abang kesana"
'siyyap bang'
" T dah selesai?" tanya IN lalu ikut berjalan disamping L.
"udah, keknya dia berani ambil tes yang CBT. soalnya kan jarang yang berani..." IN mengangguk. keduanya berjalan menuju tempat awal, dan menghampiri T.
"gimana hasilnya?" tanya IN. T tertawa senang lalu menyodorkan kertas padanya.
"keterima bang!! yess!!" seru T senang. L tertawa, lalu mengacak rambut T dengan perlahan.
sudah pasti adiknya itu diterima,apalagi dengan IQ yang besar seperti IN.