"Nay, aku ambilin minuman di sana, sebentar, ya. Kamu tunggu di sini, jangan ke mana-mana," ucap Keenan.
Baru saja Keenan akan mengangkat tubuhnya, berdiri. Sebelah tangannya ditahan oleh tangan Kanaya yang tidak terluka. Membuatnya urung untuk berdiri, dan duduk kembali di samping Kanaya.
"Mau minum apa, hmm?" tanya Keenan lagi.
Kanaya hanya menggeleng, namun, lagi-lagi, matanya melirik ke arah meja prasmanan yang khusus menyajikan aneka minuman dingin dan segar. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, dan Keenan penasaran, apakah itu?
"Kamu, diem aja, dari tadi. Kenapa, sih, Sayang?" tanya Keenan lembut. Diangkatnya dagu Kanaya, agar matanya fokus melihat Keenan seorang, yang kini berada di hadapannya.
"Atau, mau nambah, makanan lagi?" tawar Keenan.
Kanaya masih menggeleng. Dan untuk yang ketiga kalinya, matanya melirik ke arah yang sama. Membuat Keenan tersenyum kecil.