"Siapa kamu? Dan akan kamu bawa ke mana kita?" Dua hal yang sudah Keenan tanyakan dari awal dan belum mendapat jawaban apapun. Karena wanita ini enggan menjawab atau mengikuti skenario yang telah dibuat untuknya.
"Aku? Istrimu. Dan kita akan menuju tempat yang lebih baik." Jawaban yang membuat Keenan mengerutkan kening. Jawaban apa itu, batinnya.
"Istriku sudah meninggal. Dan tempat yang lebih baik itu, apa?" Wanita yang mengaku istri Keenan hanya menatapnya. Mengerjapkan matanya.
"Aku istrimu, dahulu, sekarang, dan nanti. Ikutlah bersamaku. Maka kau akan tahu, tempat yang lebih baik itu seperti apa. Karena tidak bisa dijabarkan. Hanya bisa dilihat dan dirasakan langsung." Kanaya 2—demikian Keenan menyebutnya. Berbicara sedikit lebih panjang. Namun, penjelasannya masih belum cukup bagi Keenan.
"Jika kau benar istriku. Ke mana perasaan cintaku? Aku tidak merasakan itu." Keenan kembali menuntut penjelasan. Kanaya 2, tertegun.