***
Ini mungkin sedikit nekat, tapi aku tidak bisa membiarkannya pergi. Masih ada banyak hal yang belum kuketahui tentangnya, masih banyak tempat yang ingin kudatangi bersamanya, aku ingin terus bersamanya, aku ingin.... dia!
"Hei, elf kecil. Kakimu gemetaran, kau tidak apa-apa?"
Jujur saja, aku sangat ketakutan sekarang. Melihat betapa besarnya kekuatannya di ruang bawah tanah tadi, dan sekarang dia bisa dengan mudah mengalahkan dewi Hel. Sangat tidak waras kalau aku tidak ketakutan dengannya.
"Oh, benda yang ada dibelakangmu itu.... terbuat dari kristal esku kan?"
Eh? Tapi spear ini kan....
"Tidak! Snow yang membuatnya!"
"Ya, memang dia yang membuatnya. Tapi dia menggunakan kekuatanku untuk membuatnya, jadi bisa dikatakan itu terbuat dari kristal esku."
"Jadi... kau ini... Snow?"
"Hahaha!"
Dia hanya tertawa, apakah pertanyaanku ini sangat lucu baginya? Sedangkan bibirku sampai gemetaran saat menanyakannya.
"Tidak, aku bukanlah Snow."
"Lalu, siapa kau sebenarnya?!"
"Hahaha, sungguh makhluk di dunia ini semakin bodoh saja."
Sial dia membuatku sangat marah, aku tidak bisa membiarkannya tetap ada. Tidak ada pilihan lain lagi, walaupun aku tidak tau bagaimana caranya mengembalikan Snow seperti semula.
"Rasakan ini!"
Aku mengeluarkan hiu esku untuk melahapnya dari bawah.
"Ya ampun, membosankan sekali."
Saat hiu esku ingin menggigit kakinya, tiba-tiba saja hiuku hancur. Bagaimana bisa?
"Kau masih kecil, jadi jangan macam-macam... dengan dewa."
Eh?
"Kenapa...?"
"Nona Chio!"
Kenapa tubuhku tidak bisa digerakkan? Apa yang sebenarnya terjadi?
"Nona sadarlah! Nona!"
"Dia tidak apa-apa, aku hanya membuat lemas ototnya saja."
"Kau... kau ini siapa sebenarnya?! Kenapa kau mengambil tubuh tuan?!"
"Sudah kubilang sebelumnya, aku ini..."
Dia berhenti bicara.
"Kenapa berhenti? Katakan siapa kau ini?!"
"Anak ini sangat menjengkelkan, dia bahkan membatasi namaku."
Dia berbicara sendiri.
"Maafkan aku ya nona-nona, tapi aku tidak bisa mengatakan namaku dihadapan kalian. Yah, kalau sudah begini aku pergi saja. Sampai jumpa."
Dia pergi... dia membawa Snowku.... bersamanya.
Tidak... jangan bawa Snow, jangan pisahkan aku dengannya. Jangan....
"Nona.... Nona! Nona Chio bangunlah! Tetaplah bersama kami! Nona!"
***
"Nampaknya kau sangat kewalahan ya, Chio."
Suara? Siapa? Kenapa suaranya sangat hangat ditelingaku.
"Hei, bukalah matamu..."
Huh? Tempat apa ini? Kenapa ada danau luas ditengah hutan? Bukannya tadi aku ada di...
"Akhirnya kau membuka matamu ya, Chio."
Ada seorang wanita dengan pakai serba putih sedang berdiri ditengah danau, dia berjalan pelan menuju kearah ku, setiap bekas langkahnya meninggalkan es tipis diatas permukaan danau.
Dan saat dia berada tepat didepanku, dia hanya tersenyum senang.
"Tidak enak mengobrol disini, ayo ikuti aku."
Dia mengajakku kebawah pohon besar yang batangnya melengkung, daun dari pohon itu berlapis es tipis. Tepat dibawahnya ada sebuah meja dan sepasang kursi yang terbuat dari kristal es, diatasnya sudah 2 gelas yang berisi air.
"Ayo silahkan duduk."
"Ah... iya, terimakasih."
"Bagaimana harimu Chio?"
"Hariku baik, aku sangat menikmati hari-hariku bersamanya."
Eh? Mulutku bergerak sendiri, ada apa ini?!
"Heh.... jadi begitu ya, bagaimana keadaanya sekarang?"
"Dia sedang dikuasai sesuatu, dan aku tidak bisa menyelamatkannya."
Lagi-lagi mulutku berbicara sendiri! Aku takut, terlebih lagi tubuhku tidak bisa digerakkan.
"Jangan takut, aku hanya ingin mengobrol denganmu."
"Ya, maaf membuatmu khawatir."
Siapapun tolong hentikan mulutku ini!
"Hei Chio, apa kau tau siapa aku ini?"
"Tidak, siapa kau?"
"Aku adalah seorang roh penjaga danau ini, yah... sebenarnya dulu aku masih memiliki wujud nyata, tapi sekarang aku hanya berwujud roh. Lihatlah, bukankah tubuhku transparan?"
Dia benar, tubuhnya transparan.
"Chio, kau sangat ingin menyelamatkannya kan?"
"Ya, aku tidak ingin membiarkannya pergi. Terlebih lagi, aku bisa merasakan niat buruk yang keluar dari tubuhnya."
"Oh, kau bisa merasakannya juga ya. Baiklah, aku akan membantumu mendapatkannya kembali."
"Benarkah?!"
"Ya, tapi ada syaratnya."
"Syarat?"
"Kau harus membiarkanku menyatu dengan tubuhmu, dengan begitu kita bisa menghentikannya."
"Tapi, aku masih ingin..."
"Iya, aku tau. Santai saja, aku tidak akan mengambil alih tubuhmu atau semacamnya. Tubuhmu hanya akan menjadi wadah untuk rohku, tapi untuk kali ini saja biarkan aku bicara dengannya. Aku yakin dia mau mendengarkanku."
"Kau mengenalnya?"
"Ya bisa dibilang begitu, anggap saja kami ini teman lama."
"Baiklah, aku menerima kontrakmu."
"Kau memang gadis yang baik, aku sangat bangga padamu."
Dia mulai berdiri dan memintaku untuk memegang tangannya, lalu dia menempelkan keningnya di keningku. Jika dilihat dari dekat, dia roh yang sangat cantik.
"Dengarkan aku Chio, aku akan selalu ada setiap kau membutuhkanku. Cukup panggil saja namaku."
"Tapi, aku tidak tau namamu."
"Hehe, kalau begitu dengarkan baik-baik ya. Namaku adalah...."
***
"Ayo! Ada apa anak manusia? Apa hanya segini saja?"
Sial dia benar-benar mempermainkanku, sangat sulit mengenainya.
"Sayangnya aku tidak bisa menyerangmu."
"Eh? Kenapa?"
"Karena anak ini membatasi pergerakanku, jadi aku tidak bisa menyerang kalian. Jujur saja, aku sangat ingin membunuh kalian disini. Tapi karena batasan ini, aku jadi tidak bisa menyentuh kalian sedikitpun."
Itu artinya, tuan masih hidup!
"Argh!!!!"
Suara ini!
"Oh, apa yang terjadi padanya?"
"Nona!"
Tanpa pikir panjang aku langsung menghampiri Nona Chio dan Alice, tubuh nona kejang-kejang! Apa yang sebenarnya terjadi?!
"Nona, bertahanlah!"
"Nona Chio!"
Dia tiba-tiba berhenti bergerak, bibirnya sedikit terbuka. Apa nona ingin mengatakan sesuatu?
"S..."
"Nona?"
"S... Spica."
Seketika itu tubuhnya bercahaya, sinarnya sangatlah terang!
***
Tubuh elf kecil itu bercahaya, ada apa ini? Apa dia juga...
"Maaf membuat kalian khawatir."
"Nona?"
Gaya berbicaranya berbeda, dia berbicara dengan logat lama.
"Kalian disini saja ya, biar aku yang urus sisanya."
Dia berjalan mendekatiku, setiap langkahnya meninggalkan lapisan es tipis. Heh, jadi elf ini juga memiliki kekuatan elemen es ya. Ini akan sangat menarik.
"Akhirnya ketemu juga, lama tidak bertemu ya."
Apa dia baru saja bicara padaku? Entah kenapa dia telihat mencurigakan, aku harus berhati-hati.
"Hahaha, kau berbicara seakan sudah mengenalku sejak lama."
"Aku memang mengenalmu... bahkan sejak kamu diciptakan."
Apa?! Aku tidak mengira responnya akan seperti itu, apa yang sedang ia direncanakan?
"Apa maumu?"
"Hehehe, kamu tiba-tiba menjadi sangat dingin ya."
"Cepat tutup mulutmu! Atau aku akan mengahabisimu!"
Perasaan tidak enak ini, dia sangatlah berbahaya. Aku harus menyelesaikannya sekarang juga, tapi anak ini memberikan batasan.... eh, tunggu dulu! Batasannya menghilang?!
"Hahaha! Bagus! Dengan begini aku bisa membunuhmu! Bersiaplah elf kecil!"
Sesegera mungkin aku melesat kearahnya, kali ini pasti... aku pasti bisa membunuhnya!
"Kamu tidak pernah berubah ya, Y-Mir."
"Eh?"
Langkahku terhenti seketika, cara dia memanggilku... rasanya sangat... sangat....
"Maafkan aku ya."
"Kau... ini siapa?"
"Karena kecerobohanku, kau berakhir seperti ini. Aku benar-benar menyesal, bahkan rohku sampai tidak mau meninggalkan dunia ini karena penuh dengan penyesalan."
"Kau... jangan bilang kalau..."
Dia perlahan memelukku, pelukannya sangat lembut dan sangat hangat. Perasaan ini... perasaan ini...
"Kau sudah menanggung rasa sakit ini sendirian selama ribuan tahun, karena aku sudah ada disini... jadi bagilah rasa sakitmu itu denganku."
"Kau... kau... adalah..."
Sial.... kenapa aku menangis... aku ini dewa.
"Tidak perlu khawatir, aku akan selalu ada disampingmu. Sekarang tidurlah, dan biarkan anak muda dan elf ini melanjutkan perjalannya."
"Ya."
"Selamat tidur, Y-mir. Aku menyayangimu."
Sial, kesadaranku mulai menghilang. Tapi, aku sangat senang bisa bertemu lagi denganmu disini.
***
"Aku juga menyayangimu Spica."