Chereads / SOS / Chapter 3 - Teman Kerja

Chapter 3 - Teman Kerja

Hari yang cerah di London. Pekerjaan sudah menunggunya. Alyx harus kembali bekerja di studio, setelah seminggu waktunya telah diluangkan untuk membantu teman-temannya.

"Michi, apa kau mau ikut? Kau tidak boleh ikut," Alyx mengelu-elus kepala Michi, berbicara dengan nada kekanakan pada kucingnya. "Makananmu sudah kusiapkan dan jangan membuang kotoranmu di sembarang tempat."

Michi bagai mengerti yang dikatakan Alyx. Anggukan kecil terlihat jelas, yang membuat poninya menutupi mata.

"Ah, lihat, kurasa aku harus membawamu ke salon. Tapi tunggu setelah aku selesai bekerja. Karena sepertinya kita akan sibuk minggu ini." Alyx membuka pintu menuju balkon. Michi yang seorang jantan memang biasanya menyeberang untuk menemui kekasihnya di apartemen sebelah. "Aku pergi, bye."

"Semoga harimu menyenangkan, Miss Alexandra," sapa Tom saat melihat Alyx yang baru saja keluar dari lift.

Alyx membalas dengan melambaikan tangannya. Seperti sudah terbiasa bertemu dan keduanya bahkan terlihat cukup bersahabat.

Dengan perjalanan singkat, Alyx tiba di sebuah gedung tempatnya bekerja. Dia melangkah tanpa beban.

"Selamat pagi, bos," Katie, salah satu editor di majalah milik Alyx menyapa.

"Pagi, Kate. Apa kabar?" tanya Alyx sambil tetap berjalan.

Katie balas dengan anggukan dan senyum singkat, dia lalu mengikutinya sambil melaporkan keadaan kantor selama ditinggal Alyx. "Hari ini ada rapat dengan direktur Benjamin, pukul sepuluh…"

"Siapa?" Alyx menyela.

"Direktur Benjamin. Kau belum tahu? Bukankah dia yang telah membuat beberapa iklan untuk AM magazine? Kau menemuinya tiga bulan yang lalu untuk membicarakan ini sebelumnya," Katie mencoba mengingatkan.

"Tidak. Ingatanku sepertinya masih kuat dan aku sangat ingat kalau aku tidak pernah bertemu dengan salah satu direktur yang bernama Mr. Benjamin. Tapi, mungkin saja dia mengutus salah satu anak buahnya." Alyx berbicara sendiri. "Lalu," dia berbalik membuat Katie hampir menabraknya, "bukankah kau tidak seharusnya memberitahuku semua ini, aku bukan lagi pemimpin disini. Mana direktur?"

"Dia di ruangannya," tunjuk Katie pada ruangan terbesar di tempat kerjanya itu.

AM Magazine adalah majalah yang didirikan sendiri oleh Alyx, tapi karena tidak mengerti mengenai masalah kepemimpinan seperti ini dan beberapa alasan yang lain, dia mengutus salah satu temannya untuk menjadi direktur.

"Hi, Nick," Alyx membuka pintu dan membuat temannya yang menyebalkan itu sedikit terkejut.

"Alyx, apa yang kau lakukan di sini?" Nick meletakkan telepon pintarnya sedikit kasar. "Sepagi ini." Dia menambahkan, dengan gerakan wajah mengejek.

"Ha? Kau gila? Kau yang memintaku datang sepagi ini." Alyx duduk di kursi milik Nick. Memperhatikan jam kecil di atas meja yang jarum pendeknya telah menunjuk angka sebelas.

"Apa? Aku tidak pernah memintamu datang. Kau meninggalkan pekerjaanmu dan sekarang semuanya telah selesai kukerjakan sendiri," Nick tadinya ingin membahas betapa telatnya gadis itu, tapi sekarang dia mengajukan protesnya.

"Oh, baguslah," senyum Alyx terlihat, tanpa rasa bersalah. "Kalau begitu aku bisa beristirahat dan berjalan-jalan."

"Tentu. Lakukan sesukamu. Dan segeralah menyingkir dari kursiku. Ini bukan lagi milikmu sejak kau selalu menghilang—entah kemana," dengus Nick, terdengar kesal.

"Benarkah?" kata Alyx dengan nada menantang.

Nick hanya mencibir.

"Lalu apa yang terjadi, apa baru saja itu ibumu? Dia memintamu kembali ke rumahnya yang besar itu?"

Nick bersandar di meja. "Tidak. Tentu tidak." Nick menghela nafas panjang. "Aku hampir gila dibuatnya. Kalau aku tetap di sini, dia akan mulai menghancurkan semuanya."

"Bukankah kau lebih pintar darinya?" pikiran Alyx kembali pada dua tahun yang lalu, saat Nick datang ke apartemnnya dan mengadu mengenai ibunya yang memintanya menikahi salah satu putri mitra bisnis ayahnya. Calon istrinya cukup cantik, tapi yang menjadi masalah adalah dia tidak memiliki apa yang disukai Nick. Wanita itu pun tidak menyukai Nick yang katanya seperti seorang berandalan. Jadi daripada harus dilanjutkan, lebih baik dia pergi dan meninggalkan semuanya.

"Alyx, ada apa denganmu? Kau mengkhayal? Ah, kenapa orang-orang disekitarku suka sekali melamun." Nick merapikan beberapa kertas di atas meja. "Apa lagi ini?" katanya saat menemukan catatan jadwal rapatnya.

Alyx melirik catatan yang ditulis Katie. "Kau harus menemui Mr. Benjamin."

"Tidak. Tidak bisa sore ini. Aku harus pergi," tolak Nick, dengan gelengan cepat.

"Kemana?" kening Alyx terangkat.

"Kau tahu kemana aku harus pergi?"

Tentu Alyx tahu.

*

Pukul lima sore, Alyx dan Nick sudah berada di sport club beberapa blok dari apartemen Alyx. Nick sudah membatalkan janjinya hari itu dan akan melunasinya minggu depan. Kali ini dia ingin melampiaskan semua kekesalannya dengan ke tempat latihannya lima tahun terakhir ini. Alyx sendiri baru bergabung setahun yang lalu.

Yah setahun yang lalu, Nick mengajak Alyx untuk menemaninya, hanya sekedar menemani, tapi Alyx malah ikut latihan di tempat yang kebanyakan berisi pria itu.

Alyx dan Nick sudah berganti pakaian. Alyx mengenakan celana panjang yang cukup nyaman sedang Nick mengenakan celana pendek di atas lutut, seperti celana yang dikenakan olahragawan tinju lainnya. Yup, mereka sekarang di sebuah arena tinju.

"Alyx, long time no see you," salah seorang pelatih segera menyapa saat melihat Alyx.

"Yeah, Chris," Alyx balik menyapa.

"Kau mau main?" Chris bertanya apa Alyx ingin bertarung di arena.

"Sepertinya tidak. Aku hanya akan latihan sedikit," Alyx menunjukkan kelelahannya.

"Padahal ada yang menginginkan bertarung denganmu," Chris tertawa kecil, "saat aku mengusulkan namamu, dia jadi sangat bersemangat." Dia lalu menunjuk seorang gadis berkulit cokelat yang sedang berdiri di dalam ring.

"Mungkin lain kali," bahu Alyx terangkat.

"Apa ada yang ingin bertarung denganku? Aku sedang ingin melakukan sesuatu Chris," sepertinya tangan Nick sudah gatal ingin meninju seseorang.

"Sebaiknya kau pemanasan dulu, Nick," Chris mengingatkan.

Nick sudah di dalam ring, sedang Alyx hanya mendaratkan tinjunya di atas samsak. Dia sedang tidak bersemangat hari ini. Sangat berbeda dengan Nick yang seperti sedang berapi-api, dia meminta untuk memainkan dua belas putaran. Chris yang menjadi wasit dan lawannya adalah seorang pria dengan bentuk tubuh yang sebanding dengannya. Tapi bagi Alyx, tubuh Nick yang berotot lebih keren.

Alyx berhenti dengan latihannya dan beralih pada Nick yang sedang bertarung. Pukulan lurus ke depan dari tangan kiri Nick sebagai jab segera mendarat ke muka lawannya. Setelah jab, beberapa staright. Dan… Alyx berhenti menonton dan kembali ke samsaknya. Dia yakin Nick akan menang.

*