Chereads / Sepeda Rongsok / Chapter 11 - Keputusan

Chapter 11 - Keputusan

Sebenarnya aku belum benar-benar memutuskan akan memilih ekstra kulikuler apa yang akanaku ambil, namun bila aku tidak menepati perkataanku dengan yang lain, pasti mereka semua akan kecewa kepadaku.

"Akhirnya kita semua dalam satu ekstra kulikuler, hanya Rimo dan Sisko saja yang tidak ikut" Terang Lena dengan wajah yang senang karena bisa melakukan kegiatan bersama-sama lagi.

"Rimo mudah sakit jadi dia tidak mungkin ikut kegiatan-kegiatan yang membuat badannya cepat lelah"Terang Ramo kepada kami sambil memegang pundak Rimo, Sepertinya Ramo kakak dari Rimo, karena terlihat Ramo lebih melindungi dan Bijaksana.

"Rimo karena mudah sakit, sedangkan Sisko memilih hobi yang dia suka, jadi kita berempat saja tidak jadi masalah" Jelas Lena dengan wajah senang saat mendengar akan mengikuti kegiatan Ekstra Kulikuler yang sama.

"Ayo bereskan makanannya sebentar lagi sudah bel masuk"Olivia meminta merpihkan makanan dan bergegas ke kelas lagi, karena sudah waktunya jam pelajaran.

Selesai kami merapihkan makanan kami, kami segera bangun dari tempat duduk dan bergegas meninggalkan kantin, namun di tengah perjalanan ku ke pintu keluar kulihat Redo sedang membuat keributan di kerumuni banyak orang.

Aku melewatinya begitu saja, dan tidak sengaja menyenggol salah satu temannya, temannya yang tersenggol agak kesal kepadaku "Apa kamu tidak bisa dengan benar jalannya?"Tegur salah seorang teman Redo yang ada tepat di belakang Redo.

Aku hanya melihatnya tanpa berkata apapun karena sudah hampir jam masuk kelas, jadi aku melangkahkan kakiku dan meninggalkan orang yang menegurku tanpa berkata apapun.

Tidak terima dengan perlakunku orang tersebut memegang pundakku "Apa kamu tidak punya mulut untuk menjawab?" Teriaknya lagi mencari keributan, sambil mengeraskan genggamannya di pundakku.

Mendengar teriakan dari temannya, Redo menghampiri temannya "Ada apa Loam?" Tanya Redo kepada temannya yang bernama Filoam, biasa di panggil Loam oleh teman-teman seusianya, seorang anak dengan mata yang kecil, rambut yang acak-acakan tidak terurus, pakaian yang berantakan, ditambah dengan beberapa luka jahitan di wajah dan lengannya.

"Anak ini tidak mau meminta maaf setelah menabrakku"Terang Loam kepada Redo.

"Hei kamu anak yang kemarin, apa kamu tidak punya sopan santun saat melakukan kesalahan kepada orang lain" Tanya Redo sambil memegang pundakku dengan keras.

"Apa dirimu memiliki sopan santun, melakukan keributan di tengah keramaian seperti ini, apakah itu sopan santun?" Tanyaku kembali kepada Redo sambil membalikkan badanku dan menepis genggamannya, ku tatap mata mereka berdua seakan menantang mereka sekaligus.

"Refta ayo cepat" Teriak Sisko dan teman-teman lainnya yang sudah di depan pintu.

"Kalian duluan saja, nanti aku menyusul"Teriakku kepada teman-teman yang lainnya.

Mendengar jawabanku dan masih santai menanggapi perlakuan Redo dan Loam, membuat Redo dan Loam semakin geram kepadaku.

"Kamu benar-benar punya nyali ya terhadap juara sekolah bela diri kita" Terang Loam tersenyum, sambil menepuk pundak belakang Redo.

"Hanya lingkungan sekolah, apa kalian sudah sebangga itu?" Tanyaku sambil menatap Loam.

"Kalian hanya suka mencari keributan dan membuat onar, dan belum menemukan lawan yang pantas, jika kalian memang benar-benar hebat seharusnya kalian sudah masuk tingkat nasional" Tambahku kepada Loam dan Redo yang membuat mereka berdua semakin memanas.

Geram dengan apa yang aku katakan Loam mengepalkan tangannya dan mengarahkan tinjunya kepadaku, melihat kepalannya aku dengan mudah menangkap pukulannya dan menggenggamnya dengan tanganku, melihat tangan kanannya yang ku genggam Loam tidak tinggal diam dan mengayunkan tangan kirinya, tepat setengah ayunan yang hampir mengenaiku, aku pelintir tangan kanan yang ku pegang, ku keraskan pelintiranku sampai ke arah belakang badannya, "Aarrgh…." Teriak Loam Kesakitan karena tangannya yang ku pelintir dengan sangat keras.

"Aku bisa mematahkan tangannya jika aku mau, minta maaflah dengan orang yang sudah kamu pukuli di belakang" Ucapku mengancam mereka.

"Kamu pikir aku akan menuruti apa yang kamu katakan" Jawab Redo yang masih keras kepala.

Mendengar jawabannya yang tidak percaya dengan ancamanku, ku keraskan genggamanku sehingga membuat tangan kanan Loam semakin terasa kesakitan. "Arrrrggh…. Redo tolong ikuti kata-katanya" Pinta Loam kepada Redo, sepertinya dua orang ini memang bersahabat sangat dekat, sehingga Redo mau mengikuti apa yang Loam minta.

Redo membalikkan badannya dan meminta maaf kepada siswa yang dia pukuli, setelah itu aku lepaskan tanganku yang memelintir tangan Loam, anak laki-laki dengan badan yang cukup kekar karena sering berlatih bela diri, namun dengan mudah aku bisa menangkis serangannya.

"Arrrgghhh…"Rintih Loam yang masih kesakitan setelah tangannya ku lepaskan.

"Kamu bisa tolong panggilkan dia perawat, atau antarkan dia keperawat sekolah, jika tangannya tidak segera diobati akan membengkak dan semakin parah" Aku berkata kepada seseorang di dekatku untuk segera memanggilkan perawat.

"Baik" Jawabnya dan segera pergi memanggilkan dokter.

Melihat sahabatnya yang kesakitan dan tidak terima, Redo langsung melompat dan melayangkan tinjunya kepadaku, sangat cepat dan keras aku tidak mungkin untuk menagkap pukulan yang cepat dan sekeras itu, aku menghindari pukulannya dengan cepat, tidak terima dengan perlakuanku terhadap sahabatnya, membuatnya semakin marah dan emosi, apalagi di tambah dengan teriakan dari sahabatnya, serangan Redo semakin tidak terkontrol.

Dengan penuh emosi melayangkan banyak pukulan kepadaku, aku dengan mudah menghindari semua pukulannya, aku tidak bisa melakukan serangan balik, karena masih berpikir dengan syarat-syarat kelulusan di sekolahku, apalagi jika aku sampai membuat onar takut akan berdampak kepada teman-temanku yang lain, lagi pula sejauh ini aku hanya melakukan pertahanan diri dan tidak melakukan serangan sama sekali, jadi aku masih bisa membela diriku bila di panggil ke sidang sekolah.

Kulihat Redo semakin kelelahan karena serangan-serangannya yang cepat dan tidak berarah "Sudahlah kamu tidak mungkin bisa mengenaiku dengan cara seperti itu, berlatihlah yang keras dan berusahalah dengan sungguh-sungguh di bidang yang kamu sukai, jika kamu memang menyukai bela diri, lakukan dengan maksimal dan jangan hanya untuk membuat keributan saja" Terangku kepada Redo

"Diam kau, aku pasti akan membalas perlakuanmu" Tantang Redo dengan nafas yang sudah tidak beraturan.

"Aku tidak melakukan apa-apa, kalianlah yang memulai semuanya, oh iya jika kalian memang bersungguh-sungguh ingin membalasku, aku akan masuk ekstra kulikuler yang sama, gunakanlah waktu dan kemampuan kalian untuk berlatih melawanku nanti, bukan bermain-main membuat keributan di sekolah" Aku membuat keputusan untuk masuk ke bela diri, karena jika terus-terusan ku biarkan siswa-siswa yang lain akan terus terancam oleh perlakuan Redo dan teman-temannya

Lagipula Redo dan teman-temannya hanya belum tau bagaimana memaksimalkan potensi yang mereka miliki, dan mereka hanya belum tau kearah mana seharusya kemampuan mereka di gunakan dengan benar, karena itulah aku mencoba meluruskan arah mereka yang sebelumnya berbelok sangat jauh, hanya karena mereka merasa kuat mereka jadi lupa dengan tujuan yang seharusnya.