Setelah selesai makan-makanan yang diberikan oleh Lena Dan Sisko, kami berempat saling bertukar cerita, mulai dari Sisko yang bertanya tentangku namun aku belum menjawab apapun karena Lena ternyata sangat aktif dalam berbicara jadi dia suka memotong pembicaraan dan banyak bercerita tentang dirinya sendiri.
Lena membuka pembicaraan "Aku, Sisko, Evelyn, dan Andro berasal dari Sekolah lanjut tingkat pertama yang sama, kami bertemen cukup lama dari mulai kami kelas satu waktu itu"
"Evelyn cukup cantik dan sangat pemberani, dia wanita yang periang kita semua selalu terhibur oleh tingkah Evelyn" Sambung Lena
"Wah, kalian cukup akrab ya bisa berteman sampai masuk ke sekolah tingkat atas yang sama" Olivia menyambut pembicaraan yang dibuka oleh Lena
"Olivia sendiri memang sudah berpacaran berapa lama dengan Refta" Celetuk Sisko dengan rasa ingin tahu, karena yang teman-teman kelas lihat kami memang masuk kelas bersama dan juga pergi kekantin bersama, bahkan aku juga tidak sadar dalam waktu belum sampai sehari ternyata aku sudah lumayan dengan Olivia.
"Kami hanya berteman" Sambil tersenyum malu Olivia menjawabnya
"Ya dia benar" Jawabku menyambung yang Olivia katakana
"Kenapa kalian berteman lama-lama, nanti Olivia diambil pria lain kamu menyesal loh Refta" Sambung Lena meledekku
"Kalian sendiri sudah berapa lama pacaran" Olivia membalas perkataan Lena dan Sisko
"Hah pacaran sama dia" Jawab Sisko dan Lena kompak.
Terlihat Lena dan Sisko memang sangat akrab bisa dibilang hubungan mereka benar-benar dekat, mungkin sulit bagi mereka berdua untuk saling menjadikan pacar karena bisa dibilang mereka ada rasa takut kehilangan satu sama lain.
"Daripada membahas masalah pacar bagaimana kalau kamu menceritakan tentang dirimu Olivia" Tanya Sisko sedikit menggoda Olivia
"Jangan menggoda calon pacar orang Sisko" Celetuk Lena terlihat cemburu karena Sisko menggoda Olivia.
"Kalian benar-benar akur dan sangat serasi" Aku menambahkan dengan nada datar kepada mereka berdua.
"Hah dia hanya bisa menggoda wanita-wanita saja, mana mungkin aku akan akur dengannya" Jawab Lena sambil menatap Sisko dengan nada kesal karena ku bilang seperti itu.
"Hahaha.. Aku juga mana mungkin mau dengan wanita yang cepat marah dan tidak sabaran" Sambung Sisko sambil tertawa meledek Lena.
"Lebih bagus aku dengan Olivia yang ramah dan sabar, sudah gitu dia termasuk anak yang pintar" Sambung Sisko sambil tersenyum ke arah Olivia.
"Hehe aku biasa aja kok" Sambut Olivia kepada Sisko
"Oh ya kalian berasal dari mana" Lena bertanya kepadaku dan Olivia
"Aku tinggal dekat sekolah, jadi tidak terlalu jauh dari sini" Olivia menjawab sambil menunjuk ke sebuah arah lokasi rumahnya
"Kalau kalian mau kalian bisa mampir kerumahku" Sambung Olivia mempersilahkan kami untuk mengunjungi rumahnya
"Kalau kamu Refta darimana?" Sisko bertanya kepadaku karena mereka juga belum tahu tentang asal-usulku
"Aku dari desa dekat perbatasan kota ini" Lanjut ku menjelaskan dengan singkat
"Wah hebat juga, aku dengar hanya dua sampai tiga orang bukan berasal dari keluarga bangsawan yang mampu masuk ke sekolah ini, kamu termasuk hebat Refta"Lanjut Sisko memujiku
"Tidak juga, aku hanya beruntung bisa lolos di posisi terakhir" Lanjutku merendah di hadapan mereka
"Tapi sudah termasuk hebat bila kamu mampu lulus ke sekolah ini, karena sistem pendidikan yang kurang merata antara penduduk kota dan desa di negeri kita membuat orang-orang dari desa kesulitan untuk masuk ke sekolah yang lebih bagus" Lena menerangkan dengan kata-kata yang cepat dan agak nyaring
Sebenarnya aku bisa masuk kelas A dan menempati posisi pertama, namun aku tidak menginginkannya, karena aku ingin bebas dan melakukan sesuatu sesuka hatiku, kemampuan akademis dan juga non akademisku bisa di bilang di atas rata-rata, karena aku di didik dengan pendidikan yang sangat ketat sejak aku kecil. Bahkan bisa di katakana kecerdasanku bisa melampaui kemampuan orang paling jenius di negeri ku. Namun aku menyembunyikan semua data diriku agar aku bisa hidup dengan bebas dan bersenang-senang sesuka hati ku.
"Namun tidak selamanya kita hanya mengandalkan keberuntungan" Jawab Sisko dengan tegas kepadaku, karena aku berkata kepada mereka bahwa aku hanya beruntung saja.
"Ya itu benar Refta, sebaiknya kamu jangan hanya tenang-tenang saja" Lanjut Lena menerangkan kepadaku, terlihat Lena dan Sisko sangat peduli dengan kondisi kelas dan juga punya jiwa loyal yang sangat tinggi terhadap sesama teman di usianya.
Aku ingin bilang kepada mereka, seharusnya kalian mengkhawatirkan diri kalian sendiri, karena kalian tidak akan tahu siapa yang akan ada di bawah nanti, aku bisa dengan mudah lolos dari peraturan ini, namun bila empat orang keluar kelas maka aku pun akan ikut terseret keluar, jalan satu-satunya hanya membantu mereka agar mereka bisa lolos sampai di kelas akhir nanti.
"Refta memang sangat tenang, bahkan di antara semua siswa, bisa dibilang Refta tidak memiliki ketakutan sama sekali tentang aturan yang di katakan ibu Alixia, dan aku yakin selama ada Refta kita semua bisa lolos sampai akhir bersama-sama" Jawab Olivia antara membantu diriku atau juga mengejekku, aku terkadang bingung karena dia begitu polos dan jujur.
"Daripada kita saling mengkhawatirkan satu sama lain, mengapa kita tidak saling membantu dan mengatur strategi agar kita bisa lolos hingga tahap terakhir" Aku mencoba menenangkan mereka dan juga mencoba membuat siasat awalku.
"Iya benar, aku setuju denganmu Refta, kita harus berdiskusi dengan semua teman kelas agar kita bisa membantu satu sama lain, dan juga membuat satu kelas kita tidak ada yang keluar" Lena menyambung dengan sangat ceria dan penuh semangat.
"Ya benar, kita masuk bersama kita pun akan terus bersama, dan kita ceritakan semua kisah tentang kita, suatu hari nanti" Lanjut Olivia dengan penuh semangat dan gembira
"Apapun yang terjadi kita harus terus bersama, kita lalui semua rintangan yang ada di sekolah ini dengan kebersamaan" Sisko mengatakan sambil berdiri dan penuh semangat kepada kami.
Bel masuk pun berbunyi kami mengakhiri pembicaraan kami dan segera menuju kekantin, "Tidak terasa, satu jam istirahat cepat sekali rasanya" gumam Sisko sambil berdiri
"Ayo Olivia" Sisko kembali menggoda Olivia dengan senyuman sambil mengulurkan tangan kepada Olivia.
"Jangan suka menggoda wanita Sisko" Lena menjewer telinga Sisko sambil mengajaknya kearah pintu keluar kantin.
Setelah Sisko dan Lena keluar, Olivia berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku "Cepat, Refta" Aku meraih tangannya dan segera kami keluar menuju kantin, lembut dan sangat hangat, ku lepaskan tanganku waktu aku sudah berdiri.
Saling bertukar cerita membuat kami sedikit memahami satu sama lain, entah nanti apa yang akan kami semua hadapi, yang terpenting bagiku melindungi senyum mereka, agar kami terus bersama dan menyelesaikan tantangan ini.