Chereads / Jangan Ambil Tangisku / Chapter 2 - Kabar Buruk

Chapter 2 - Kabar Buruk

Tanpa diketahui sebab dan akibatnya, malam itu kegelisahan datang diam - diam menikam Lamim. Dengan seribu tanya ia merenung mencari tau dari mana kegelisahan itu datang. Ditengah malam yang tengelam, Lamim menyepi menikmati dan mengamati keramaian isi kepalanya. Disana ia bertemu dengan laki – laki tua yang secara tiba - tiba menghampirinya. Ia tau pasti, laki – laki tua itu adalah orang yang menemaninya tumbuh dan mendidinya menjadi manusia dewasa.

"Apa yang tengah kau gelisahkan Mim?." Suara itu terdengar jelas.

"Entah, aku pun tak tau kenapa kegelisahan datang begitu saja dan tak terduga." Jawabnya.

"Adakah sesuatu yang belum kau kerjakan hari ini?."

"Tidak, semua tugas sudah kukerjakan bahkan sudah kukumpulkan kemarin, hanya saja secara tiba – tiba aku teringat ayah."

"Ada apa dengan ayah Mim?." Lamim pun kaget mendengar pertanyaan itu, dan secara bersamaan ia menyadari ternyata sedari tadi ia berbicara dengan dirinya sendiri.

Dari percakapan itulah rasa cemas Lamim kepada ayahnya muncul. Beberapa saat kemudian Lamim pergi, ia mengambil telephon gengamnya dan segera menghubungi ayahnya.

Lingsirnya malam itu membuat kecemasan Lamim semakin memuncak setelah ia bebrapa kali mencoba menghubungi ayahnya tetapi masih saja belum bisa. Ditengah kecemasannya, seekor burung terbang mengelilingi atab kamar kos Lamim, sesekali burung itu hingap di atab kamarnya, tetapi tidak lama terbang lagi dan mengelilingi kamar Lamim, burung hitam itu terlihat seperti kebingungan, Lamim menyangka kalau burung itu bingung karena mencari anak atau mencari tempat untuk istirahat.

"Koakk… ..!." Suara burung gagak hitam persis di atas atab kamar Lamim. Menurut orang tua dulu, jika ada burung gagak bersuara di atas rumah, maka itu adalah pertanda tidak baik, atau semacam kabar buruk, dan menurut mereka yang mendengarkan suara itu harus segera memberikannya dengan cara ber-koak seperti burung gagak. Bila tidak maka keesokan harinya akan ada kabar buruk yaitu salah satu penghuni rumah akan meningal dunia. Memang hal semacam ini hanyalah sebuah kepercayaan para pendahulu dan sulit jika ingin mencari pembuktian atas kebenaranya.

Sampai saat ini Lamim masih percaya akan hal itu, dan dengan segera ia ber-koak ditengah malam. Tak lama kemudian telponnya berbatasan.

"Halo, Mim Lamim."

"Ya, Hallo buk, ada apa buk tengah malam telpon ?." Tanya Lamim

"Bapakmu Mim,"

"Ya buk, Bapak kenapa?". Tanya Lamim memotong suara ibunya yang belum selesai bicara.

"Bapakmu sakit Mim, katanya jatuh terpeleset di kamarmandi saat memperbaiki lampu kamarmandi."

Lamim terdiam, matanya terurai dan perasaan pikirannya kacau. Tetapi ia mencoba menenangkan keadaan setelah ia ingat apa yang di katakana. Ayahnya sempat berkata kepada Lamim.

"Seburuk apapun masalahmu kamu harus tenang, agar kamu mampu mengguasai masalahmu dengan baik, dan keadaan pun pasti akan membaik".

"Iya buk saya pulang sekarang, tunggu saya dirumah." Kata Lamim sebelum mematikan telepon. Dan malam itu juga Lamim mengemas barang dan pulang ke rumah, di jalan ia menyusun rencana untuk menjemput pulang.