mama!! teriak gabila dari dalam kamarnya.
nita mama gabila, berlari menuju kamar putri semata wayangnya dengan panik. "kenapa? kok kamu teriak teriak sih" tanya nita yang sudah berada di dalam kamar gabila.
"hheee, maaf ma, mama liat kunciran bila gak?"
nita mengeram kesal, anaknya memang seperti itu. "udah mama buang,kunciran sampe hitem begitu masih aja kamu pake, jorok ih"
"iiii mama kok di buang, itu kan kunciran kesayangan bila, terus sekarang bila pake apa coba kan gerah kalo gak di kuncir" ucap bila mempoutkan bibirnya.
"gak usah di kuncir dulu rambutnya,nanti mama beliin yang baru, lagian kamu kayak tomboy kalo kunciran terus gak ada kalem kalemnya jadi cwek" ujar nita dan langsung pergi meninggalkan gabila.
gabila hanya mencebik kesal, dia menyisir rapi surai coklat sepunggungnya dan meraih ransel yang lebih ringan dari ranselnya anak tk.
jika kalian bertanya bila tidak memolesi wajahnya dengan sedikit make up. Tentu saja tidak bila orangnya anti make up bahkan namanya saja bila tidak hafal semua.
gabila menuruni tangga dengan matanya yang meneliti setiap jengkal kakinya melangkah. Lebih tepatnya dia mencari sebuah kunciran atau karet yang bisa menguncir rambut.
"ntu barang kalo gak di cari suka banget nongol di mana mana, eh pas di cari sampe ke lubang semut pun gak ketemu. Awas aja kalo gue ketemu" dumel gabila.
"sayang..ini udah mau jam delapan,kamu mau sekolah jam berapa lagi hmm. Ayo cepetan nanti tambah telat" ucap nita tiba tiba saat melihat gabila berjalan santai ke dapur.
"bila langsung sekolah aja deh ma. nanti sarapan di sekolah, soalnya ada tugas harus di kumpul" jawab bila sambil menyalimi tangan nita.
"assalamualaikum"
"waalaikumsalam"
°°°°°°
gabila melajukan Trekelnya menuju SMA bina muda dengan kecepatan di atas rata rata. Beginilah kerjaannya setiap haru selalu membuat onar di jalanan. Gabila selalu mendapatkan makian indah dari para pengendara lainnya, dan selalu mengajak pakpol untuk balap pagi dengannya.
yah seperti biasa jam sudah menunjukan jam 8 tandanya sekolah sudah mulai satu jam yang lalu dan pagar telah terkunci rapat. intinya gabila terlambat.
jika murid pada umumnya akan kecewa atau panik karna terlambat. Beda dengan gabila siswi satu itu akan duduk di atas motornya dan mulai meledek pak bonar satpam sekolah yang kepalanya lebih kinclong dari piring iklan sunlight.
"pagii pak bonar" sapa gabila ramah.
pak bonar yang duduk di pos satpamnya menatap gabila tak bersahabat. "kamu lagi, kmu lagi. Mau apa kamu sudah sekolah terlambat malah meledek lagi kualat nanti kamu" semprot pak bonar.
gabila cengar cengir menunjukan deretan gigi rapinya. "pak bonar gak boleh soudzon, saya kan menyapa dengan penuh kasih sayang masa bapak galak galak sih" jawab bila.
"tidak usah merayu saya kamu, atau saya panggilkan bu rita" ancam pak bonar melotot seram.
gabila gelagapan dia tidak ingin di peetemukan dengan macam tutul, bisa bisa dia di terkam habis habisan. "diihh bapak mah aduan, gak asik ah" ucap bila sok.ngambek dan pergi dari sana.
tujuan gabila adalah pagar belakang, di mana dia selalu pergi dan datang tanpa sepengetahuan guru dan osis.
Gabila melewati pagar dengan cara memanjat, setelahnya dia mulai melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Mulutnya yang terus mengunyah permen karet berhenti seketika saat mendengar suara orang yang sedang bertengkar.
jiwa kekepoannya merontak. Mau tak mau gabila mendekati asal suara, dia mengintip dari balik pohon mangga yang rindang.
Di sana berdiri dua insan berbeda gender yang saling menyalahkan dan memohon.