Hari ketiga...
Yah, Ini sudah hari ketiga... namun Jae belum juga menunjukkan tanda-tanda akan membuka matanya.
Semalam Yuju menjaga Jae, kekasihnya. Ia berbicara sendiri seakan-akan Jae dapat mendengarkan nya.
"Jae... aku ingin mendengar suara mu," ucap Yuju dengan sedih.
Ia rindu... sangat rindu akan suara husky yang Jae miliki. Ia rindu dengan bagaimana kedua mata se-biru lautan itu menatapnya.
Ia rindu akan sikap perhatian Jae. Dan juga pelukan hangat yang selalu Jae berikan kepadanya.
Yuju memainkan jari telunjuk Jae dengan pelan. Jari itu terasa dingin dan juga seakan-akan tidak memiliki nyawa.
Hanya suara hemodinamik dan suara tetesan infus yang terdengar di dalam kamar rawat inap itu.
Yuju memperhatikan kedua mata Jae yang tertutup, juga bulu mata panjang yang Jae miliki.
Ia lalu melihat wajah Jae yang di tutupi oleh alat bantu pernapasan. Yuju tersenyum tipis, meskipun wajah itu di halangi alat bantu pernapasan, namun wajah Jae tetap terlihat tampan.