Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Gedung acara fashion years
Seorang pria dengan jas serta pin matahari di dadanya berdiri kaku, di depan seorang wanita—nyonyanya yang kini sedang menatapnya dengan netra memicing.
Sungguh, jika saja wanita yang di sedang menatapnya ini bukan sang nyonya, mungkin saja ia tidak akan segan menampilkan ekspresi malu.
Bagaimana ia tidak malu, jika sang nyonya yang biasa ia ikuti kini sedang menilainya atas sampai bawah dengan mata menelisik, seakan menilai dan memang nyatanya iya.
Lalu, seorang pria lainnya—Bosnya, hanya melihatnya dengan wajah datar memperhatikan setiap gerakan si wanita—si nyonya—kekasihnya yang akhirnya menoleh dan mengangguk senang ke arahnya.
"Sip! Aku suka sayang!"
Tolong aku! Jerit si pria berpin matahari ini frustasi meski hanya dalam hati.
Lalu si pria yang dipanggil sayang ini—Bosnya, hanya bisa mengulas senyum ikut senang, tanpa tahu kemalangan sedang mengintainya.