Chereads / Married With My Arrogant Friend / Chapter 61 - Love You Too

Chapter 61 - Love You Too

Selamat membaca

{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{

W&M Boutique And Photo Studio

Di kantornya, Queeneira yang baru saja meletakan handphonenya setelah selesai menerima panggilan dari Gavriel pun segera melirik ke sisa potongan kue, yang sengaja ia simpan di atas meja dekat sofa sana.

Kue red velvet itu jelas sekali kesukaan Mommy dari Gavriel atau juga Onty Kiara. Ia juga yakin jika bukan hanya kepadanya, Gavriel mengirimkan kue yang tadi di terimanya. Tapi juga kepada Mommy dan adiknya, Selyn.

Juaub di dalam hatinya tentu saja ia senang, saat tahu jika ia termasuk salah satu dari jajaran orang yang berarti di dalam kehidupan seorang Gavriel Wijaya.

Bibirnya melengkung menampilkan senyum salah tingkah.

Jantungnya berdetak dengan perasaan tak karuan, saat akhirnya ia bisa sedikit berbincang santai seperti ini dengan Gavriel. Tapi ia juga sedikit kesal, saat ia merasa dulu Gavriel sama sekali tidak memperdulikannya.

Oke, ia akui jika ia juga akan seperti Gavriel saat banyak pekerjaan penting dan banyak juga menyita waktunya.

Tapi apakah iya, selama itu juga ia tidak punya waktu santai barang sejenak.

"Ck, jika mengingat dulu aku semakin kesal. Tapi, kalau hidup di masa lalu terus, kapan aku akan melangkah ke depan. Kapan aku akan menjalani dengan tenang, kehidupan aku yang sekarang," gumam Queeneira dengan gerutuan kesal.

Tangannya, yang awalnya ingin menggapai sebuah map berisi laporan bulanan berbelok arah, menjadi masuk ke dalam tas kecil untuk kembali mengambil surat yang terlah ia simpan rapi. Surat dengan isi simple yang datang berbarengan dengan kue yang di terimanya.

Namun percayalah, itu cukup untuk membuat Queeneira mendengkus dengan senyum di tahannya.

Dibukanya surat itu, kemudian sebaris kalimat sederhana pun terlihat oleh netranya.

Tulisannya jelas bukan tulisan rapi sahabatnya. Namun ia tahu, jika ini adalah perwakilan dari kalimat yang diucapkan oleh si pengirim kue, Gavriel.

{Hn, hope you like it.}

"Pftt … Mesti yah ada hn-nya, tipikal sekali," dengkus Queeneira dengan menahan tawanya.

Ya ... Bagaimana Queeneira tidak mendengkus geli, jika isinya tertera gumaman tidak jelas andalan Gavriel saat menjawab pertanyaan orang.

Ia pun melipat lagi surat kecil itu, kemudian menyimpannya di laci kerjanya dan memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaan, yang sempat tertunda dengan adanya gangguan berupa panggilan dari Gavriel.

"Dan dia dengan seenaknya, memerintahkan aku untuk menerima panggilannya kapan pun. Bagaimana jika saat itu aku sedang mandi, huh. Menyebalkan," lanjut Queeneira masih dengan gerutuannya.

Bibirnya mengurucut saat menggerutu tentang kamvretnya kelakuan Gavriel. Tapi, aenhnya kenapa tangannya seperti bergerak ke arah lainnya, bukannya ke arah keyboard atau pun mengambil map seperti awal rencananya.

Apakah ini yang disebut malu tapi mau? Heum ... Entahlah.

Tangan dengan jari berhiaskan kuteks berwarna putih di ujungnya itu bergerak mengambil handphonenya lagi, untuk mengetik sebaris pesan singkat tanpa peduli jika orang yang menerimanya segera membacanya atu tidak.

Tapi yang jelas, dengan gerakan lincah jarinya mengetik satu per satu huruf dan akhrinya membentuk sebuah kalimat singkat. Dan sebenarnya, Queeniera sendiri tidak tahu jika kalimat yang baginya sederhana, efeknya akan sangat berbeda bagi si penerima.

"Ck, Gavriel," gumamnya salah tingkah, sebelum benar-benar fokus dengan pekerjaanya.

Kota X

Di ruangan dengan pendingin sebagai penghalau rasa panas efek matahari. Terdapat beberapa orang yang sedang menghadiri rapat, membahas tentang proyek pembangunan yang akan menjadi tanggung jawab Wijaya.

Pembicaraan bisnis yang berlangsung membuat Gavriel yang sedang fokus tersentak kecil, saat mendengar dering nyaring pada handphone yang ia simpan di saku jasnya.

Dan karena dering notifikasi ini, Gavriel sukses jadi pusat perhatian namun siapa yang berani menegurnya? Tidak ada, tentu saja siapa pula yang berani menegurnya.

Ah! Sepertinya ia lupa mengubah mode deringnya menjadi getar, setelah mengakhiri sambungannya dengan Queeneira sewaktu ingin memasuki ruangan.

Dengan gerakan tenang Gavriel menegakkan punggungnya, kemudian dengan luwes mengulas senyum kecil sebagai bentuk ucapan permintaan maafannya.

"Hn, maaf, silakan dilanjut," ucap Gavriel singkat.

"Tuan Gavriel, silakan di terima dulu sambungannya," sahut si pemilik perusahaan dengan nada bersahabat juga senyum ramahnya, membuat Gavriel menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya.

"Tidak masalah. Sebaiknya kita lanjutkan saja," tolak Gavriel segera dan akhirnya meeting pun di lanjutkan, dengan Aksa yang berganti menjelaskan setelah pihak partner bisnisnya selesai dengan persentasinya.

Gavriel mengumpat dalam hati, dengan kecerobohannya sendiri. Bagaimana bisa ia sampai lupa dengan handphonenya sendiri, sangking asiknya bertelepon ria dengan Queeneira. Padahal sebelumnya ia tidak pernah seperti ini, selalu mengecek sesuatu hal yang paling sepele sebelum melakukan meeting.

Ia pun dengan sembunyi-sembunyi memeriksa handphonenya, menekan sidik jari sebagai password dan membuka notifikasi pesan dari seseorang.

Awalnya ia ingin mengumpat jika seseorang yang mengiriminya pesan bukanlah orang penting. Namun, ketika nama dengan simbol love lah yang terpampang, niatnya mengumpat kesal berubah menjadi surak surai kegembiraan serta bibir tersenyum senang.

{Hei! Terima kasih kuenya. Aku suka. Lalu, semangat bekerja, Gavriel.}

"Sialan, jika sudah begini aku akan membiarkan dering pada handphoneku selalu aktif, dari pada ketinggalan membaca pesan darinya," batin Gavriel dengan aura bunga yang mulai menguar dari tubuhnya, sehingga membuat mereka yang merasakannya mengernyit saat udara terasa berbada.

"Apakah sedang ada yang sedang jatuh cinta?" batin semua yang ada di dalam ruangan bersamaan.

*****

Kembali pada Queeneira yang saat ini baru saja mulai fokus dengan pekerjaanya.

Queeneira baru saja akan membuka salah satu dari sekian banyak lembar di dalam map, namun getaran dari handphone yang ia letakan di meja dekat laptopnya

membuatnya urung.

Ia pun dengan segera mengecek apa gerangan yang tertera dalam notifikasi pesannya, lalu menemukan jika balasan dari Gavriel datang. Padahal, ia berpikir jika seseorang yang tadi di kirimnya pesan tidak akan sempat melihat karena kesibukan.

Namun lihat, bahkan balasan terlampau cepat di terimanya. Tentunya, kalimat andalan singkat masih tertera, apalagi kalau bukan dua huruf yang selalu di keluarkan Gavriel.

{Hn, jika kamu yang memberiku suport, aku tentu saja akan lebih bersemangat.}

"Ck, apa kamu selalu menggombal seperti ini, dengan wanita lainnya. Heh, Gavriel," dengkus Queeneira kemudian iseng mengirim pesan kembali sebagai jawaban. Ia ingin tahu, apakah Gavriel akan cepat membalasnya kembali atau tidak.

{Apakah kamu selalu menggombal, Tuan Gavriel. Kenapa mulutmu berubah menjadi manis seperti ini.}

"Huh, kita lihat berap-

Drt! Drt!

"Woah! Cepat sekali dia membalasnya," pekik Queeneira segera mengubah dengkusannya menjadi takjub, saat mengira jika Gavriel akan lama membalas pesannya.

{Yang mengetik jariku, love. Mulutku hanya untuk membungkam bibirmu seorang.}

Dengan netra membulat sempurna, Queeneira memandangi layar handhponenya berharap ini hanyalah efek lelah pada kedua bola matanya. Namun sayang, berkali-kali ia membaca pesan itu, ternyata tetap benar jika Gavriel memang mengirim balasan yang lagi-lagi berbau mesum.

Dengan gerakan bar-bar, ia pun mengetik balasan singkat kemudian dengan cepat menyimpan handphonenya di laci, tidak ingin membaca pesan balasan lagi takut jika isinya akan lebih membuatnya kesal.

"Ah! Gavriel siala-

Drt! Drt! Drt!

Lagi-lagi kalimatnya disela oleh getaran yang berasal dari handponenya. Ia pun memutuskan untuk membiarkan dan tidak ingin membacanya dengan menguatkan hati.

"Tidak. Aku tidak akan membuka pesan darinya lagi,"putus Queeneira kemudian menggelengkan kepalanya. Namun, detik berikutnya tangannya kembali berkhianat dengan membuka laci dan membuka aplikasi pesan chatnya.

Kemudian ia membaca dalam hati dan kali ini bukan hanya netranya yang melebar karena kaget. Melainkan jantungnya juga, yang ikut berdebar dengan apa yang di tertera di layar handponenya.

{Hn, love you too.}

"Hell! Kapan aku bilang, aku mencintainya!"

Dan teriakan Queeneira adalah yang terakhir terdengar, sebelum berpindah kembali kepada Gavriel yang saat ini sedang menahan senyumnya di tengah-tengah meeting berlangsung.

"Pftt … Kirim pesan kok kejam sekali, masa balasanku dibalas dengan 4 kata umpatan. Bikin kesal saja," batin Gavriel kemudian melihat sekali lagi pesan-pesan dari Queeneira, baru setelahnya berusaha fokus dengan meeting yang sedang berlangsung.

{Go to the hell}

"Dari pada ke neraka, mending ke surga dengannya. Pftt ... Maksudnya surga dunia," lanjut Gavriel dengan aura bunga-bunga berterbangan.

Mau tahu bagaimana atmosfer di ruangan?

Jangan tanya, karena peserta rapat bahkan sampai heran aroma bunga yang bertebaran berasal dari mana.

Bersambung.