Rina benar-benar senang Tara datang dan langsung ke kantornya. Dia merasa bersalah saat melihat wajah tulus Tara yang datang karena dia pikir semua masalah ini karena perbuatannya padahal tidak.
"Selamat datang, Tar! Aku minta maaf karena aku tidak bisa menghandle semua urusan ini. Bos memintaku untuk menghubungi kamu karena aku juga yakin kalau kamu tidak mungkin memiliki uang sebanyak itu bukan?"
"Tidak masalah, Rin. Aku tahu kalau aku memang bersalah, karena urusan pribadi aku membuat semuanya berantakan. Aku tidak profesional sama sekali. Ngomong-ngomong kapan pemotretan itu dilaksanakan?"
"Karena kamu datang pagi ini, kita bisa melakukan pemotretan nanti siang dan sekarang kamu bisa beristirahat dulu sambil menunggu pasangan kamu menyanggupi semua jadwal."
"Pasangan? Memangnya ada pasangannya?" Tanya Tara terkejut.
"Maaf, aku lupa memberitahu kamu kalau produsen baju tidur ini ingin produk yang mereka jual bisa terjual banyak jika model yang digunakan adalah pasangan." Jawab Rina berbohong. Rina sendiri tahu jika pemotretan ini ada pasangannya juga baru tadi pagi. Semuanya sama-sama mengejutkan bagi Rina.
"Maksudnya? Aku bekerja secara berpasangan?" tanya Tara tidak mengerti.
"Iya dan aku juga tidak tahu siapa pasangan kamu. Maafkan aku, aku tidak bisa menjadi manager yang baik untuk kamu."
"Sudahlah, aku tidak masalah mau berpasangan atau tidak asalkan semuanya segera beres. Aku ingin segera pergi dari Jakarta. Kamu tahu sendiri bukan apa yang akan terjadi jika aku terlalu lama ada di kota ini?"
Rina mengangguk dengan kaku. Tara benar-benar sangat percaya kepadanya sedangkan dia sebenarnya sudah berbohong kepada Tara tentang semua pekerjaan ini.
"Kapan pemotretannya dimulai?" tanya Tara memastikan.
"Mungkin sebentar lagi. Kamu mau minum apa? aku akan mengambilkan untuk kamu."
"Air mineral saja cukup." Jawab Tara santai.
Rina semakin merasa bersalah karena Tara sangat percaya dengannya tetapi karena tuntutan dari atasannya, dia harus menjebak Tara kembali masuk ke dalam ruang lingkup yang membuat Tara sesak dan terkekang.
"Ini minum untuk kamu," ucap Rina sambil memberikan air mineral untuk Tara.
Tara menerima apa yang diberikan oleh Rina dengan senang hati. Setiap senyuman yang diperlihatkan Tara membuat hati Rina terasa nyeri dan sakit.
"Sutradara meminta kamu masuk ke ruangan yang akan dijadikan untuk memotret semua adegan kamu nanti, kamu sudah siap?" tanya Rina setelah dia melihat ponselnya yang menunjukkan notif pesan masuk ke dalam ponselnya.
"Bisa. Kamu ikut ke sana?"
"Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut. Kamu bisa sendirj bukan? Nanti akan ada asisten yang membantu kamu di sana."
"Baiklah kalau begitu, aku ke sana sendiri saja. Sampai jumpa nanti."
Tara keluar dari ruangan Rina menuju tempat pemotretan yang sudah sering dia datangi. Dengan santai Tara berjalan menuju tempat itu sambil meminum air mineral yang diberikan oleh Rina untuknya.
"Hai Tara! Bagaimana kabarmu cantik?" tanya sutradara yang sudah sangat kenal dengan Tara sambil memeluk tubuh Tara.
"Baik, Bang Riski. Abang bagaimana kabarnya?" Tanya Tara balik.
"Cukup baik dan sekarang bisa bertemu dengan kamu lagi membuat suasana hatiku semakin baik."
"Kok bisa begitu Bang? Abang ini aneh-aneh saja. Katanya hari ini aku berpasangan ya Bang?"
"Iya. Benar sekali, tapi kami tidak tahu siapa pasangan kamu. Pihak produsen barang sendiri yang merekomendasikannya." Jawab Bang Riski menjelaskan.
Memang tidak ada yang tahu siapa model pasangan untuk Tara. Semua hanya tahu kalau model itu adalah rekomendasi dari pihak produsen selama ini.
"Kamu bisa kan melakukan pemotretan untuk pasangan?"
"Jelas bisa lah Bang. Abang tidak perlu khawatir. Aku sudah tidak pilih-pilih lagi seperti dulu Bang, jadi tenang saja."
"Syukurlah kalau begitu. Hatiku merasa senang kalau kamu sekarang sudah bisa melakukan adegan dengan siapa saja."
"Santai Bang, aku siap-siap dulu Bang sebelum pasangan yang akan bekerja denganku datang." ucap Tara sambil menunjuk ruangan yang diperuntukkan untuknya.
"Oke. Baiklah kalau begitu, silahkan bersiap-siap. Aku akan memanggil kamu kalau semua sudah siap."
"Oke Bang, terima kasih."
"Sama-sama cantik!"
Tara masuk ke dalam ruangan yang sudah ada nama Tara di daun pintu menandakan kalau ruangan itu memang dikhususkan untuk Tara.
Tara sedikit terkejut saat melihat seorang make-up artis yang cukup terkenal ada di bilik miliknya.
"Maaf, apa saya salah tempat? Tapi nama yang tertulis di daun pintu tadi adalah nama saya?" tanya Tara kepada make-up artis yang juga sedang melihatnya.
"Anda tidak salah karena saya memang ditugaskan untuk merias Anda di sini." Jawab Make-up artis itu dengan ramah.
"Benarkah saya tidak salah tempat? Maaf saya sedikit terkejut karena tidak biasanya ada make-up artis terkenal merias wajah saya." ucap Tara dengan sopan.
"Jangan seperti itu. Anda membuat saya benar-benar tersanjung dengan kata-kata Anda. Mari sini! Saya akan merias wajah Anda agar menjadi lebih sempurna."
Tara duduk di kursi yang sudah disediakan, dia menyerahkan wajahnya pada tangan profesional wanita yang ada di sampingnya ini. Semua seperti mimpi, mengundang make-up artis hanya untuk sebuah pemotretan baju tidur sepertinya sama sekali tidak masuk akal tetapi tetap saja semua urusan ada di tangan atasannya, Tara hanya menjalankan tugas sesuai dengan kontrak.
"Wajah kamu sudah sangat sempurna, wajah seperti ini hanya perlu sedikit polesan saja tetapi sangat sulit bagiku yang seorang make-up artis. Jika wajah ini tidak semakin cantik akan membuat karirku hancur." ucap make-up artis itu sambil memulai pekerjaannya.
"Kenapa bisa begitu? Bukannya sama saja?"
"Wajah cantik seperti ini yang sangat sulit. Bagi kami lebih baik wajah yang biasa saja daripada wajah yang sudah jadi seperti ini, Cantik."
"Apakah sudah selesai make-up nya? Model pria sudah datang!" Teriak Bang Riski dari luar.
"Iya! Tunggu sebentar lagi! Sabar ya...."
Tara tertawa melihat make-up artis itu terlihat gugup setelah mendengar jika model pria yang akan menjadi pasangannya datang.
"Biasa saja. Model pria itu pasti bisa menunggu. Jangan panik, yang ada nanti wajahku bukannya cantik malah buruk," ucap Tara berseloroh.
"Kamu tidak tahu saja siapa dia. Semua orang tunduk kepada dia karena dia adalah pemegang kekuasaan selama ini. Dia tidak pernah mau melihat kesalahan sedikitpun."
Tara semakin penasaran dengan siapa model pria itu, kenapa banyak orang ketakutan dengan dia.
"Aku jadi penasaran dengan orang itu. Bisakah dipercepat make-up ini?"