Chereads / ROMANTISASI / Chapter 2 - S E N I N -malam

Chapter 2 - S E N I N -malam

Dinding jendela ruang rawat inap masih berkeringat meskipun hujan sudah cukup lama berhenti. Setelah dokter menyampaikan diagnosis kakinya hujan deras hilang begitu saja. Salah satu anggota keluarga pasien yang bersebelahan dengannya mengeluh ketika masuk. Membuatnya berpikir cuaca bertingkah aneh. Tidak ada yang pernah mempermasalahkan hujan turun tepat pada musimnya. Semua orang sudah bersiap untuk itu, namun untuk September kali ini banyak yang mencemooh. Dan yang lebih mengherankan lagi, mereka semua tidak mendapatkan musibah apapun. Kalaupun pakaian mereka basah, masih bisa dikeringkan dan hanya butuh waktu singkat. Sementara dia menerima ganjaran atas rasa pasrah , terhadap segala usaha untuk berpikir positif, untuk semua persiapannya menyambut musim.

Kakinya retak dan ada beberapa urat tidak pada tempatnya. Akan ada beberapa sesi terapi membosankan dijadwalkan beberapa kali dalam sehari. Intinya dia akan tinggal selama seminggu dengan kegiatan lebih membosankan daripada pekerjaannya di butik. Menurutnya membosankan karena para suster terlihat lelah walaupun berusaha bersikap ramah. Warna dinding rumah sakit itu indah namun terkesan memaksa dan anggota keluarganya tidak ada yang bisa menjaga. Ayahnya harus menemani ibunya di butik sementara ketiga adiknya tidak bisa diharapkan karena menyusun jadwal libur sama saja seperti mengurus surat pengunduran diri.

Di butik jika situasi sedang sepi, dia masih bisa berpura-pura berlakon sebagai pembeli dan penjual. Mencoba beberapa pakaian atau sering datang ke ruang produksi untuk mengganggu beberapa karyawan yang sama sekali memiliki selera humor minim. Masih lebih menyenangkan daripada ditinggal sendirian di rumah sakit tanpa teman bicara. Di saat seperti inilah sering muncul penyesalan kenapa sejak dulu tidak pandai bergaul. Tapi tidak berlaku untuknya. Diam hingga urusan selesai jauh lebih baik. Dia tidak ingin mengucapkan selamat tinggal dan merasa rindu pada suatu hari. Seperti yang sedang dilakukan pasien disebelahnya. Terdengar sudah akrab dengan pasien tempat tidurnya dekat pintu. Dari hasil menguping dia mengetahui bahwa pasien di dekat pintu masuk tersebut akan melakukan operasi pelepasan pin pada kaki tiga jam lagi. Sejak tadi pasien disebelah tempat tidurnya tidak henti memberi semangat seolah kondisinya jauh lebih baik.

Dia menghela nafas dan bersiap untuk berbaring.

Saat itu pula pintu ruangan tersebut terbuka dan terlihat beberapa petugas masuk kemudian menyampaikan bahwa pasien untuk operasi pelepasan pin segera dibawa ke ruang persiapan operasi. Interaksi perpisahan berlanjut hingga akhirnya pasien itu benar-benar tidak lagi terlihat. Ketika sekilas bertatap muka dengan pasien disebelah tempat tidurnya dia akhirnya memahami sesuatu. Perempuan itu masih muda, sementara laki-laki disebelahnya cukup tampan meskipun pergelangan kaki kirinya dibalut, sama sepertinya. Jadi bisa dikatakan , yah, kalian tau. Mungkin perempuan itu sudah terlalu berharap banyak ?

_

Tadinya dia ingin mendengar musik, tapi ponselnya sedang di charge. Tubuhnya miring ke samping membelakangi pasien disebelah tempat tidurnya. Langit malam walaupun tanpa bulan dan bintang masih tetap layak untuk dipandang.

"Terkilir juga ?"

Laki-laki itu memecah keheningan setelah dia bersikeras untuk diam. Dia melihat sekilas lalu mengangguk , kemudian melanjutkan kegiatan memandang langit malam.

"Ada ufo ya ?" laki-laki itu masih berusaha dengan terus bertanya.

"Engga ada" dia malas harus bertatap muka dengan orang itu.

"Hmm. Aku kira ada makanya kamu serius banget lihat keluar jendela" tentu itu sebuah sindiran yang sangat halus dan dia tetap tidak merasa tersanjung untuk membalasnya.

Keadaan kembali sunyi.

Dia menduga laki-laki itu sudah menemukan kesibukannya sendiri dan tidak akan berniat mengajaknya berbicara. Selagi menghayal tentang banyak hal, sesuatu mengetuk bahunya. Dia berbalik perlahan, lalu melihat pelakunya. Sebuah tongkat yang biasa dipakai oleh orang yang bermasalah dengan salah satu kondisi kaki mereka. Benda itu dipakai untuk menarik perhatiannya.

"Aku bosan. Ayolah bicara" bujuknya dengan wajah sengsara. Dia yakin itu hanya sandiwara.

"Tidur aja. Atau nonton Tv" sarannya.

"Terlalu cepat untuk tidur. Nonton tv gak ada yang seru acaranya"

"Dengar musik" dia masih berusaha menyarankan beberapa kegiatan yang bisa dilakukan sendiri.

"Hpku habis baterai. Lagi di cas" laki-laki itu seperti tidak mau kalah dan memang berniat untuk mengganggunya.

"Kalau gitu selamat bersenang-senang" katanya acuh.

Laki-laki itu menghela nafas "Perempuan tadi itu, dia baru masuk semalam. Tadinya selama empat hari ini aku sendirian. Kadang cleaning service jadi temanku bicara. Bayangkan empat hari mati gaya. Membisu. Kamu gak merasa menderita ?"

"Engga" jawabnya cepat.

"Ayolah cerita sedikit tentang kakimu atau hal lain" bujuknya sekali lagi.

Dia tau orang-orang seperti laki-laki itu. Tidak akan menyerah dan selalu berusaha mendominasi disetiap cerita. Selalu ingin diprioritaskan seperti pelanggan mereka yang meminta pakaian desain khusus. Karena hal semacam itu keahliannya, akhirnya dia mengelurkan jati diri sebagai pendengar yang baik.

"Kamu duluan. Kenapa kakimu ?" dia mengubah posisinya.

Laki-laki itu tersenyum , nyaris membuat matanya berbentuk garis melengkung. Saat melihatnya dia seperti tertular sesuatu yang baik, menghangatkan hatinya.