Saat ini keluarga kerajaan sedang berkumpul, berbincang mengenai masalah keluarga. Bukan masalah kerajaan. Rainna yang duduk disamping sang suami, sedangkan sang mertua mereka-maksudnya raja Hassanal Bolkiah dan juga ratu Saleha- duduk nya pun bersampingan. Awalnya semua baik baik saja, sampai akhirnya pertanyaan sang penasihat raja Hassanal membuat ruangan tadi nya penuh dengan canda tawa berubah menjadi teggang.
" Maaf yang mulia, hamba pingin bertanya." Ujar sang penasihat.
Sang raja pun menganggukkan kepalanya, artinya ia memperbolehkan sang penasihat bertanya.
" Apakah si Rainna sudah hamil? Bukankah usia pernikahan sang pangeran dengan nak Rainna sudah mencapai usia ke-2. Apakah perlu hamba carikan pangeran satu istri lagi, agar ia bisa memperoleh keturunan?" Ujar sang penasihat dengan bahasa Melayu.
Sang raja Hassanal pun menegakkan badannya, sang ratu pun mengkikis jarak dari sang suami.
sedangkan Rainna, ia menunduk. Pangeran Mateen pun mengeraskan rahangnya atas pertanyaan sang penasihat ayahnya ini.
"Benar juga, kita beri waktu mereka berdua selama dua bulan. Jika tak hamil hamil juga, maka ku persilahkan engkau agar mencarikan Mateen istri lagi. " Ujar sang raja Hassanal dengan bahasa Melayu dan langsung pergi dari ruangan tadi di ikuti oleh sang istri.
sedangkan sang penasihat tersenyum sambil menatap Rainna juga pangeran Mateen, padahal dibalik senyumnya itu ia sudah merencanakan sesuatu.
"sebentar lagi Rainna dan kau Mateen, sebentar lagi kau akan ku nikahkan engkau dengan cucu ku.. hahaha.." Ujar sang penasihat dalam hati dengan licik nya.
Sedangkan sang pangeran Mateen langsung menggenggam tangan sang istri. Ia pun menarik sang istri kelantai atas agar tak lagi berada diruangan ini, sedangkan saudara-saudara pangeran Mateen lainnya sudah berlalu juga yang hanya tertinggal sang penasihat juga cucunya.
##########
Rainna dan juga pangeran Mateen sekarang berada dikamar mereka. Sedari tadi, Rainna menunduk saja. Sedangkan pangeran Mateen yang melihat Rainna menunduk langsung meraih dagu Rainna agar ia bisa melihat wajah Rainna.
"Ada apa?" Tanya sang pangeran Mateen kepada Rainna.
Rainna pun menggeleng.
"Tak apa, aku hanya kepikiran apa yang dikatakan oleh datok Isa tadi. Memang benar, selama dua tahun ini aku tak bisa memberi mu keturunan Mateen." Ujar Rainna sambil tersenyum.
pangeran Mateen pun menggelengkan kepalanya, tanda ia tak setuju apa yang diucapkan oleh Rainna.
"kamu ngomong apa sih? Dengarkan aku sayang.. Mau kau memberi ku anak atau pun tidak, aku tak masalah. Kan bisa aja nanti kalo kita mau, kita ikut program bayi tabung kan? Jadi? Ya anggap angin lalu saja apa yang dibicarakan ayah juga Datok Isa tadi. Jangan di fikirkan ya?" Ujar sang pangeran Mateen sambil mengelus wajah Rainna bagian pipi.
Rainna pun tersenyum sambil mengangguk.
"Jikalau kau mau mempunyai anak, aku ikhlaskan engkau menikah lagi Mateen. Aku tak apa." Ujar Rainna sambil penggenggam tangan sang suami yang berada dipipinya.
pangeran Mateen yang sedari tadi tersenyum langsung mengeraskan rahangnya.
lantas ia-maksudnya pangeran Mateen-pun menggeleng keras tanda ia tak setuju.
"Gak! Kamu apa-apaan sih! Aku gak setuju!" Ujar pangeran Mateen langsung mengambil tangannya yang berada dipipi Rainna.
Rainna pun langsung memegang tangan pangeran Mateen.
"Kamu harus punya keturunan Mateen, aku tak apa jika kamu pingin menikah lagi. Aku ikhlas, aku tak apa Mateen." Ujar Rainna sambil meremas tangan sang suami.
Pangeran Mateen pun memandang kearah kearah mata Rainna.
"Sekali aku bilang tidak ya tidak Rainna! Pernikahan itu sakral! aku sudah bersumpah didepan Tuhan! Dan tak ada lagi sumpah yang kedua Rainna!" Ujar sang pangeran Mateen langsung keluar dari kamar.
Sedangkan Rainna, ia merenung.
Ia memikirkan segala cara agar sang suami mau menikah lagi.
###########
Sedangkan pangeran Mateen lagi berdiam diri dihalaman istana bagian belakang.
Ia bingung, kenapa Rainna meminta dirinya agar beristri lagi? Bukankah perempuan mana saja pasti tak mau sang suami beristri lagi? Ada apa dengan Rainna? Ada apa dengan istrinya itu?
Pertanyaan itu terngiang dikepala sang pangeran Mateen, tapi tak ada seorang pun yang bisa menjawabnya.
Setelah pusing memikirkan pertanyaan yang tak ada jawabanya, pangeran Mateen pun masuk kedalam istana. Saat diruang tengah yang menghubungkan dapur dan juga tangga yang ada disana, terdapat kakak kakak nya juga sang adek. Disana tak terdapat Rainna, langsung saja ia menuju ketangga dan tapak demi tapak akhirnya sampai juga ditangga terakhir, ia memandang pintu kamar yang tak tertutup rapat. Ia-maksudnya pangeran Mateen- masuk kedalam kamar yang mendapatkan istrinya duduk didekat jendela samblil melamun, pangeran Mateen pun langsung mendekat dan memeluk sang istri dengan erat.
"Eh?" Kaget Rainna.
"Hmm.." gumam sang pangeran Mateen.
Tangan pangeran Mateen berada diperut Rainna, Rainna pun menggenggam tangan sang suami.
"Ada apa?" Tanya sang pangeran Mateen kurang jelas karena wajahnya ia benamkan dileher Rainna.
Rainna pun menggeleng.
"Aku tak apa. Kau dari mana saja tadi?" Tanya Rainna sambil mengelus lengan sang suami.
"Taman." Balas sang pangeran Mateen yang masih betah dileher Rainna.
"Oh." Ujar Rainna.
Setelah itu hanya ada keheningan yang melanda kedua manusia itu.
"Aku mau kamu? Tak apa kan?" Izin sang pangeran Mateen kepada Rainna.
Rainna pun membalikkan badannya dengan susah payah dan akhirnya bisa.
"Bentar doang kan? Ini sudah jam lima aku mau bantu bantu bunda buat masak malam." Ujar Rainna.
Pangeran Mateen pun menganggukkan kepalanya dengan semangat.
"Iya!" Ujar sang pangeran Mateen dengan semangat..
dan terjadi lah.. you know lah..😂😂
########
Kegiatan mereka-maksudnya pangeran Mateen juga Rainna- berakhir jam setengah 7. Padahal Rainna dari tadi mintanya sebentar saja, tapi namanya sang suami tak mau pisah dari dia akhirnya terpaksa ia berakhir seperti sekarang. Tak bisa kemana mana.
"Ayolah Mateen. Ini sudah adzan maghrib, aku tak membantui bunda tadi. Tak enak aku sama bunda." Ujar Rainna sambil mendorong badan sang suami agar tak mendempet dengan dirinya.
pangeran Mateen menggeleng.
"Lima menit saja." Ujar sang pangeran Mateen mulai sedari tadi.
Rainna pun menggeleng.
"Dari tadi kamu mintanya lima menit lima menit. Tapi sampai sekarang belum selesai? Udah ya? Aku mau mandi." Ujar Rainna sedari Dua puluh menit yang lalu.
Memang benar, sudah dua puluh menit seperti sekarang.
Pangeran Mateen pun menjauh sambil membalikkan badan yang tak menghadap Rainna.
Rainna yang melihat tingkah aneh sang suaminya itu pun menggelengkan kepalanya.
Rainna pun memegang pundak sang suami yang tak terbungkus apapun.
"Jangan marah. Nanti kita sambung? Aku harus membantu bunda, bersiaplah nanti akan aku siapkan kamu baju. Aku mandi dulu." Ujar Rainna setelah mencium pundak sang suami dengan kilat.
===========================
Hai! Jangan Lupa Vote :)