Chereads / The Queen of the Emperor Louis / Chapter 1 - Pesona Kaisar Louis

The Queen of the Emperor Louis

Sherlynur_Safitri
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pesona Kaisar Louis

Kerajaan Le Tiong La adalah kerajaan yang sudah berdiri sejak 500 tahun yang lalu. Raja Wales adalah Raja kedelapan pada Dinasti Joseon.

Dia menikah dengan Ratu Anne dan telah memiliki empat putra mahkota yang kelak akan menggantikan posisinya.

Mereka berempat adalah Kaisar Louis, Kaisar Edward, Kaisar William dan Kaisar Mercia. Dari mereka berempat memiliki pesona dan ketertarikan tersendiri. Pesona dan Keunikan itu sendiri menambah kesan yang sangat sempurna untuk mereka berempat.

- Kaisar Mercia

Dia putra mahkota bungsu, mempunyai ketampanan yang mempesona hingga banyak para ratu di Kerajaan Le Tiong La yang tertarik dengan ketampanannya. Mempunyai sifat yang humoris juga romantis menambah kesan yang sangat luar biasa. Kaisar Mercia ahli dalam Strategi Penyerangan hingga dia dijuluki Dewa Maut.

- Kaisar William

Dia putra mahkota urutan ketiga dari empat saudara. Dia mempunyai sifat yang sangat jahil juga humoris. Dia sangat ahli dalam Strategi peperangan hingga dijuluki Dewa Pertempuran. Pesonanya tidak kalah dari Kaisar Mercia, dia memiliki paras yang sangat indah bagaikan Dewa.

-Kaisar Edward

Putra mahkota urutan kedua, pesona yang begitu indah, memiliki keahlian dalam segala hal pengobatan. Hingga banyak yang menjulukinya sebagai Dewa Penyelamat. Mempunyai sifat yang entah bagaimana mengatakannya, hal ini semacam Fuckboy, namun kalau di kerajaan seperti ini apa namanya. Banyak para Ratu yang tertarik dengan pesonanya.

-Kaisar Louis

Ini yang paling kita tunggu. Dia bak bagaikan Pangeran berkuda putih yang begitu sempurna. Semua hal bisa dia lakukan hingga dia mendekati kata sempurna. Dia adalah Putra Mahkota pada Dinasti Joseon saat ini, menggantikan ayahanda nya.

Namun sifatnya berbanding balik dengan ketiga saudaranya. Dia memiliki sifat yang dingin, tegas dan juga kompeten. Dia tidak pernah keluar dari kerajaan meski hanya sekedar menengok bagaimana keadaan rakyatnya, karena apa. Entah mungkin kalian tidak akan percaya jika aku mengatakannya.

Banyak dari mereka yang setelah melihat wajah Kaisar Louis pingsan, mimisan, bahkan ada yang pernah sampai memotong tangannya sendiri saat melihat ketampanan sang Kaisar.

Maka dari itu, Kaisar Louis jarang sekali menengok atau pergi keluar dari kerajaannya takut hal serupa akan terjadi lagi. Namun, banyak dari para Ratu Le Tiong La yang mendaftar panjang demi bisa melamar sang Kaisar.

Kaisar lelah dengan keadaan ini semua, hingga dia memerintahkan untuk mengganti semua dayang perempuan dengan para lelaki. Kerajaan Le Tiong La adalah Kerajaan pertama yang memperkerjakan lelaki pada bidang yang seharusnya perempuan lakukan, seperti memasak, membersihkan semua halaman kerajaan, mencuci dan lainnya.

Dibawah pemerintahan Kaisar Louis kerajaan Le Tiong La kini maju begitu pesat dan rakyatnya sangat makmur juga hidup dengan aman dan damai.

Kaisar Louis memiliki semua julukan yang ketiga saudaranya punya. Semua hal bisa dia lakukan, pesona yang mampu menyihir mata para wanita, keahlian dia dalam semua bidang, kewibawaan yang dia lakukan dalam memerintah kerajaan, semua ada pada diri Louis. Jadi, sangat adil jika dia mendapat julukan Dewa Segalanya.

"Kak", panggil Mercia pada Louis yang sedang memberi makan ikan dikolam kerajaan.

"Dimana kakak ketiga dan kedua?" tanya Mercia menanyakan keberadaan Edward dan William.

"Mungkin sedang melakukan bakatnya", kata Louis pelan sambil menatap ikan yang berenang dengan sangat elok.

"Memangnya apa bakat mereka?" tanya Mercia penasaran akan bakat yang kakaknya miliki.

"Selain tebar pesona pada gadis gadis desa, apalagi yang bisa mereka lakukan", kata Louis membuat Mercia tertawa.

"Kak apa kau tahu, kakak ketiga dan kedua pernah mengintip gadis desa yang sedang bermain disungai", kata Mercia mengadu pada Louis.

"Hanya mereka berdua", kata Louis terdengar seperti pertanyaan ataukah introgasi membuat Mercia menciut.

"Nah itu mereka datang", kata Mercia ketika melihat kedua kakaknya datang dengan senyum yang tidak luntur dari bibirnya.

"Sudah puaskah kalian mengintip gadis desa yang sedang mandi disungai?" tanya Louis ketika keduanya baru saja datang dan menghampiri Louis dan Mercia. Edward dan William yang baru saja datang terkejut dengan pertanyaan Kakaknya.

"Ahh Kak bunda ratu sepertinya sedang memanggilku, aku akan kembali setelah kalian selesai dengan perkelahian ini", pamit Mercia yang menghindari tatapan tajam dari kedua kakaknya.

"Apa kamu mencoba untuk kabur", tanya Louis menggoda Mercia yang sudah pucat pasi karena ditatap tajam oleh kedua kakaknya.

"Apa kau Bercanda kak, aku sedang sedang....", Mercia tampak gugup ketika melirik sekilas kearah Edward dan William.

"Hmm Merci apa kau sedang bosan hidup kali ini?" tanya Edward sambil menghampiri Mercia dan merangkul bahunya.

"Bisakah kita bermain di sungai untuk melihat ibu ibu yang sedang mencuci", kata William yang juga menghampiri Mercia.

"Kenapa sekarang jadi aku yang diintrogasi, kalian kan yang ngintip gadis..", Edward membungkam mulut Mercia.

"Kak kita permisi ke dapur dulu yaa", pamit Edward pada Louis. Sedangkan Louis kini sedang menahan tawa melihat wajah Mercia yang sudah memucat.

"Kau bilang bunda ratu memanggil mu kan, mari aku antarkan", kata William membawa pergi Mercia.

●●●

"Kemana Aletha?" tanya Sun Yin- ibu tiri Aletha pada Lee Sun putrinya yang sedang bersolek.

"Enggak tahu bu, palingan lagi main sama temennya yang norak norak itu", jawab Lee Sun tanpa tahu yang sebenarnya terjadi.

"Awas aja nanti pulang, enggak tahu apa kita udah kelaparan", kesal Sun Yin sambil berjalan mondar mandir didepan pintu.

"Nah itu dia Bu", kata Lee Sun ketika melihat Aletha pulang dengan memondong timba berisi pakaian yang sudah bersih. Sun Yin menatap tajam Aletha yang baru saja sampai dirumah.

"Dari mana saja kamu hah? Enggak tahu apa kita sudah mati kelaparan", bentak Sun Yin dengan nada sangat keras membuat Aletha terkejut.

"Maaf Bu, Aletha masih nyuci, bukannya tadi kak Lee Sun yang bilang akan memasak?" kata Aletha sambil melirik sekilas kakak tirinya. Lee Sun yang tadinya sedang bersolek berdiri menghampiri Aletha.

plakk

"Enak aja lo nyuruh nyuruh, lo kan yang tugasnya masak", Lee Sun menampar pipi Aletha dan membentaknya didepan ibunya.

"Udah- udah enggak usah berisik, sekarang buruan masak buat kita", kata Sun Yin sambil mendorong tubuh Aletha yang hampir terjatuh.

"Iya Bu", jawab Aletha lalu bergegas pergi ke dapur untuk memasak. Sun Yin dan Lee Sun kembali bersantai sambil menunggu Aletha memasak.

Sudah 1 jam dan kini masakan sudah tersedia di meja makan. Sun Yin dan Lee Sun langsung menyantap makanan yang telah disajikan oleh Aletha.

Sebenarnya jika boleh jujur, Aletha lebih lapar dari mereka. Sejak pagi Aletha sudah bersih- bersih, pergi ke pasar, dan mencuci baju di sungai yang cukup jauh dari rumah.

Sudah biasa Aletha makan bekas ibu dan kakak tirinya. Aletha menjemur pakaian yang sudah dia cuci di sungai tadi sambil menunggu mereka berdua selesai makan.

Ayah Aletha sudah meninggal karena peperangan yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Maka dari itu, Aletha kini hanya tinggal dengan ibu dan kakak tirinya.

●●●

"Maaf baginda raja, hamba belum berhasil menemukan putri baginda", lapor patih Roland sekaligus tangan kanan Raja Lee Yung.

"Apa kamu sudah mencarinya diseluruh penjuru kerajaan Yuan ini?" tanya Raja Lee Yung pada Patih Roland.

"Sudah Baginda namun hamba tidak menemukan gadis dengan tanda lahir tiga permata pada lengannya", kata patih Roland mengatakan semuanya.

"Kemana kamu putriku?" gumam Raja Lee Yung merasa putus asa tidak kunjung menemukan putri kecilnya.

"Sebaiknya Baginda jangan terlalu mencemaskan hal itu, hamba akan mengerahkan seluruh prajurit untuk mencari tuan putri", kata Patih Roland merasa cemas dengan keadaan Raja Lee Yung.

"Kuserahkan tugas ini padamu Roland, aku percayakan putriku padamu", kata Raja Lee Yung sebelum pergi meninggalkan Patih Roland untuk menemui sang permaisurinya.

"Percayalah baginda, saya akan menemukannya untukmu", gumam patih Roland sambil melihat punggung lelah Raja Lee Yung yang begitu banyak mengemban tugas kerajaan ini.