Chereads / HAPPINESS...? / Chapter 2 - CHAPTER 2

Chapter 2 - CHAPTER 2

Matahari sudah menunjukan sinar terangnya dengan cerah,menandakan bahwa orang-orang telah sibuk dengan segala macam aktivitas yang akan dikerjakan.

Seperti halnya Aretha yang terlihat sudah siap dengan dressnya itu, menandakan bahwa dia sudah siap untuk pergi dengan adanya tas kecil yang di selempangkan didepan.

Aretha sudah keluar dari kamarnya dan ingin ijin kepada Maya untuk pergi ke toko tempat biasa Aretha bekerja, namun sehabis sarapan dan dirinya keluar kamar Aretha belum melihat Maya.

Dilihatnya salah seorang wanita paruh baya yang berada didekat ruang bermain, segera saja Aretha menghampiri wanita itu.

"Bibi Sinta" panggilnya.

Sedikit memiringkan badannya wanita yang dipanggil bibi Sinta menoleh kearahnya.

"Eh.. Iya Rere ada apa sayang? " tanyanya.

"Itu.. Rere mau tanya ibu dimana ya bi? Soalnya Aretha gak liat ibu"

"Oh bu Maya.. Ada kok.. Dia lagi dibelakang lagi jemurin pakaian,kamu kesana aja gih."

Aretha tersenyum "Ya udah Rere kesana dulu ya bi. Makasih"

Sinta menjawab dengan senyuman, setelah itu Aretha melajukan kursi rodanya kearah halaman belakang tempat jemur pakaian.

Dan benar disana terlihat Maya yang sedang menjemur pakaian di bantu oleh anak-anak panti yang sudah beranjak SMA.

"Ibu... " panggilnya. Setelah berada dibelakang Maya dengan jarak yang tak terlalu jauh.

Mendengar namanya dipanggil Maya membalikkan badan dan mendapati Aretha."Ada apa sayang? "

"Aretha ijin mau pergi ke toko dulu tadi Rere ditelpon sama kak Rio"

"Memang kenapa nak? "

"Toko lagi ramai ada pesanan jafi mereka agak kesusahan nerima pelanggan bu"

"Ya sudah ibu ijinkan. Tapi kamu kesananya sama siapa? "

"Itu Aretha samaโ€”"

Belum selesai menjawab sudah ada suara terlebih dahulu menyahut dan memotong bicara Aretha.

"Sama saya bu"

Ternyata seorang pria tampan yang sudah berdiri disamping Aretha dengan setelan pakaian santai, pria itu pun Salim ke Maya kemudian tersenyum kearah Aretha.

"Nak Rio " sapanya.

"Iya bu.. Gimana kabarnya sehat kan bu? "

"Sehat kok. Oh iya katanya Aretha mau pergi ke toko ya nak? "

"Iya bu. Ijin bawa Arethanya dulu soalnya lagi rame banget kita jadi sedikit kerepotan"

"Iya sudah. Tapi jangan malem-malem ya pulangnya nak sama ingetin Aretha buat minum vitaminnya"

Mendengar sebuah obat yang sangat Aretha benci membuatnya merengut tak suka, menyadari itu segera saja Rio goda.

"Pasti bakal Rio ingetin kalau perlu Rio yang jejelin ke mulutnya kalau Aretha gak mau minum"

"Kak Rio" satunya kesal.

Mendengar itu Maya dan Rio pun tertawa karna melihat ekspresi kesal Aretha diwajah Aretha yang terlihat semakin menggemaskan.

"Ya sudah sana kalian pergi. Kasian yang disana nanti semakin kerepotan kalau kalian masih disini"

"Iya bu kalau gitu Aretha pamit dulu ya bu"

"Rio juga pamit ya bu"

Pamit kedua sambil salim ke Maya ."Aretha kalau sudah sampai jangan lupa telpin ibu ya. Dan juga hati-hati jangan ceroboh ya nak"

"Baik ibu" ucapnya sambil tersenyum.

"Ya sudah kita pergi ya bu"

"Iya. Hati-hati ya"

Setelah itu Rio pun mendorong kursi rodanya Aretha dan berjalan menjauhi Maya yang masih melihat keduanya.

Ada perasaan bahagia melihat Rio yang menjaga dan menyanyangi Aretha dengan tulus bahkan memberikan pekerjaan bagi Aretha ditoko milik mamanya.

Setidaknya Maya bahagia Aretha dikelilingi oleh orang-orang yang menyanyangi dirinya dengan tulus, tak henti-hentinya dirinya terus memanjatkan doa kepada Tuhan untuk kebagiaan Aretha.

Dan semoga kebahagiaan yang dinantikan oleh salah satu putrinya itu dapat segera terwujud dan melepaskan segala beban yang Aretha miliki.

๐Ÿ’ ๐Ÿ”˜๐Ÿ’ ๐Ÿ”˜๐Ÿ’ ๐Ÿ”˜๐Ÿ’ 

Tak lama keduanya sampai disebuah toko yang lumayan besar didekat jalan raya dengan bagian depan yang terlihat banyak sekali bunga-bunga dengan berbagai macam warna sudah terlihat rapi.

Rio segera turun dari mobilnya dan berjalan menuju bagasi lalu mengeluarkan kursi roda milik Aretha, setelah dibuka dan diturun kan lalu dibukanya kursi roda tersebut Rio berjalan menuju bangku penumpang.

Melihat Rio yang sudah berada disamping pintu mobil, Aretha pun membuka pintu lalu mengalungkan tangannya dileher Rio saat dirinya digendong dan di taruh dikursi rodanya.

"Sudah nyaman? " tanya Rio.

"Sudah" jawabnya sembari membetulkan posisinya sedikit.

Mereka pun masuk kedalam toko yang langsung disambut Wangi harum bunga walau tipis namun mampu membuat Aretha tersenyum.

Memang semenjak dirinya mengenal Rio beberapa tahun lalu saat mencari pekerjaan dan Rio menolongnya untuk bekerja di toko bunga milik mamanya.

Aretha menjadi menyukai bunga khususnya bunga lily dan bunga daisy entahlah dia tak mengerti artinya namun dia hanya menyukai bunga itu saja.

"Ya ampun akhirnya si cantik dateng juga" heboh seseorang saat melihat kedua telah datang.

Rio hanya memutar malas matanya saat mendengar suara heboh siapa itu, yang pasti dirinya yang akan diasingkan oleh kedua wanita ini nantinya.

"Pagi tante "sapa Aretha dengan senyum manisnya kepada mamanya Rio.

"Ya ampun pagi sayang.Kok kamu baru kesini sih tante kangen banget tau sama kamu" katanya sambil membungkuk sedikit untuk memeluk Aretha.

"Ya ampun ma lebay banget sih baru gak ketemu dua hari doang. "

"Heh diem ya kamu gak usah ikut-ikutan deh " sewot Ratih pada putranya itu.

"Idih apaan itu..Terserah aku lah mau ngomong apa"

"Kamu ini seneng banget jawabnya" gerutunya sambil mencubit kecil perut anaknya itu.

" aw.. aw.. aw.. Sakit mah kok dicubit sih" ujar Rio sambil mengelus cubitan cabai mamanya itu.

"Biarin"

Melihat itu mau tak mau Aretha tertawa kecil bahkan bukan hanya dia beberapa karyawan yang melihat juga ikut tertawa melihat kelakukan mama dan anak itu.

"Maaf ya tante kemarin Rere ada urusan jadinya belum sempat kesini"

"Iya sayang gak papa. Ya sudah ayo kedalam yang lain lagi ngerangkai bunga"

"Iya tante.. "

"Dan kamu Rio" tunjuk sang mama kepada anaknya itu.

"Hm" jawabnya malas.

"Kamu bantuin mas baim angkatin bunga-bunga yang baru dateng soalnya mau di rangkai"

"Iya mama.. Tapi abis anterin Aretha dulu"

"Gak usah biar mama aja yang anter Aretha kamu anhkat itu aja. Ayo sayang"

Setelah itu Aretha dan Ratih kedalam sebelum itu Aretha sudah pamit terlebih dahulu kepadanya dan diangguki oleh dirinya dan berkata akan segera menyusul nanti.

"Ha'ah untung aja mama gue kalau bukan udah gue garuk itu muka" ucapnya kesal karna membawa Aretha seenaknya.

Dari pada harus mendengar lagi nyangian merdu dari sang mama Rio pun segera melakukan tugasnya.

๐Ÿ’ ๐Ÿ”˜๐Ÿ’ ๐Ÿ”˜๐Ÿ’ ๐Ÿ”˜๐Ÿ’ 

Kini Aretha sudah berada dibagian belakang toko dimana dirinya sudah ikut merangkai bunga ditemani oleh beberapa karyawan ditoko yang sudah dirinya kenal sebagian.

"Aretha tante tinggal sebentar ya. Tante mau lihat dulu bunga yang mau dikirim sebentar lagi."

"Iya tante gak papa. Aretha bisa sendiri kok"

"Ya udah kalau gitu tante tinggal ya sayang. Dan buat kalian cepat rangkai sebentar lagi saya liat"

"Baik bu" saut mereka.

Setelah itu Ratih berjalan pergi meninggalkan mereka, tepat saat pintu tertutup beberapa karyawan langsung menjauh darinya dan hanya tinggal dua karyawan saja.

Aretha yang tahu bahwa beberapa karyawan itu tak menyukai dirinya hanya bisa diam saja.

"Enak banget ya jadi kesayangannya bu Ratih bisa dateng seenaknya" sindir karyawan perempuan berambut coklat.

"Tau tuh udah gitu aok banget dijemput sama mas Rio lagi. Dasar genit" lanjut seseorang.

Tak

Terdengar suara benda yang ditaruh dengan kasar sehingga menimbulkan suara cukup keras.

Aretha yang tahu siapa itu hanya bisa menghela nafas tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Heh!! Mulut kalian itu ya gak enak apa gak nyinyir mulu jadi orang hah!"ucap seseorang disamping kiri Aretha

"Tau tuh Mir pingin gue aduin ke mas Rio biar tau rasa! " lanjut seseorang disebelah kanan Aretha.

"Apaan sih Mirna, Lista lagiankan apa yang kita bilang bener. Udah lumpuh, genit gak tau diri lagi. Enak bener sama dia tanpa harus pagi-pagi dateng terus angkat-angkat bunga eh dapet gaji yang sama malah lebih besar" sinis perempuan itu.

"Loโ€”"

"Udah mbak gak papa kok jangan diperpanjang ya" potong Aretha menghentikan pembicaraan.

Dirinya merasa tak enak bila harus terjadi keributan dan didengar oleh Rio dan Ratih.

"Tapi Re merekaโ€”"

Melihat gelengan dari Aretha membuat Mirna dan Lista menjadi diam dan menurut saja namun tatapan keduanya tertuju pada perempuan itu dengan marah.

"Aku gak papa kok mbak sudah lebih baik kita lanjutin lagi nanti kalau tante Ratih dateng belum siap kan sayang"

Mau tak mau Lista dan Mirna mengangguk dan kembali merangkai bunga, begitu pun Aretha melanjutkan kembali rangkaian bunga yang dia pegang.

Sudah menjadi makanan sehari-hari bila dirinya ditoko harus mendengar cibiran beberapa karyawan toko yang tak menyukai dirinya, yang terlihat 'di istimewakan' oleh sang bos dan anaknya.

Sehingga membuat Aretha merasa biasa saja karna sudah biasa walau dulu awalnya dia merasa sakit hati dengan ucapan pedas itu tapi berjalannya waktu dia telah terbiasa.

Baginya selama itu tak merugikan keluarganya dan tak menyakiti orang-orang disekitarnya tak masalah, walaupun harus dirinya yang terluka.

To be continue..