Chereads / ASTREA / Chapter 3 - mengunjungi teman kecil

Chapter 3 - mengunjungi teman kecil

Sudah dua hari kami datang ke ibukota rasa canggung karena tempat baru masih ada tapi aku mulai menyukai tempat baru ini, meskipun udaranya tak sebersih dipedesaan tapi tempat tinggal kami tenang dan tak terlalu ramai.

Pagi ini aku diajak ibu pergi kepasar untuk berbelanja karena tempatnya dekat kami cukup berjalan kaki saja, tiba tiba saja aku jadi teringat sesuatu dimasa lalu yaitu jalan rahasia yang sering aku lewati untuk pergi kesuatu tempat, ditempat itu aku punya teman, sejak kami pindah aku tidak pernah melihatnya lagi, aku jadi kangen. Kira kira dia masih hidup tidak ya? kalau masih hidup bagaimana keadaannya sekarang.

Aku bertekad hari ini aku harus mengunjunginya, aku merindukannya.

Jadi sore ini dengan alasan ingin jalan jalan disore hari aku pamit pada ibu.

"Sayang sekali hari ini ibu tidak bisa menemanimu, ibu sudah berjanji akan membantu teman ibu hari ini"

Aku sudah tahu itu ibu, justru karena itu aku memilih hari ini, kalau ibu ikut bagaimana bisa aku bertemu temanku.

"Tidak apa apa Ibu, lagi pula aku cuma mau jalan jalan disekitar rumah saja " kataku

"Bagaimana kalau jalan jalannya besok saja? kalau besok ibu tidak sibuk".

Mana bisa begitu, bisa kacau nanti. " Ah tidak usah Ibu, kan cuma didekat sini saja "

"Ya sudah kalau begitu, jangan lama lama ya? mainnya juga jangan jauh jauh"

Aku mengangguk cepat cepat sebelum ibu berubah fikiran.

Sore datang dengan cepat, ayah dan kakak masih belum pulang sedangkan ibu baru saja pergi. Setelah mengemas barang barang yang ingin ku bawa akupun segera pergi setelah menutup pintu.

Jalan yang aku lalui masih sama dengan jalan yang tadi pagi kulewati bersama ibu, jadi aku memang tidak berbohong aku memang masih disekitar rumah hehe.

Kira kira lima meter jarak dari pasar aku berbelok kekanan disitu terdapat sebuah batu besar, orang orang mengatakan kalau batu ini sebenarnya adalah prasasti jadi tak ada seorang pun yang mau menghancurkannya, dan di belakang batu ini adalah tempat yang mau kutuju. Ku panjat batu besar itu perlahan lahan hingga sampai di seberangnya setelah melewati beberapa pohon besar aku tiba disebuah tembok yang tinggi.

Tidak mungkin menyeberangi tembok ini, terlalu tinggi, belum lagi ada besi besi runcing diatasnya orang yang mau melewatinya bisa jadi sate disana. Tapi aku tak perlu memanjatnya, aku tak butuh karena masih ada cara lainnya.

Bila mengikuti tembok ini kekiri akan ada sebuah lubang anjing. Kalau aku tak salah ingat lubang itu ada dibelakang sebuah pohon dan tertutup sulur tanaman yang berasal dari pohon ini.

Waktu aku masih kecil aku penasaran akan apa yang ada dibalik tembok besar ini oleh karena itu aku memanjat pohon ini, karena tak berhati hati kakiku terpeleset dan jatuh tepat dilubang anjing itu berada, sejak saat itu lubang ini berubah jadi jalan rahasia untukku. Ketika aku pulang kerumah aku ketahuan telah memanjat pohon karena ibu melihat lukaku akhirnya aku dihadiahi pukulan pada pantatku, ukh sakit.

Untunglah lubang itu masih ada disana tepat dimana aku mengingatnya. Aku sedikit menyingkirkan sulur dengan pisau yang aku bawa karena aku takut ada ular atau serangga lain yang hinggap dibadanku saat aku memasukinya, hiiiy hanya memikirkannya saja membuatku ngeri.

Karena sudah sore jadi agak gelap disini untung saja aku membawa senter.

Dari pada dibilang lubang anjing sebenarnya ini terlalu besar karena aku hanya perlu sedikit berjongkok untuk melewatinya. Dibagian dalam ada beberapa pohon yang menutupi lubang itu kurasa itu sebabnya lubang ini masih belum ditemukan sampai sekarang. Dari pohon pohon itu aku berjalan lurus, sepertinya tempat ini adalah bagian dari sebuah taman kurasa tempat ini pasti indah pada masa lalu.

Sebuah bangunan putih besar nan megah hadir didepanku bukan rumah tapi sebuah istana, namanya adalah istana pelangi. Kenapa dinamai istana pelangi padahal bangunan ini berwarna putih karena pada saat matahari tepat berada diatas nya kubah diatas istana ini akan memancarkan warna pelangi, pasti indah sekali.

Dulu ibuku bekerja diistana ini sebagai seorang dayang, tapi pada suatu hari suami istri pemilik istana ini dan anak mereka satu satunya tewas terbunuh dan sampai sekarang pembunuh itu masih belum ditemukan, sejak saat itu istana ini ditinggalkan tanpa seorang tuan. Kasihan sekali!

Kalau berjalan terus ketimur dari tepi istana ini maka akan dijumpai sebuah taman bunga ditengah taman bunga ini terdapat kolam berukuran sedang dengan batu batuan alami disekitarnya. Ibu berkata pada zaman dahulu mendiang Raja Oliver menemukan kolam ini dan jatuh cinta pada keindahannya karena itu Raja Oliver membangun istana pribadi disini untuk menikmati keindahan kolam ini. Sebenarnya dikolam inilah temanku tinggal, benar temanku itu bukan seorang manusia melainkan seekor kura kura.

Aku duduk diatas sebuah batu besar, aku basahi tanganku tiga kali lalu kuketuk batu dipinggir kolam tiga kali menggunakan kerikil lalu aku menunggu. Mataku menyapu seluruh kolam dari tepi ketepi lalu ketengah kolam tapi tidak ada gerakan apapun. Ku ulangi gerakan yang sama seperti sebelumnya lalu akupun menunggu, tapi tetap tidak ada gerakan.

Apa yang terjadi, apakah mungkin awan sudah mati? hik hik air mataku mengalir tanpa bisa kubendung lagi

"Awan.. Awan...apa kau sudah mati?, hik hik hik maafkan aku awan karena baru datang sekarang..."

Tiba tiba sebuah kepala muncul dari dalam air tepat didepanku, aku benar benar terkejut saking terkejutnya aku sampai jatuh terjungkal dari atas batu. Perlahan aku bangkit dari tanah sambil menahan rasa sakit.

"Awan....kau _ kau masih hidup, sukurlah aku sangat senang " menangis bahagia.

Kura kura itu memperhatikan wajahku sebentar lalu perlahan dia mendekat. Aku kembali naik keatas batu lalu kubelai kepala kura-kura putih itu dengan lembut, Awan tidak menolak bahkan terlihat menikmatinya. Kupandangi temanku itu, seluruh tubuhnya berwarna putih dan saat cangkangnya terkena cahaya bulan cangkangnya memancarkan cahaya keperakan, sangat cantik. Matanya sangat cerah saat melihatku tampaknya dia juga merindukanku. Ukurannya berbeda dari sebelumnya, terakhir kali aku melihatnya dia cuma sebesar bola basket tapi sekarang dia dua kali lebih besar. Benar! aku sendiri tumbuh jadi setinggi ini jadi wajar kalau kura-kura juga tumbuh lebih besar.

Merogoh saku celanaku lalu aku keluarkan biskuit kesukaan Awan, melihat itu Awan menggerak gerakkan kepalanya ,sangat lucu! Menyuapi kura-kura dengan biskuit sangat menyenangkan perlahan lahan biskuit berkurang sampai habis tak bersisa.

"Kau mau lagi?" kura-kura itu mengangguk "Maaf Awan tapi ibu bilang makan terlalu banyak dimalam hari itu tidak baik bisa membuatmu jadi gendut!" tapi ukh melihat wajahnya yang kecewa aku jadi tidak tega "Baiklah aku bisa memberikanmu satu lagi" dia kelihatan sangat senang.

Melihat langit yang semakin gelap mengingatkanku untuk segera kembali, aku harus segera sampai dirumah sebelum ibu pulang kalau tidak ibu bisa curiga. Haah saat yang menyenangka memang selalu cepat berlalu.