Setelah kedatangan Kania tadi siang, aku berfikir panjang dan masih bertanya-tanya.
"Sebenarnya tujuan dia apa sih? Kan sudah punya pacar, ngapain caper kesini lagi? Ihh jissss ah. Terserah. Soalnya mangga tadi enak"
"Nak? Bicara dengan siapa?"
Ucap mama tiba-tiba mengagetkan ku.
Aku tersentak "Astagfirullah, ma... Bikin kaget aja"
"Malam-malam gini ngapain diluar? Nggak kedinginan? Nggak takut kamu? Ayo masuk!" Ucap mama sambil menarik paksa masuk.
Bukannya merasa kesakitan ditarik, aku tertawa mengingat ucapan ku ketika melamun tadi.
"Hahaha"
Mama menoleh ke arah ku(iyalah masa ke arah tembok) "apanya yang lucu?" Kamu nggak sakit kan?" Tangan mama mendarat di jidat ku yang lebar.
"Apasih ma..." Kulepas tangan mama dan kembali tertawa "Hahaha"
"Heh kamu yang apaan, tak ada hujan tak ada badai ... " Belum sempat disambung mama sudah ku dahului
"Cakep, mah" teriak ku sambil berlari ke kamar.
"Awas kamu yah" ucap mama sambil nahan tawa.
...
Kututup pintu kamar. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 20.58. Kuambil hp dan sebelum ku aktifkan data seluler kemudian membuka facebook, ku nonaktifkan notifikasi messenger dahulu agar aku tak melihat pesan siapapun aku takut begadang lagi karena keasikan chatingan. Ku coba scroll beranda saja, tapi tangan ku selalu saja ingin merujuk messenger. Ku matikan data seluler dan melempar pelan hp ke arah kasur(kalau ke arah tembok, nanti rusak).
"Jangan sampai salah pencet, jangan sampai ketagihan, jangan sampai bedagang lahi, jangannnnnn" ucap ku sambil menutup mata.
Kuatur nafas dan membuka tumbler. Aku kehausan karena berlari tadi, padahal jaraknya hanya kurang lebih 5 meter. Atau mungkin kehausan karena menertawakan apa yang kupikirkan yah? Ah sudahlah.
Kusandarkan diri ke tembok sekat pintu, tiba-tiba...
"Awww... Sakit, maaaaa" teriak ku
"Sorry ... ahh lagian ngapain juga sih di dekat pintu kasur buat duduk juga bisa kan"
Kakak ku Al, manusia nyebelin tapi aku sayang kalau lagi ngasih duit. Tapi kali ini bukan ngasih duit. Ia malah menginjak kaki ku.
Dia mengusap kaki ku, membantu ku berdiri.
"Hei, apa sih ribut-ribut? Sudah malam, ayo tidur!" Mama datang marah-marah lalu memutup pintu, aku masih menahan sakit karena diinjak tadi dan Kak Al kembali melanjutkan tujuannya ke kamar ku.
"Liat tidak?" Tanya Kak Al.
Namun tak aku jawab. Ia menoleh kemudian menuju ke arah ku "Masih sakit? Yah maaf, lepas biar ku keluarkan tenaga dalam ku dulu untuk menyembuhkan sakit yang kau rasakan"
Aku tertawa keras sampai mama datang lagi
"Belum tidur juga kalian? Lah ini Al ngapain? Kapan kamu disini?" Tanya mama heran. Sepertinya tadi ia tidak sadar keberadaan Kak Al.
"Diam ma, sedang ku obati anak lemah ini" ucapnya sembari berakting seperti dukun.
"Memang Hani kenapa?" Tanya mama khawatir.
"Anu ma, tadi diinjak jerapah. Tapi no problem, mom. Sudah ada mbah dukun" ucap ku.
"Enak saja dibilang jerapah, ditambah mbah dukun lagi... Sudah ah aktingnya" ucap kak Al dan beranjak kembali ke meja belajar.
"Diinjak sama Kak Al maksudnya?" Tanya mama mengintrogasi.
"Iya ma, ahh sakit, sakit maaa" ucap ku sambil berakting.
Mama meneliti kaki ku kemudian menuju ke arah Kak Al dan menjewer telinganya. Lagi-lagi aku tertawa. Tapi aku kasihan melihat abang ku itu meringis kesakitan memohon disudahi jeweran mesra dari mama.
"Sudah ma, yah... Sudah. Kasian mbah dukun kalau dijewer"
"Kalau begitu, ayo tidur. Al, balik ke kamar mu!" Perintah mama.
"Siap bos" aku dan Kak Al kompak menyahut dan memberi hormat kepada mama.
Mama sedikit tersenyum dan mencium ku, kemudian merangkul Kak Al dan hilang dibalik pintu kamar.
"Kak Al cari apa yah tadi? Kan punya meja belajar sendiri, ngapain cari ke meja belajar disini?" Tanya ku kepada diri sendiri.
Tok-tok...
Mama datang lagi.
"Belum tidur kamu nak?" Ayo tidur! Mama tidur disini juga boleh?"
"Loh, Citra? Papa? Gimana?"
"Sudah tidur, malam ini mama mau disini" mama merangkul ku ke tempat tidur.
Tak lama berfikir, aku beranjak dari tempat tidur kemudian mengambil selimut dan kembali.
Aku membaringkan tubuh disamping mama, dan mama mulai berbicara "nak, tadi sore kan tante Bunga, tante Tuti, dan tante Asma datang. Terus mereka bertanya... Hani jadi lanjut dimana? Kata tante Asma kan. Terus mama jawab, dia sih maunya di Pesantren" mama tiba-tiba berhenti berbicara.
"Maa?"
"Iya sayang? Kenapa?" Jawab mama seperti tersadar dari lamunan.
"Terus apa?" Tanya ku penasaran.
"Mereka nggak setuju. Sampai mama dibilang tega hati pisah dengan anak sendiri. Kalau boleh jujur, sebenarnya mama juga tidak. Tapi karena kamu semangat dan sudah berjanji banyak, tidak ada salahnya mama ikuti kan?"
Secepatnya ku pejamkan mata, agar mama mengira aku sudah tidur.
"Sudah tidur" ucap mama pelan lalu mencium kening ku. Dan mengambil posisi bersiap tidur.
"Jika saja aku berdosa berakting seperti ini, mungkin aku lebih berdosa jika berterus-terusan membuat orang banyak khawatir. Sebenarnya apa yang mereka khawatirkan? Di Pesantren aman, apalagi kan sudah dipilihkan papa. Terus hal apa lagi yang membuat mereka ragu menerima kemauan ku lanjut di pesantren?" Tanya ku dalam hati. Aku kecewa dan sedih. Rasanya sakit dan ingin menangis, tapi kutahan karena kutau, mama belum tidur.
#comment_if_U_like😍
Kulanjutkan lagi jika memang ada yang suka