"Dimana aku?" Tanya Valerie sembari menerjapkan matanya
Seingatnya tadi ia sedang berdiri dipinggir jalan bersama seorang pria. Tapi kenapa kini dirinya bisa ada di ruangan putih ini?
"Akh!!" Rintihnya kesakitan
"Kau sudah sadar? Bagaimana perasaanmu, apa sudah lebih baik?" Sahut seseorang dengan suara yang familiar ditelinganya.
Valerie sedikit menyipitkan matanya untuk memperjelas orang yang berada didepannya ini.
"Em... Dokter David?" Panggil Valerie
"Kenapa kau disini?" Sahut Valerie terkejut
Tubuh tegap proposional dengan wajah yang lumayan ini bernama David Antonio, mantan dokter di Rumah Sakit kota yang sering dikunjungi oleh Valerie. Mereka tak terlalu akrab, hanya saling mengenal. Dokter David ini adalah teman terbaiknya dokter Liam. Ia dipindahkan ke klinik cabang dan juga ia diberi kepercayaan untuk mengoperasikannya. Sudah beberapa tahun terakhir Valerie tak pernah mendengar tentangnya lagi.
"Aku sedang bekerja" jawab pria tampan itu dengan enteng
"Tentu. Tapi kenapa kau ada disini?"
"Aku dokter" jawabnya dengan jawaban yang singkat dan padat.
Valerie memutar bola matanya. Seingatnya Dokter David tidak menyebalkan seperti ini.
"Ya aku tau kau dokter. Nenek nenek tua pun tau walau hanya melihat jasmu.. Maksudku kenapa ka--" ketika gadis ini akan mengulang kembali pertanyaannya, ia menyadari satu hal yang salah. Ia harusnya menanyakan kenapa dirinya ada disini, bukan malah berdebat tentang keberadaan orang ini.
"Ya, kau dokter" gumam Valerie
"T-tunggu. Kau dokter disini?" Tanya Valerie memastikan. Saat ini isi kepala Valerie tidak karuan.
Dokter David menganggukan kepalanya sebagai jawaban iya atas pertanyaan yang diberikan. "Dimana ini? Kenapa aku disini? Apa yang terjadi?" Tanya Valerie lagi.
"Hidungmu mimisan, tadi kau pingsan dan kita sekarang ada di klinik... apa aku sudah menjawab semua pertanyaanmu?" jawab Dokter tersebut.
"Aku....pingsan?? Tapi kenapa?" Tanya Valerie lagi
"Entahlah.. tapi diantara dua pria didepan sana mengatakan jika kau pingsan karena ditabrak oleh mobil mereka"
'Ditabrak mobil?' Pikir Valerie kembali mengingat ingat kejadian yang lalu.
"Tapi tentu kau tau kan apa yang terjadi? Jika kau lupa, mungkin ada yang salah dengan otakmu"
Valerie mengerucutkan bibirnya. "Tentu saja aku ingat. Mobil kuning sialan" sahut Valerie dengan nada sebal.
"Oh iya.. Maaf jika aku tak sopan tapi aku menemukan ini terjatuh didekat tasmu. Aku yakin ini pasti milikmu" ucap Dokter David mengeluarkan sebuah pil berwarna putih.
"Ah pil itu? Itu diberikan oleh Dokter baruku. Dia bilang obat ini lebih efektif dari obat sebelumnya" jawabnya
"Dokter baru?"
"Ya, pengganti Dokter Sam" sahut Valerie
Dokter David hanya terdiam dan menaruh pil itu diatas mejanya.
"Aku tak terlalu paham dengan obat yang kau makan selama ini. Aku dokter kandungan, Val... Ini bukanlah spesialisku... tadi aku sempat menelepon Liam dan bilang kalau kau ada disini. Untungnya dia juga sedang berada di daerah ini.. Mungkin beberapa menit lagi dia akan datang jadi kita bisa menanyakan langsung padanya"
"Dokter Liam?" Valerie memastikan
'Kalau dokter Liam tau aku masuk rumah sakit lagi, tamat riwayatku. Dia pasti akan mengatakan hal yang tidak tidak pada papa dan mama, terlebih jika bryan tau, dia pasti tak akan memperbolehkanku keluar kemana mana lagi' pikir Valerie
Segera Valerie terduduk diam di tempatnya. 'Akh, sakit!' Ia kembali merintih. Dilihatnya pergelangan tangan kanan miliknya dibalut kencang menggunakan kain.
"A-apa ini?" Tanya Valerie bingung.
"Pergelangan tanganmu retak sedikit.. tenang saja, jarimu masih bisa bergerak meski tak leluasa, toh nanti juga akan sembuh. mungkin 1 bulan atau lebih" jawab Dokter David.
'Dasar Dokter David sialan.. kenapa sejak tadi ia selalu mengatakan hal hal mengerikan ini dengan enteng sih?' Batin Valerie sembari memelototi Dokter David dari kasurnya.
"Aku ingin pulang" ketus Valerie
Dokter David hanya menoleh sekejap dan kembali meneruskan aktivitas tak berfaedahnya, yaitu menajamkan ujung pensil dari beberapa pensil koleksinya.
"Hn" ucap Dokter itu yang sama sekali tak mengindahkan Valerie
"jangan sampai aku bertemu dengan Dokter Liam, itu pasti akan mempersulit keadaanku"
"Kau terlambat.. dia sudah sampai disini"
Gadis ini membulatkan matanya, terkejut dengan apa yang barusan dikatakan oleh orang didepannya ini. 'Sudah sampai? Sejak kapan??' Pikir Valerie
"B-benarkah? Darimana kau tau??" Tanya Valerie, sedikit tak percaya
Dokter David hanya menunjuk kearah luar jendela menggunakan dagunya seakan mengatakan 'dia sudah berada diparkiran dan sedang berjalan kemari'.
"Percuma kalau kau kabur. Disini hanya ada satu jalan untuk akses keluar dan masuk" sahutnya
Sial.. apa yang harus kulakukan? Aku harus berpura pura tidur.
Umpat Valerie dalam hati
BRAK!!!!
Pintu terbuka secara paksa. Suara keras menggema hingga kesudut ruangan. Dibaliknya terlihat sosok Dokter Liam yang berdiri dengan nafas tersengal sengal. Pakaiannya sedikit berantakan, rambutnya pun juga tidak tertata rapih seperti biasanya. Mungkin ia tadi berlari saat menuju kesini? Entahlah. Intinya, pakaian yang ia kenakan saat ini jauh berbeda dari biasanya.
Telat sudah jika ingin berlari meninggalkan ruangan. Yang bisa dilakukan Valerie saat ini hanya bersembunyi dibalik selimut yang ada. Ia tak berani menatap mata Dokter Liam karena ia pasti akan dimarahi. Sifat Dokter Liam kan sama perisis dengan Bryan, sama sama overprotektif. Yang membedakan keduanya hanya Bryan yang terlihat sangar dengan badan kekarnya, sedangkan Dokter Liam terlihat sedikit tenang dengan wajah cantiknya.
"(Hosh... hosh..) Val! (Hosh... hoshh)" Panggil pria itu dengan nafas pendeknya. Segera dokter Liam berjalan menuju kearah ranjang Valerie.
"Bisakah kau lebih berhati hati? Pasien yang lain pasti langsung terkejut" cibir Dokter David yang melihat kelakuan temannya.
"Val!!! Apa yang terjadi denganmu?!" Tanya Dokter Liam pada Valerie.
Sreettt.
Kain selimut yang menutupi wajah Valerie langsung dibuka begitu saja oleh Dokter Liam. "Oh.. dia tidur?" Sahut Dokter Liam sembari menutup kembali selimut sampai ke wajah Valerie.
Dengan wajah polosnya Dokter David langsung menyeringai, "tidur? omong kosong. baru saja aku mengobrol dengannya"
Srett.
Selimut itu dibuka kembali. "Bangun. Aku tau kau hanya pura pura" kata Dokter Liam.
Perlahan Valerie membuka matanya. Ia hanya tersenyum kikuk dan tak tau harus berkata apa.
"H-hai dok" sapa Valerie canggung.
"Kudengar kau ditabrak. Apa kau baik baik saja? Apa yang sakit biar ku periksa kondisimu. Kau sudah diberi obat oleh orang itu? Jika belum aku akan membelikanmu diapoti--"
"A-aku baik baik saja dok.. jangan cemaskan aku haha" Valerie memotong kalimat dokter Liam sebelum merembet kemana mana.
"Kau yakin tidak apa apa?" Tanya dokter Liam lagi.
"Pergelangan tangannya retak" sahut Dokter Davis dari kejauhan. Sedangkan Valerie langsung menatap sinis orang itu. 'Bisa bisanya ada pria yang terus mengadu seperti dia' batinnya.
Tanpa basa basi lagi, Dokter Liam segera membuka selimut yang menutupi tubuh Valerie. Dan benar saja. Salah satu tangan Valerie disembunyikan disamping tubuh kecilnya itu.
"A-aku tidak apa apa" ucap Valerie
"Biarkan aku memeriksamu" kata Dokter Liam
"T-tapi dokter David sudah memeriksaku tadi. Dia bilang ini hanya retak biasa. Sebulan lagi juga akan sembuh haha"
Saat ini kau sedang terluka. Tapi kenapa kau malah tertawa, bodoh? Pikir Dokter Liam melihat kelakuan orang ini.
"Bukan aku yang memeriksamu, Val. Sudah kukatakan kalau aku ini dokter kandungan kan?"
"Lalu?"
"Tentu saja dokter yang lain. Aku mana sempat kalau hanya mengurusmu. Pasienku masih banyak tau" ketus Dokter David
'Sebenarnya dia ada masalah apa denganku, huh?' Pikir Valerie yang merasa jika sedari tadi Dokter David seperti menunjukkan ketidaksukaan terhadap dirinya. tepatnya bersikap lebih dingin pada Valerie.
"Kalau begitu bagaima--"
BRAKK!!
Lagi lagi pintu dibuka dengan kasar. kali ini yang berada di baliknya adalah pria lain.
"A-axel?"