"..A...ku.... mimisan?" Tanya Valerie terbata.
Dengan cepat ia mengambil tisu sebanyak mungkin dan mengelap darah yang mulai membanjiri hidungnya. Tak lupa ia mendongakkan kepala agar darah yang keluar berhenti dengan sendirinya.
"Semoga bajuku tidak kena, pasti akan sulit di hilangkan nodanya" paniknya
Saat dirasa sudah berhenti mengalir, segera ia keluar dari mobil untuk membuang tisu tisu bekas tersebut. Namun entah apa yang sedang dipikirkannya hingga ia tidak melihat kekanan dan kekiri saat menyebrangi jalanan kecil ini.
Brukkk
Dirinya sedikit terpental akibat tersenggol mobil yang melintas. Valerie memekik keras, merintih karena kesakitan. Untungnya saja pengendara itu berhenti dan turun untuk membantunya.
"Maaf, aku tidak sengaja. Kau tidak apa apa?" sahutnya
"Maaf aku yang tidak melihat saat menyebrang jalan" ucap Valerie
"Sepertinya pergelangan tanganmu terkilir.. kau yakin tidak apa apa?" ucap pengendara itu ketika memperhatikan posisi Valerie yang menumpukan semua tubuh pada satu sisi.
"Ya, tentu. Sekali lagi aku minta maaf karena sudah menghalangi jalanmu" ucap Valerie lagi. Perlahan ia dibantu saat berdiri oleh orang tersebut.
"Apa kita perlu ke klinik?" Tanya nya yang terlihat tidak enak
"Tidak... tentu tidak. Aku baik baik saja, tuan. Terima kasih atas bantuannya" sahut Valerie hampir pergi meninggalkannya
"Ah tapi itu...." pengendara pria ini menunjuk kewajah Valerie, membuat wanita ini berhenti sejenak.
"Hidungmu mimisan" ujarnya
Dirabanya area hidung dan sekitar. Dan memang benar, Valerie merasakan ada yang membasahi hidung bagian bawahnya.
"Kenapa ini keluar terus?" Ucap Valerie pelan. Sesekali gadis ini mendongak atas agar pendarahannya tidak terlalu banyak.
"Apa kau benar baik baik saja? Lebih baik kita pergi ke klinik.. sebagai laki laki sejati, aku tak suka melihat perempuan lemah sepertimu terluka... jadi--"
"Tidakk!!! Tidak perlu tuan. Sungguh, aku tak apa" potong Valerie cepat. Tiba - tiba saja ia ingat jika dirinya sudah meninggalkan mobil Axel terlalu lama. Jika pria itu sudah kembali dan tidak menemukannya bagaimana?
Disisi lain, Axel berjalan dari lobi menuju kearah pintu keluar. Beberapa karyawan lama nampak menunduk hormat ketika ia melewatinya sedangkan beberapa yang lainnya nampak acuh karena tidak terlalu mengenal bos mereka yang baru.
"Nona Celine, tolong kosongkan semua jadwalku besok jumat" ucapnya pada seorang wanita cantik yang terus mendampinginya hingga ke pintu
"Baik tuan.. em, bolehkan saya bertanya?" Kata wanita cantik itu
Axel menghentikan jalannya dan membalikkan tubuhnya. Ia sedikit menurunkan kacamata hitam yang sedari tadi bertengger di hidungnya.
Wanita bernama lengkap Celine Dannet itu langsung paham dengan tatapan bosnya yang seakan akan bertanya 'mau tanya apa kau? Cepat aku tidak punya waktu'
"Tuan River kemarin datang kemari dan menanyakan kapan anda akan menempati ruangan yang sudah tersedia. Anda tidak harus berada dihotel terus menerus, sesekali harus ada kunjungan agar karyawan disini mengenal anda" ucap Celine tanpa basa basi lagi
Axel nampak diam sebentar, kemudian ia membenahi kacamatanya ketempat semula. "Aku sibuk" sahutnya kemudian bergegas pergi.
Nona Celine yang melihat itu hanya menghela nafas lega. Berada disamping bos barunya ini terasa banyak sekali beban yang diterima. Ia harus bisa dalam memahami mood yang sedang dirasakan Axel (meski kebanyakan Axel selalu berada dalam mood yang tidak baik). Namun disatu sisi ia bangga pada Axel. Pria itu tidak bertele tele dan selalu mengambil tindakan yang tegas terhadap masalah apapun yang dilalui.
"Maaf menunggu lama" ucap Axel ketika ia memasuki mobil.
"Kemana dia?" Tanyanya ketika menyadari bahwa Valerie tidak ada disini.
Axel pun keluar dari mobil dan mulai mencari sosok perempuan tersebut. Sesekali ia menanyakan pada orang yang berlalu lalang disana.
Tanpa usaha yang berlebih, matanya menangkap sosok yang ia cari sedang bersama laki laki lain. "Willy?"
"Kenapa dia ada disana?" Gumamnya pelan.
Axel pun langsung mendatangi kedua orang itu. Namun belum sempat ia sampai ketujuan, Valerie ambruk tepat disamping pria yang sedang bersamanya.
"Oh My!!!" Sahut Axel berlari
"Hey!! Kau tak apa?? Bangunlah" ucap Willy yang langsung menyambar tubuh Valerie agar tidak sampai jatuh ketanah.
"Apa yang terjadi?" Sahut Axel yang baru saja tiba
"Aku tak tau.. apa kau mengenalnya?" Tanya Willy panik
"Mari kita bawa dia ke klinik terlebih dulu. Dengan mobil yang ku punya, kita pasti akan segera sampai" jawab Axel yang mengambil alih tubuh Valerie dari rengkuhan Willy
"Mobilku dua kali lebih cepat dari milikmu. Lagipula yang terdekat disini adalah punyaku" ucap Willy
"Ya sudah ayo cepat. Kita tidak punya waktu untuk memperdebatkan masalah mobil" kata Axel balik
Dengan cepat Willy menempatkan mobilnya tepat disisi Axel yang sudah menunggu.
"Mari kita buktikan kecepatan mobil rongsokmu ini" sahut axel yang justru memicu perdebatan dengan saudaranya lagi.
Sebenarnya ini Axel lakukan agar Willy menancapkan pedal gas secepat mungkin. Ia tidak ingin terjadi apa apa dengan Valerie. Mereka baru saja kenal tapi Axel sudah membuatnya terluka (secara tidak langsung) karena seharian ini mereka pergi bersama.
Setelah 10 menit perjalanan ke rumah sakit terdekat disertai cekcok yang cukup panjang, Axel langsung membaringkan Valerie ketempat yang sudah disediakan.
"Apa yang terjadi dengan pasien?" Tanya Suster yang terkejut melihat darah yang belepotan di wajah Valerie.
"T-tadi aku sempat menyerempetnya. Kemudian dia mimisan dan tiba tiba saja pingsan" ucap Willy menjelaskan
Menyerempet? , pikir Axel
"Apa kau bilang??! Menyerempet? Kau tak mengatakan apapun padaku Wil!" Sahut Axel yang terkejut.
"..I-ini murni kecelakaan..."
"Kenapa kau tidak menjelaskan padaku sejak tadi?" Geram Axel
"Kupikir itu tidak perlu. Kau kan tidak mengenalnya.. jadi-"
Axel hanya memutar kedua bola matanya. "Tentu saja aku mengenalnya Wil! Dia orang yang kuceritakan kemarin" balas Axel memotong kalimat saudaranya itu. Tak lupa juga dengan gaya bicaranya yang sedikit ketus.
"Apa?? Kalian saling mengenal?? Bagaimana bisa... kau bercanda??? Gadis ini?? Sungguh??" Tanya Willy tidak percaya.
Jujur saja, kemarin Willy tidak terlalu yakin saat Axel bercerita tentang seorang gadis kecuali Alice. Jadi ia asal mengiyakan semua perkataan Axel. Menurutnya waktu itu Axel hanyalah berhalusinasi akibat percekcokannya dengan Alice yang membuat otaknya sedikit bermasalah
"Maaf jika saya menyela pembicaraan... anda berdua tidak bisa masuk. Mohon tunggu di luar. Kalian bisa menunggu dikursi yang sudah disediakan. Ini tidak akan memakan waktu yang lama, kita hanya perlu memeriksa dan membersihkan darah yang berceceran" ucap suster itu menghentikan langkah mereka. Wanita berpakaian serba putih tersebut membawa Valerie bersamanya.
"Jadi.. bisa kau ceritakan padaku apa yang terjadi? Aku ingin penjelasan yang lebih detail" ucap Axel sembari memijat pelipisnya. Ia sedikit merasa pusing hari ini.
"Yah.. aku baru saja keluar dari gedung dan mengendarai mobilku... Handphone ku tadi tidak sengaja terjatuh didekat kaki. Jadi, Aku pun mengambilnya. Pandanganku teralihkan untuk sesaat. Ketika aku sudah mendapatkan handphone ku kembali, aku segera mengemudikan mobilku. Aku tak tahu jika ada orang yang menyebrang didepanku, itu terjadi begitu saja" ucap Willy menceritakan kejadian dari awal
"Lalu?"
"Aku panik, kemudian aku langsung turun dari mobil dan melihat keadaannya. Awalnya aku ingin mengantarkannya ke rumah sakit sebagai pertanggung jawaban atas kesalahanku, tapi dia menolak. Lalu tiba tiba saja hidungnya keluar darah dan dia pingsan. Tak lama kemudian, kau datang"
"Jadi kalian sempat berbincang?" Tanya Axel. Willy hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban iya atas pertanyaan yang diberikan.
Hahhh.
Pria bermata hazel itu menghela nafas. Gusar.
Baru pertama kali ia mengajak jalan seorang wanita tapi malah ada kejadian seperti ini.
'Semoga saja tidak terjadi apa apa' batin Axel melihat kearah pintu berwarna putih tersebut.