Chereads / Last Hope! / Chapter 30 - BAGIAN 30

Chapter 30 - BAGIAN 30

Bunga yang layu masih bisa diselamatkan. Tetapi bunga yang sudah mati, tak akan bisa tumbuh kembali, yang ada hanya akan diganti dengan yang baru. Meski serupa, mereka tak sama.

* * * * *

Sial!!! Kapan mobil merah itu akan berjalan maju? ,tanyaku dalam hati.

Kalau begini terus, aku akan terlambat untuk datang menemui Dad, kan??

Kuharap masih banyak waktu yang tersisa.

"Aneh... kenapa disini terasa sepi?" Gumamku pelan.

Sejenak aku mengedarkan pandanganku kearah gadis disampingku ini. Sejak beberapa menit yang lalu dia sangat tenang dan tak bersuara padahal sebelum sebelumnya dia habis berdebat denganku.

Huftt...

Bisa bisanya disaat seperti ini dia malah tertidur pulas.

Tanpa sadar kedua sudut bibirku terangkat.

Seberapa lelahnya dia sehingga tidur disembarang tempat begini?

Perlahan aku mendekat kearahnya dan menurunkan kursi agar ia bisa tidur dengan nyaman.

Tanganku tergerak untuk mengecilkan AC agar dia tak kedinginan. Tak lupa juga aku mengambil selimut cadangan di jok belakang dan memakaikan selimut itu pada dirinya. Aku menutupi semua tubuhnya dan hanya menyisai kepala.

Tak sampai disitu, lagi lagi tanganku bergerak dengan sendirinya. Kusisipkan anak rambut yang menutupi sebagian wajahnya ke belakang telinga.

Dia begitu manis dan menggemaskan jika dilihat dari sudut pandangku sekarang.

Mataku tak luput memandangi pesona yang terpancar dari dirinya. Ia bak seorang ratu disebuah kerajaan. Mata bulat sempurna, bibir tipis merah merona, dagu ramping berbentuk V, bulu mata yang lentik dan panjang, serta hidung yang tinggi.

Aku suka dengan tampilannya yang sekarang. Tapi aku tak mungkin berterus terang. Ini akan sedikit aneh kan? Bisa bisa dia malah mengejekku dengan ejekan 'pedofil'.

Aishhh apa yang kupikirkan sekarang???

Kalau dia tiba tiba bangun dan melihat wajahku yang aneh begini, dia pasti akan berpikir yang tidak tidak.

Tinn tiinnn tinnn

Seketika lamunanku buyar. Kini giliran aku yang di klakson dari belakang oleh mobil lain. Oke, mungkin aku terlalu lama memerhatikan gadis di sampingku ini. Jalanan didepanku memang sudah agak senggang, mungkin bisa muat untuk dua mobil.

"Ya ya ya... kau tak bisa menunggu sebentar ya? Kenapa tidak sabaran sekali, sih?" Gerutuku.

Mungkin sekitar 15 menit kemudian, Axel menghentikan mobilnya didepan sebuah gedung cakrawala. Gedung berwarna putih yang menjulang tinggi ini adalah inti dari perusahaan Lausell. Harusnya kantor kerja Axel berada disini karena ia adalah direktur utamanya, namun ia justru lebih memilih mengerjakan segala sesuatunya dihotel. Mungkin karena lebih nyaman dan banyak hiburan untuk melepaskan penat.

"Jadi, apa dia aman jika kutinggalkan disini sendirian?? Aku hanya akan mengambil dokumen dan kemudian kembali, mungkin tak akan memakan waktu yang lama" ucapnya sembari melirik kearah Valerie.

"Hei kau... tunggu aku disini. Aku akan masuk sebentar kedalam. Jangan kemana mana, oke?" Sahut Axel. Tapi tentunya tak ada jawaban karena Valerie masih memejamkam matanya.

* * * * *

Lyn hanya mengangguk. "Kalau Lyn bilang kita akan menikah saat sudah dewasa nanti, apa bisa dilakukan dengan janji seperti ini?" Tanya Lyn

"Apa Everly ingin menikah dengan Lyn?" Tanyanya lagi

Ketika Everly tak kunjung menjawab, saat itu juga Lyn langsung melepaskan tautan jari mereka.

"Kenapa dilepas Lyn??" Tanya Everly buru buru menautkan jari mereka kembali. "Tentu saja aku mau menikah dengan Lyn. Tapi pernikahan masih terlalu jauh untuk anak seusia kita" lanjutnya memberi pengarahan yang jelas pada anak yang berusia beberapa tahun lebih muda darinya ini.

"Kita bisa berjanji terlebih dulu kan? Hehehe" kekeh Lyn dengan senyumannya yang manis.

'Ah manisnya kelakuan mereka' sahutku.

Aku sedari tadi masih berdiri disini dengan posisi yang sama, memperhatikan mereka yang nampak seperti memainkan peran dalam film. Namun tiba - tiba waktu bergerak sangat cepat. Aku menjadi saksi pergerakan mereka yang seperti kilas balik ini.

~pufff~

Entah bagaimana caranya, aku sekarang berdiri didekat sebuah taman bermain. Taman ini berada tepat berada di tengah tengah diantara dua sekolah, bagian kiri adalah sekolah dasar sedangkan bagian kanan adalah taman kanak kanak.

"Apa diduniaku sana ada tempat yang begini?? Kalau ada, aku ingin mengunjunginya meski hanya sesaat. Tempat ini begitu nyaman dan sejuk, cocok untuk bersantai"

Aku berjalan memutari taman dan memikirkan alasan kenapa aku dibawa sampai kesini. Apakah ada kejadian yang akan terjadi?? Tapi apa hubungannya denganku?? Kenapa aku diseret hingga kemari?

Aku duduk disebuah ayunan, memejamkan mata sambil menikmati sejuknya angin yang berhembus. "Nikmatnya" ucapku

Langit berwarna jingga dengan hiasan awan putih yang samar samar.  Beberapa jam lagi malam akan tiba.

Dalam hening aku mendengar suara tangisan anak kecil meski tak begitu jelas. Kutelusuri lagi tempat ini  dari sudut hingga kesudut lainnya.

Aku menemukan seorang anak kecil yang berjongkok di bawah kolong perosotan sembari mendekap kedua lututnya.

"Lyn?" Tanyaku ketika melihat wajahnya lebih jelas.

Wajahnya merah dan matanya sembab akibat menangis. "Apa yang kau lakukan disini?" Pekikku ikut masuk kesela sela perosotan tersebut.

Hari benar benar sudah gelap. Aku tak tau sudah berapa lama duduk disini sambil menemani Lyn kecil yang tengah bersedih. Meski kini ia sudah tidak menangis, tapi suasana hatinya masih terlihat bersedih.

Apa ada sesuatu yang sudah kulewatkan? Pikirku.

Selang beberapa saat kemudian. Orang orang mulai berteriak memanggil namanya. "... LYN!!! LYN!!!..." kata mereka yang terdengar dari kejauhan.

Tapi gadis kecil disampingku ini tak bergeming. Ia tidak peduli disini sangat gelap atau bahkan nyamuk yang sedari tadi menggigitinya.

"Sudah ada yang menjemputmu, sayang.. kau bisa pulang..." ucapku pada anak kecil ini.

Dia terdiam dan tidak bergerak. Brukkk!!!! Tiba tiba saja, tubuhnya ambruk tepat disampingku.

Saat kulihat, hidungnya mengeluarkan cairan merah kental yang disebut darah. Astaga, sejak kapan ada begitu banyak lumuran darah  yang mengotori baju dan tangannya?? Kenapa aku tidak menyadarinya sejak tadi??

"Lyn!!! Lyn!!! Lyn bangun!!!" Teriakku.

Aku panik bukan main. Bagaimana ini?? Apa yang harus ku lakukan???

Ngiuuunggg~~

Tak tau apa yang terjadi padaku, kepalaku mendadak pusing dan sangat berat. Tubuhku lemas tak berdaya. Lambat laun aku ikut ambruk disamping gadis kecil ini.

Saat aku membuka mata, aku kembali berada didalam mobil milik Axel. Dengan nafas tersengkal sengkal, aku mencoba merilekskan tubuhku. Jantungku masih berdegup kencang dan kepalaku terasa berat.

"Tenang Val... kosongkan pikiranmu.... ini hanya mimpi sesaat... ya, hanya mimpi...." aku mencoba menarik nafas dalam dalam melalui hidung dan mengeluarkannya perlahan melalui mulut. Ini cara yang pernah diajarkan oleh Dr. Sam saat aku panik dulu. Dalam beberapa saat kemudian, aku langsung membaik.

"Apa yang terjadi? Dimana ini?" Ucapku sembari melihat sekeliling yang terasa tidak familar bagiku. Apalagi aku ditinggal sendirian. Dimana Axel? Kenapa dia tidak ada disini?

Slurppp~

"Ah kenapa aku jadi pilek begini?" Sahutku ketika seperti ada ingus yang keluar.

Mataku mencari cari tisu disekitar mobil. Saat aku sudah mendapatkannya dikursi belakang, segera aku mengelap ingusku ini. Bisa bisa Axel jadi ilfeel denganku. Sudah cantik cantik begini tapi malah ingusan. Tidak etis bukan?

Tapi anehnya, saat ini hidungku terasa perih dan aku mencium bau bau amis.

"Tidak mungkin bau dari mobil ini kan?" Pikirku

Saat aku melihat kembali tisu yang aku pakai tadi, aku kembali dikejutkan dengan adanya bercak merah disana.

Aku terkejut bukan main.

"..A...ku.... mimisan?" Tanyaku terbata.