Valerie menatap bingung kearah Axel. Laki laki itu dengan gampangnya mendatangi meja resepsionis, menanyakan tentang keributan yang terjadi beberapa jam yang lalu.
Dari kejauhan Valerie memperhatikan. Mereka nampak berbeda saat melayani Axel, tidak seperti tadi. Salah satu resepsionis itu menceritakan kejadian tersebut dan hanya dibalas anggukan oleh Axel.
"Kalian di skors" ucapnya tegas
"Tapi kami tidak melakukan kesalahan apapun tuan"
"SOP disini mengatakan bahwa kalian harus melayani tamu sebaik mungkin. Tamu adalah raja. Itu kesalahan pertama kalian, tidak memperhatikan SOP"
"Kesalahan kedua. Kalian langsung menjugde tamu dengan mengatakan bahwa mereka adalah orang jahat. Jelas itu mencoreng nama baik seseorang jika tidak benar kenyataannya"
"Kesalahan yang terakhir..." Axel nampak menghela nafasnya perlahan dan melihat kearah Valerie yang duduk manis, tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Dia tamu spesialku, mulai sekarang perlakukan dia dengan baik. Dia mungkin akan sering datang kemari"
"Berterima kasihlah padanya. Beruntung Valerie menyuruhku untuk tidak memecat kalian" lanjutnya kemudian pergi meninggalkan kedua resepsionis tadi.
Ini pertama kalinya Axel sebagai pemilik hotel berbicara panjang lebar didepan mereka. Biasanya ia akan mengandalkan Nick apapun situasinya untuk mengurus sesuatu hal yang tidak penting baginya.
"Ayo aku antar kau pulang" ucap Axel
Valerie beranjak pergi. Namun sebelum ia benar benar meninggalkan loby, ia membalikkan badan kearah resepsionis dan menjulurkan lidahnya karena merasa dia menang.
"Hey sudah bercandanya" Axel menarik baju milik Valerie seperti kucing.
* * * * *
"Dimana rumahmu? Kita sudah mengitari kompleks ini hampir 4 kali" kata Axel terlihat kesal
"Turunkan saja aku disini" pinta Valerie menunjuk kesisi jalan
Saat Valerie hendak membuka pintu, jutru Axel menguncinya. "Akan aku antar kau sampai rumah" kata Axel
"Lebih baik jangan. Aku turun disini saja"
"Baiklah. Akan aku turunkan kau didepan sana" jawab Axel
Lagi lagi Valerie melongo sambil melihat Axel. Hari ini pria itu membawa banyak kejutan disepanjang hari Valerie.
Axel menghentikan mobilnya tepat di sebuah rumah besar dengan pagar yang tinggi. Di sekitar jalannya dihiasi lampu hias untuk menerangi jalanan tersebut.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau ini rumahku?" Tanya Valerie bingung
"Wajahmu selalu panik saat kita melewati rumah ini" jawab Axel enteng
'Oh tidak. Bagaimana jika papa tau dan marah padaku?' Batin Valerie mengingat dirinya sengaja tidak pamit dengan kedua orang tuanya.
Dengan penuh kharismanya, Axel turun dari mobil dan membukakan pintu milik Valerie. Dia bahkan mengantarkannya sampai kedepan pintu rumah.
"Terima kasih" ucap Valerie tersipu malu
"Tidak. Aku yang harusnya mengucapkan terima kasih padamu" balas Axel
Belum sempat Axel melangkahkan kakinya pergi, tiba tiba saja pintu rumah itu terbuka. Seorang wanita cantik dan juga pria yang seumuran dengannya keluar dari sana.
"Lihat siapa yang baru saja pulang" ucap perempuan itu melihat kearah Valerie dengan sangat intens.
"Maaf aku tadi tidak sempat pamit, ma" kata Valerie sambil menunduk
'Ah, dia orang tuanya Valerie ya?' Batin Axel
"Maaf baru mengantarkan Valerie pulang sekarang" sahut Axel sedikit membungkukkan badannya
Kedua orang itu saling menatap satu sama lain, kemudian mereka tertawa. "Ya tak apa. Setidaknya kau membawa Valerie kami dengan selamat kan?" Kata pria tersebut
"Kau mau masuk dulu? Kita bisa minum teh bersama"
"Maaf, kurasa ini sudah terlalu malam. Mungkin lain kali aku akan mampir dan memperkenalkan diri. Kalau begitu, aku pamit" ucap Axel kemudian pergi meninggalkan kediaman Shavlyn.
Sedangkan Valerie, dia hanya tersenyum kikuk pada kedua orang tuannya.
"Aku masuk dulu ma, pa. Selamat malam" kata Valerie sambil lari masuk kedalam rumah.
"Putri kita sudah besar ya" sahut pria berumur 40an itu
"Bukankah dia putranya Jordan, sayang?" Tanya Mamanya Valerie kepada suaminya
"Siapa itu Jordan?"
"Tetangga kita dulu. Kau lupa? Padahal dulu kalian sering memancing bersama"
Papa Valerie nampak berpikir, "ah, ya aku ingat dia. Tapi. . .bukankah anaknya perempuan?"
"Mereka punya 2 kan?"
"Entahlah sayang. Ayo kita masuk, udara disini sangat dingin"
* * * *
Hosh hosh hosh
Valerie terengah engah ketika sampai dikamarnya. Yah, maklum saja karena ia berlari menaiki tangga secepat mungkin.
"Apa papa dan mama akan marah? Oh tidak.. bagaimana ini" dia menggigit ujung kuku tangannya dan mondar mandir di depan pintu, memikirkan alasan apa yang tepat saat kedua orang tuanya menanyakan tentang Axel karena ini kali pertamanya ia membawa seorang laki laki kerumah.
Ting!
Sebuah bunyi pesan masuk membuat Valerie menghentikan aktivitasnya dan beralih kesmartphone miliknya.
From: Axel
To : Valerie
Apa besok kau ada waktu?
Valerie kemudian terlihat mengetikkan sebuah pesan kembali, membalas pesan yang diterimanya.
From : Valerie
To : Axel
Maaf, besok aku sudah ada janji.
Mereka saling berbalas pesan untuk pertemuan selanjutnya, menyamakan jadwal kosong agar lebih santai saat bicara nantinya.
'Kenapa dia sudah mengajak bertemu kembali? Apa kedua orang tuanya sudah menanyakan hal hal yang berkaitan denganku? Oh tidak. . . . Bagaimana ini' batin Valerie
From : Axel
To :Valerie
Minggu depan saja. Aku akan menjemputmu di jam 7. Sampai jumpa
Degup jantung Valerie langsung terpacu begitu cepat. Sesaat Valerie melamunkan pria tersebut. Pikirannya melayang kembali pada saat ia bersama dengan Axel. Kalau diperhatikan kembali, pria itu mempunyai porsi wajah yang sangat sempurnya. Hidung mancung, alis tebal, tatapan tajam yang mempesona serta tubuh yang terbentuk karena berolahraga.
"Hhhh... aku bingung kenapa tunangannya mampu menghianatinya seperti itu. Padahal Axel sendiri hampir tidak mempunyai kekurangan apapun. Secara materi ia mempunyai kekayaan yang lebih dari cukup. Bahkan secara harfiah ia juga cukup memberi kasih sayang kepada tunangannya. Aku bisa melihat dengan jelas rasa kehilangan saat menatap matanya. Dia begitu sedih dan kecewa. Benar benar kasihan" kata Valerie
Tak selang lama kemudian Valerie tersadar. Ia menepis segala pikirannya.
"Aish!! Kenapa aku malah memikirkan mereka? Sudah fokus saja pada dirimu sendiri, Val" katanya pada diri sendiri
Perlahan Valerie berbaring di tempat tidur dan mulai memejamkan matanya. Malam sudah mulai larut, ia harus segera tidur agar tubuhnya tetap terjaga.
Beberapa menit kemudian, matanya kembali terbuka. Bahkan kali ini lebih lebar.
"Ashhh!!!! Kenapa dia tidak bisa hilang dari kepalaku!!!" Pekiknya dengan suara khas yang cempreng.
Valerie meruntuki dirinya sendiri, mau bagaimanapun juga ia sudah berkata bahwa ia tidak akan mencintai laki laki manapun karena itu justru bisa membuatnya sedih.
Malam itu bulan bersinar sangat indah. Bahkan langit pun nampak bersih. Namun meski begitu, hawa dingin tetap bisa menembus selimut tebal miliknya.
"Hei Xel, aku tau ini terlalu cepat karena kita baru bertemu setidaknya dua kali. Tapi, um. . . . . memangnya boleh ya aku menyukaimu terlepas dari balas budi yang kemarin?" Ucapnya sambil menarik selimut hingga kedada, bicara seolah olah disampingnya ada pria tersebut.
Mau berapa kali pun Valerie menyingkirkan Axel dari pikirannya, justru bayangan pria itu terus menghantui dirinya. Kekosongan hatinya selama ini terasa mulai di penuhi dengan datangnya Axel di hidupnya.
Mungkin Tuhan ingin ada seseorang yang mau menjadi pemanis dalam hidup Valerie?
Entahlah karena itu kuasa-Nya.