Dua gadis sma berjalan beriringan sembari berpegangan tangan, Ae-ri menyenandungkan lagu ciptannya sendiri dengan merdu sedangkan kembarannya aera menunduk malu.
Semua orang menatap Ae-ri dengan tatapan kagum, dengan suara Ae-ri yang sangat indah serta postur tubuhnya dan wajahnya bak seorang selebriti.
Berbeda dengan tatapan yang diberikan kepada Aera, mereka menatap jijik kepadanya. seperti, menatapnya pun enggan karena posturnya yang sangat berbeda dengan Ae-ri.
Aera melepaskan genggam Ae-ri dan berlari menahan malu sembari menangis tersedu- sedu, melihat kembarannya menangis Ae-ri langsung mengejar Aera.
Tetapi, tak lama ada seseorang pria paruh baya yang menghentikan langkah Ae-ri. ia menatap pria itu dengan tatapan terkejut seakan bertanya 'siapa pria ini'.
Pria itu tersenyum ramah. "Namamu siapa??" tanya pria itu dengan sopan. "Ah... maaf saya terlalu... terburu- buru saya Park Young Min," tutur Mr. Park, mengulurkan tangan kekarnya.
Ae-ri membungkuk dan menjabat tangan pria bernama Park itu. "Kim Ae-ri," jawabnya sembari tersenyum manis.
"Saya ingin berbicara denganmu, apa kamu ada waktu?" tanya Mr. Park sembari merangkul bahu Ae-ri.
Ae-ri mengerutkan dahinya, kemudian menundukan kepalanya. " Ah... mianhae sajang-nim saya harus mengejar kakak saya... "
Mr. Park tersenyum. "Ah... kau tenang saja pasti kakak mu baik- baik saja... " ujarnya santai. "Maukah kamu ikut bersama saya sebentar saja?"
Dengan harap- harap cemas, dengan keadaan kakaknya. Ae- ri menganguk dan menyetujui ajakan Mr. Park, ia diajak ke sebuah cafe yang tak jauh dari tempat Aera pergi.
Cafe itu sangat bagus, banyak orang-orang berdasi dan orang-orang dengan pakaian bagus di cafe ini.
Ae-ri dan Mr. Park duduk di sudut cafe. Dia hanya mengikuti, tak lama ada pelayan yang Ae-ri tebak dia adalah anak Mahasiswa yang menyambangi meja mereka.
Pelayan itu menyodorkan buku menu. "Saya coffee latte," ujar Mr. Park dengan sopan. "Lalu kau Ae-ri... tenang saya yang traktir..." lanjut Mr. Park sembari tersenyum dan menutup buku menu.
"Eum. macchiato caramel," ujar Ae-ri agak gugup karena ia baru pertama kalinya ia masuk cafe.
Pelayan tersebut menganguk dan pergi, Ae-ri menatap Mr. Park. "Sajang-nim... maaf sebelumnya saya tidak mengenal anda... " tuturnya.
Pak Park menyodorkan kartu nama nya tertera PARK YOUNG MIN CEO YOUNG ENTERTAIMENT, Ae-ri menatap kartu nama tersebut tak percaya.
Tentu saja, ia mengetahui agensi itu. siapa yang tak mengetahui agensi terbesar di korea, dulu ia berharap masuk agensi tersebut. setiap ada waktu ia belajar menyanyi berbagai genre dan menari.
Ae-ri menghela napas panjang. "Apakah aku bermimpi?" tanyanya pada dirinya sendiri dan menampar pipinya sendiri.
Ah, ternyata benar Ae-ri tidak bermimpi, ini nyata. bukan halusinasi belaka.
Mr. Park terkikik melihat Ae-ri. "Kau tidak bermimpi, saya butuh kamu di agensi saya suaramu sangat indah.. kau bisa bernyanyi rap?" tanyanya.
Ae- ri menganguk mantap, itu adalah keahliannya. "Ne... bolehku tunjukan?" tanyanya dengan, semangat yang menggebu-gebu.
Mr. Park menganguk, mempersilahkan gadis itu bernyanyi, dia menyanyikan lagu BANG BANG BANG milik Big Bang.
Semua orang di cafe tersebut menatap Ae-ri kagum, semua mata tertuju padanya. Mr. Park tercenggang mendengar suara Ae-ri. Ini yang aku butuhkan.
"Wa... daebak Ae-ri... " puji Mr. Park sembari bertepuk tangan. "Suaramu sangat indah."
Ae-ri membungkukan badannya. "Ah... gomawo," jawabnya malu-malu dan duduk kembali.
Pelayan yang menghantarkan kopi pun tersenyum dan kembali bertugas.
"Luar biasa Ae-ri... berapa usiamu?? apa kau mengikuti trainee?? "
"Emm... saya belum pernah mengikuti trainee... usia saya 18 tahun..."
Hati Ae- ri semakin berdebar-debar impiannya akan menjadi kenyataan, tapi ada satu yang mengganjal hatinya saat ini jika, ia sudah menjadi idol seperti, impiannya dapatkah ia menjaga kakaknya?
"Maukah kamu menjadi bagian dari Young Entertaiment"
Ae- ri menatap datar Mr. Park. "Ah.. geojismalhada..."
Mr. Park tertawa. "Untuk apa saya berbohong padamu... datanglah kau ke kantor kami... " ucapnya. "Kalau perlu kau tak perlu trainee... langsung saja debut. " lanjutnya dan bamgkit dari duduknya sembari menepuk bahu Ae-ri.
Sepanjang perjalanan pulang Ae-ri terus memikirkan tawaran Mr. Park disisi lain, ia juga memikirkan kakaknya.
Ae-ri ingin sekali berjalan bergembira seperti, seorang anak kecil yang ingin segera pulang karena mendapat nilai sempurna.
"AH... SENANGNYA MENGEJEK SI GENDUT KEMBALI!" pekik Dong Min anak nakal yang seumuran dengan Ae-ri dan juga satu kelas dengannya.
Ae-ri melirik Dong Min dan menahan agar tidak mendekati Dong Min yang sedang bersama 2 temannya, dengan sorot mata marah.
"Ne... seru sekali mengejek Aera..."ujar salah satu teman Dong Min." wajahnya bak seorang monster berbeda dengan adiknya yang bak seorang bidadari." tambahnya sembari tertawa terpingkal-pingkal.
Ae-ri mendekati Dong Min dan teman-temannya dengan sorot mata marah. "HEI KENAPA KALIAN MENGEJEK KAKAKKU!" pekik Ae-ri sembari menghela napas panjang.
"Hei... Ae-ri kalian berdua bukan adik kakak ya?" tanya Dong Min dengan raut wajah serius.
Ae-ri menunjuk ke arah Dong Min." HEI... KAMI KAKAK ADIK JANGAN USIK KAKAKKU LAGI!" bentak Ae-ri dengan raut wajah yang memerah karena marah.
"HEI... AE-RI KAU TAK COCOK MEMILIKI KAKAK GENDUT SEPERTI MONSTER!" teriak Dong Min dengan menaikkan suaranya beberapa oktaf. "Lihat dia gendut!"
Ae-ri bergegas berlari menuju rumah, untuk mencari keberadaan Kakaknya.
Semua orang menatap kaget Ae-ri yang berurai air mata, ada juga yang menatap Ae-ri dengan iba.
Tak lama Ae-ri sampai dirumah, ia membuka paksa sepatunya dan langsung bergegas ke kamar. "Kak... Kakak kau dimana? apa kau baik-baik saja? Kak?!"
Ae-ri mengedarkan pandangannya dan menemukan Aera duduk disudut ruangan sembari menekuk lutut dan menangis sesegukan.
"SUDAH LAH... JANGAN DEKATI AKU!" teriak Aera sembari mendorong Ae-ri hingga tersungkur. "Aku membencimu!" teriaknya.
Ae-ri merasa hatinya sangat sakit. "Aku hanya- " dia menundukan kepalanya.
"Apa??" ujarnya menghela napas kasar, kemudian melanjutkan ucapannya. "AKU TAU KAU CANTIK.. SEDANGKAN AKU BURUK RUPA DAN GENDUT!"
Ae-ri kaget mendengar sentakan dari kakaknya dan berjalan menjauh dari kakaknya. "Aku hanya ingin membelamu..." ujar Ae-ri.
"Kak... aku akan mengejar impianku," ucap Ae-ri lirih dan menunduk. "Jika Kakak tak mengijinkan aku akan menolaknya. " Aera tersenyum miring dan mendongakkan kepalanya.
Sejak dulu Aera selalu menjadi prioritasnya, ia akan selalu menjaga Aera sampai kapanpun.
"Pergilah aku membencimu jika perlu mati saja sana!!" Perkataan sarkastis dari Aera membuat hati Ae-ri semakin sakit. "Kau bisa mati di sungai Han..."
"Kak aku bisa menolaknya... baiklah aku akan menolaknya hari ini juga," ucap Ae-ri sembari menghapus air matanya.
Aera tersenyum sinis. "Aku ini siapamu? Kau tidak perlu ijinku... oh, aku sangat mengijinkanmu untuk ke neraka hari ini."