Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pangeran narsis!

Yoo_Cha
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.1k
Views
Synopsis
Pangeran Gu adalah pangeran paling narsis keturunan terakhir dari Dinasti Gu Liang, hanya dengan kehadirannya di suatu tempat saja mampu mengundang banyak gadis datang menghampirinya dengan terburu-buru karena ketampanan nya. Sementara Ye Hua, rakyat biasa yang tak percaya kalau ada cinta yang bisa melindunginya. Mereka bertemu di pasar desa karena memperebutkan satu benda yang sama. Bagaimana kelanjutannya?
VIEW MORE

Chapter 1 - 1 - Hanya karena tusuk rambut

"Hei! Tolong ya, itu punya saya,"

Eishh... siapa orang itu yang berani mengaku-ngaku itu barang miliknya kalau dia belum membayarnya? Aku menoleh, menatap malas orang dengan pakaian yang pastinya dari keluarga bangsawan.

Rakyat biasa seperti aku ini.. bisa apa?

Dengan segaris senyum yang ku paksakan, ku usahakan untuk memasang wajah ceriah penuh kehormatan.

"Tapi kamu juga belum bayar.. Barang ini pun masih belum ada pemiliknya," sambil mengeluarkan koin perak, aku membayar tusuk rambut berwarna pink dan berlari membawa nya.

Dia fikir, dia siapa?

Heuh! Dasar bangsawan, suka seenaknya saja mengklaim apa-apa menjadi miliknya bahkan sebelum barang itu benar-benar sah jadi milik mereka.

"Apa ini, hyaaaa!"

Mata ku memelotot, tubuhku melayang dan mundur ke belakang, "Tolong!! tolong!!"

Sudah menjerit begini, warga desa hanya malah menonton saja. Mana malaikat penolong yang biasanya mereka ceritakan?

"Tolong..." teriakku sekali lagi.

Mata ku menyipit heran, "Kenapa aku mundur ke tempat tadi?"

HAPP~

Aku meringis, memejamkan mata karena rasanya sebentar lagi aku akan kehilangan nyawa ku. Aneh, padahal aku tak punya sayap, lalu mengapa dari tadi aku mundur dengan cara terbang?

Kenapa jadi hangat sekali?

"Senang ya? sudah di tarik dari jauh lalu berada di pelukan ku, jujur lah.."

Eh? Aku mendongak, ekspresi ku berubah kusut, "Yang Mulia?" kaget ku bukan main, ternyata orang yang berebut tusuk rambut dengan ku tadi adalah.... Pangeran Gu.

Pangeran paling narsis keturunan Dinasti Gu Liang.

"Mana tusuk rambutnya?"

"Hah?"

"Tusuk rambut warna pink yang kau bawa tadi, cepat kemari kan?"

Apa-apaan ini?

Aku mendelik, menggenggam erat tusuk rambut warna pink yang sudah jadi incaran ku sebulan ini. "Ini punya saya Pangeran, saya sudah membayarnya.."

Aku makin mengeratkan pegangan pada tusuk rambut itu, namun Pangeran Gu malah makin mendekap ku.. ia makin ingin mengambil tusuk rambut itu.

Kayak nggak ada yang lain saja, batin ku menahan kesal kalau saja aku tak ingat ia adalah pangeran yang paling mempengaruhi warga desa ini.

Menyebalkan.

"Memang tak ada,"

Dia mendengarku?

"Iya, Saya dengar semua yang kamu omongin, serahkan tusuk rambut itu ke saya dan kamu harus ikut saya ke pengadilan istana?"

"Saya? untuk apa?"

"Biar para hakim yang mengambil keputusan mau di apakan kamu karena telah mempersulit urusan ku!"

Hei, itu kan hanya tusuk rambut.. lagipula warna se-feminin itu? untuk pangeran? mending buat aku saja!

Mata dengan sorot cerah itu menyorot ku serius, "Ku bilang aku mau! Tak peduli warna nya apa, aku bilang aku mau ya berarti harus jadi milikku.."

Ashh, keras kepala sekali pangeran ini.

"Hya! jangan ngedumel terus, sini.. berikan pada ku!" desak Pangeran Gu kekeuh dengan keinginan nya.

Aku menggeleng, "Pangeran beli yang lain saja.."

Hanya aku yang berani menentang Pangeran untuk keinginan ku sendiri. Jelas, masa aku relakan begitu saja? Untuk membeli itu aku harus bekerja paruh waktu di rumah bordil.

Masa hanya karena Pangeran Gu menginginkan nya, aku harus melepaskannya begitu saja?

Wajah Pangeran Gu mendekat, aku berkedip dua kali. Ya, dia memang tampan kalau seandainya tak semenyebalkan ini.

"Tampan ya tampan saja, jangan mengelak.."

"Berbicaralah, jangan ngedumel, capek tahu pakai kekuatan ku untuk mendengar dumelan mu saja.."

Ah, benar! Dia bisa mendengar dan mengetahui pikiran orang lain. Aku menghela napas, menatap jengkel.

"Tapi, omong-omong nih.." Pangeran Gu mulai tersenyum jahil, "daritadi kamu masih ada di pelukan ku, kamu nggak mau aku lepas ya maka nya kamu nggak mau kasih aku tusuk rambut itu?"

Uwah...

Dari mana kepercayaan diri yang setinggi itu?

Aku meraih tangan Pangeran Gu, mata ku memelas saat terpaksa harus menyerahkan tusuk rambut itu ke dalam tangan Pangeran Gu.

"Baiklah, turun kan aku Pangeran.."

"Eh, kayaknya kamu nggak rela lepas dari pelukan ku ya?"

"Mana mungkin! aku rela!"

"Tapi itu mata mu, kenapa berkaca-kaca begitu?"

Itu semua karena tusuk rambut kesukaan ku lah. Pangeran Gu masih saja memandangi ku, aku mendorong nya menjauh, berlari usai memberikan tusuk rambut yang kami berdua perebutkan.

"Qi Wei!" panggil Pangeran Gu pada pengawal pribadi nya.

"Hamba di sini.."

"Cepat cari tahu siapa nama gadis itu, aku harus bertemu dengan nya dalam waktu dekat!"

"Baik yang mulia.."

Pangeran Gu mendelik, "Tunggu!" Qi Wei berhenti menoleh bingung, "kau tak mau tahu aku mencari nya karena alasan apa?"

"Jika Pangeran bersedia, Pangeran bisa memberitahu saya.."

"Coba kau pikir, apalagi kalau bukan menawari gadis itu sebuah pekerjaan yang bisa membuatnya berada di sisi ku? ku lihat-lihat ia begitu terpesona oleh ku hingga tak rela ku lepaskan tadi, iyakan?"

Mulai lagi.. batin Qi Wei memaklumi kernarsisan sang Pangeran.

"Iya yang mulia.."

"Cepatlah cari!"

Pangeran Gu tersenyum manis, ia menyibakkan rambutnya ke belakang. Para gadis dari teras toko dan rumah mereka menyorot Pangeran Gu penuh kekaguman.

Pesona Pangeran Gu bertambah saat ia mulai memasangkan tusuk rambut itu di rambut panjangnya.

"Sempurna.." gumam Pangeran Gu bangga.

Ia melihat dirinya di cermin, tusuk rambut ini malah membuatnya memiliki kenangan lain saat memakainya.

"Lagian juga... dari banyak tusuk rambut yang cantik, mengapa selera ku dan selera nya sama?"

"Ah, atau dia memang pura-pura tak mengenaliku dan sengaja membuatku menariknya dari jarak jauh seperti tadi?"

NARSIS!

Pangeran Gu diam sejenak, ia menyopot tusuk rambut tersebut, meletakannya di meja dan mulai membacakan mantra 'pengganda barang'.

"Lebih baik di buat jadi dua kan?"

"Pasti nanti gadis itu akan terharu dengan kehormatan atas tusuk rambut yang sama dengan punya ku?"