Chereads / 180 days / Chapter 4 - Part 3: Tentang Jannah

Chapter 4 - Part 3: Tentang Jannah

"Informasi baru, tindakan baru akan dimulai."

Untuk: Cewek yang penuh kejutan.

***

Setelah pertandingan selesai, mereka semua istirahat sebentar di pinggir lapangan sambil melihat pertandingan selanjutnya. Hasil mereka tanding tadi adalah mereka kalah tertinggal empat skor. Tidak papa, besok masih ada pertandingan lain yang akan kami juarai. Optimislah selalu.

Sudah bosan melihat pertandingan, Azwar melihat ke sekeliling. Saat melihat ke arah kelasnya, ia melihat Tiana dan Naja masuk kelas. Melihat Tiana, ia jadi ingat, jika ia ingin bertanya tentang Jannah ke dia. Siapa tau dapat informasi lebih lanjut akan memudahkan ia untuk pedekate pada Jannah.

Segera Azwar berdiri dan membersihkan sedikit debu dari belakangku. "Mau kemana, lo?"Daffa mendongak menyipitkan mata karna matahari sangat terik.

"Mau ke kelas."

"Ngapain ke kelas? Bentar lagi sholat dzuhur. Naggung istirahat di kelas." Anam mengingatkan. Mereka memang kelihatan sedikit badboy. Ingat sedikit, tapi jika urusan untuk menghadap Tuhan kami akan melaksanakan, saling mengingatkan.

"Iye, bentar doang. Lagian masih setengah jam lagi."

"Ya udah, sono-sono. Eneg gue lihat muka lo terus, Njul"

Puk puk!

Uhuk uhuk.

"Wey! Debu, anjir!"

"Oit! Santai, dong bersihin debunya. Kemana-kemana tuh!"

"Haha rasain lo pada!"

Azwar tertawa puas meninggalkan mereka yang masih mengumpat karna ulahnya membersihkan debu dengan tidak santainya. Saat sampai di kelas ia tidak ada melihat Tiana. Perasaan tadi masuk ke dalam kelas. Melihat ke bagian ke belakang, ia juga tidak menemukan Tiana. Hanya ada Naja yang sedang merumpi dengan Ani dan Rini.

Kembali Azwar keluar kelas. Melihat ke arah rak sepatu, di sana masih ada sepatu Tiana tapi orangnya tidak ada. Jika seperti itu, biasanya Tiana sedang ada di perpustakaan. Karna Perpustakaan memang dekat dengan kelasnya.

Setelah ia cek ke perpustakaan ternyata benar. Tiana sedang selonjoran santai di depan kipas angin sambil membaca buku, tapi jika membaca buku mengapa cepat sekali membolak-balikkan kertasnya.

"Ey, Na," sapanya pada Tiana setelah ia duduk di hadapannya. Azwar melirik ke arah buku yang sedang dibaca atau dilihatnya, mungkin. Oooh, tentang tumbuhan dan binatang. Pantas saja cepat sekali membolak-balikkan halamannya, sudah dipastikan dia tidak akan membacanya karna gambarnya lebih menarik dibanding tulisan yang kecil-kecil itu.

"Hm," jawab Tiana yang hanya melirik Azwar sebentar lalu lanjut melihat buku.

Azwa mengeluarkan ponselnya, lalu membuka roomchat aku dengan Jannah. "Lo kenal Jannah, kan?" tanya nya terlebih dahulu sebelum menunjukkan roomchat nya dengan Jannah.

Tiana sepertinya tertarik dengan yang Azwar tanyakan barusan. "Kenal, kenapa? Naksir, lo?" tanyanya dengan nada menggoda.

"Orangnya gimana sih?" Azwar bertanya, mengabaikan pertanyaannya itu.

"Baik aja. Cantik juga."

"Dia keknya cuek ya, sama laki-laki?" Tiana yang mendengar pertanyaan Azwar langsung menatapnya dengan tatapan mengejek dan menggoda lagi. "Iya, dia emang agak cuek sama laki-laki. Eh, bukan agak lagi. Tapi cuek banget."

Azwar segera menyodorkan ponselnya yang melihatkan isi chattan nya dengan Jannah ke arah Tiana. Setelahnya dia terkekeh pelan, "Yakin gue. Dia emang cuek banget, ya ternyata. Gue kira kalo di chat doang, dia bakalan ngerespon juga. Tapi ini..." dia terkekeh lagi.

"Iya makanya itu. Lo kan temen pesantren dia tuh. Dia gimana si orangnya? Sikapnya kek? Eh, iya. Dia cueknya baru-baru aja apa sudah dari lo kenal dia?" ia menyimpan hp nya ke kantong celana. Ingin menyimak apa yang akan aku dapatkan dari Tiana tentang Jannah.

"Dia emang cuek, kok." Tapi baru-baru aja, hihi.

"Masa?" Azwar baru ketemu sekarang soalnya, cewek cantik yang cuek dari dulu. "Dia gak pernah pacaran, gitu? Atau dekat sama laki-laki, gitu?"

"Kagak ada. Dia nggak pernah dekat sama laki-laki." Kecuali dulu. Eh, sekarang juga dia lagi suka sama laki-laki sih, tapi nggak dekat. Sekali lagi, Tiana membatin dalam hatinya. Dia ingin mencarikan Jannah laki-laki yang berjuang untuknya. Bukan Jannah yang berjuang untuk laki-laki itu. Tiana tidak suka itu, dia sudah sangat dekat dengan Jannah. Jadi dia ingin Jannah mendapat yang ingin berjuang bersama.

Azwar spechless. "Beneran lo?" Tiana mengangguk dengan senyum tipisnya.

"Trus-trus. Dia orang gimana lagi?"

"Jannah orangnya asik. Suka ngelucu, emm..."

"Suka ngelucu?" fakta yang mengejutkan. Karna selama Awar melihat dia dengan teman-temannya, dia yang lebih banyak diam, dia yang Cuma sesekali tertawa jika temannya yang lain berbuat ulah, dan dia yang hanya tersenyum singkat sambil menundukkan kepala jika bertemu laki-laki. "Ngelucu beneran? Ngelawak gitu, maksud lo?"

Tiana mengangguk cepat, "Huum. Dia kalo di pesantren suka ngelucu. Suka buat ulah. Suka bikin kami ketawa. Pokoknya dia, sama kami itu sering ngelucu bareng. Dia juga yang hafalannya paling banyak dari murid yang lain. Awalnya dia orang kedua yang hafalannya banyak, tapi sekarang orang yang pertama sudah pindah pesantren."

Azwar yang mendengarnya mengangguk takjub. Ternyata dia penghafal. Ia jadi merasa rendah mengingat ia hanya hafal beberapa surah saja.

"Dia orangnya sopan sama yang lebih tua. Dia juga dekat sama Ustadzah kami. Bahkan Ustadz, suaminya Ustadzah sering menyemangatinya supaya mengahafalnya tambah semangat. Dia baik, kok." Tambah Tiana menjelaskan.

"Trus apalagi yang lo tau tentang dia?"

Tiana terkekeh pelan sambil menganggukkan kepala singkat, "Pede nya dia lumayan tinggi." Tambahnya terkekeh geli. Azwar yang mendengarnya pun ikut terkekeh. "Masa sih?"

"Iya. Pede nya itu, beuuuh. Apalagi kalo pede nya ditambahi sama gaya pecicilannya."

Sekali lagi, Azwar ikut terkekeh mendengar penjelasan Tiana. Ternyata... "Masa, Na? Tapi, kalo gue lihat nih ya. Dia pasti selalu nunduk kalo lagi selisihan sama laki-laki di jalan."

"Waaah, lo merhatiin dia bnget nih ceritanya ... Dia emang pemalu kalo sama laki-laki. Nggak tau kenapa. Katanya sih, dia nggak pede kalo dilihatin laki-laki."

"Iya? Kenapa bisa nggak pede?" kan dia manis...

"Nggak tau. Tanya aja sendiri sama orangnya."

"Ya kali mau nanya ke orangnya. Bales chat gue aja singkatnya minta ampun, balesnya juga sampe gue mau ketiduran saking lamanya," Tiana terkekeh puas mendengar gerutuan Azwar.

"Eh, kalian berdua." Sontak Azwar dan Tiana menoleh ke arah meja penjaga perpus. "Kalo mau cerita di luar sana. Di sini ada yang baca, tuh. Nanti keganggu."

Ibu penjaga menunjuk dua siswi, yang sepertinya adik kelas itu. Benar, mereka sedang membaca buku, lebih tepatnya sih Cuma satu orang. Satunya lagi menelungkupkan kepala di atas meja. Azwar dan Tiana cengengesan sambil meminta maaf dan segera pamit keluar perpustakaan.

"Elo sih, banyak ngomong."

Tiana menatap Azwar dengan kesal. "Kan lo juga yang nyuruh gue jelasin tentang Jannah, Mamat!"

"Eh iya ya..." ia tertawa pelan menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya, peace.

"Ya udah yok—"

"Ih! Mau kemana ngajak gue?"

"Lanjut cerita lagi, Maemunah!"

"Lo kok tau nama buyut gue, sih?"

"Aish! Lewati! Ayok lanjut lagi ceritanya."

"Kagak mau gue! Gue mau tidur di kelas. Bhay!"

"Eh, tung—"

"War! Bajul! Ayok weh, bareng." Suara Daffa dari arah lapangan terdengar. Azwar pun segera menyusul mereka yang sudah mulai berjalan ke arah mushola, karna adzan baru saja dikumandangkan.

Di jalan, ia mengingat-ingat informasi yang baru saja ia dapat. Benar-benar kejutan untuk ia yang sekedar kenal Jannah dengan melihat saja. Tunggu aku...