Jakarta, 18 September 20xx
Malam hari yang dingin menyelimuti kota Jakarta, terlihat seorang gadis cantik sedang duduk manis disebuah café yang teletak dipondok indah. Suasana café yang nyaman beserta pot berisi pohon-pohon hijau membuat keadaan café terasa cozy.
Viorella Agatha, nama gadis cantik dengan rambut hitam sebahu, tinggi badan sekitar 165cm dan memiliki kulit putih susu yang sangat halus, jangan lupakan bibir merah ranum dan mata bulat dengan bola mata yang bewarna hazelnut menambahkan kesan kecantikannya. Viorella Agatha atau biasa disapa Atha sedang duduk merenung sembari sesekali menyesap cappuccino hangat miliknya.
"Dellia, lama sekali" gumamnya entah kepada siapa. Melirik kearah jam café di depannya yang kemudian beralih untuk melihat kearah pintu masuk café namun, orang yang ia caripun masih belum terlihat.
Atha menghebuskan nafas kasar kemudian mengambil handphonenya yang berada di atas meja dan mencari sebuah nomor di kontaknya. Disaat Atha yang baru saja ingin menekan call, tiba-tiba saja seorang gadis bersurai pirang panjang, dengan tinggi tubuh sekitar 170cm. Berkulit putih pucat benghampiri Atha.
"Maaf membuatmu menunggu" gadis tersebut menepuk bahu Atha. Atha menolehkan kepalanya kearah gadis yang menepuk bahunya kemudian menaruh handphonenya kembali ke atas meja. "Haist, kau ini ku kira tidak datang" Atha memanyunkan bibirnya.
Gadis tersebut terkekeh "Maaf ya Viorella Agatha. Maafkan Dellia Aurella ini" ucapnya sembari duduk di depan Atha.
Dellia Aurella, merupakah sahabatnya dari sekolah menengah atas sampai saat mereka berkuliah di tempat yang sama. Gadis yang memiliki tubuh tinggi bak model ternama dengan surai pirang panjang serta mata coklat yang dapat membius kaum adam saat menatapnya, di kenal sebagai salah satu gadis di incar di kampus.
Atha terkekeh kemudian tersenyum kearah Delia "Tidak masalah sahabatku tersayang, Delia".
Seorang waiters, lelaki bersurai hitam dengan wajah terlihat ramah segera bergegas menghampiri meja Atha dan Delia tepat setelah Delia duduk. Setelah itu, lelaki itupun menyodorkan sebuah buku menu. Yang langsung di sambut oleh Delia. Atha yang memang sudah memesan sebuah cappuccino-pun menambah seporsi kentang goreng di ikuti oleh Delia yang memesan teh tawar hangat.
Waiter itupun mencatat pesanan mereka sembari menyebut ulang pesanan, kemudian mengambil buku menu dari Dellia dengan sopan dan menjauh dari meja mereka.
"Jadi?" Tanya Delia menatap penasaran kearah Atha.
Atha berdengus "Aku telah selesai dengan Gio". Delia mengerutkan dahinya "Kok bisa ?". Atha menghembuskan nafas kasar "Dia selingkuh".
Delia melotot terkejut "APA? Kok bisa ?".
Atha memutar bola matanya bosan "Ya bisa lah Del, kalau gak bisa gak bakal selingkuh dia".
Delia berdengus kesal "Haist, maksudku kenapa bisa dia selingkuh ? bukankah selama ini hubungan kalian baik baik saja ? dan kau tau dari mana dia selingkuh?".
Atha menekuk bibirnya kebawah "Aku sedang tak ingin membahasnya Del". Dellia menatap Atha dengan pandangan bersedih "Yasudah, sabar ya Tha. Mungkin Tuhan akan kasih kamu yang lebih baik". Dellia mengenggam tangan Atha memberikan semangat.
Atha tersenyum lebar "Tenanglah, aku tak akan menangis karna pria yang berkhianat sepertinya". Delia tersenyum "Ya ya. Baiklah Viorella Agatha".
Atha tersenyum meski dadanya masih sesak. Bohong bila ia mengatakan tak sedih dan tak marah. Atha dan Giovani Alaska atau biasa disapa Gio sudah berpacaran selama empat tahun lamanya, atau lebih tepatnya saat mereka berkuliah di Institut Kesenian Jakarta. Saat itu Atha sebagai anak baru dan Gio kakak tingkatnya, Atha tak pernah melupakannya pertemuan pertama mereka, saat itu ia yang tak tau kelasnya bertanya pada Gio yang kebetulan lewat di lorong kampus. Atha yang pertama kali melihat Giopun langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Terdengar konyol, tapi itulah yang terjadi.
Dan, ya sejak saat itu pula Atha semakin dekat dengan Gio, Giopun terlihat menyukai Atha dan ya kemudian mereka pacaran. Atha dan Gio sendiri berbeda fakultas, Atha yang memilih fakultas seni lukis sedangkan Gio fakultas perfilman. Selama tiga tahun berpacaran dengan Gio, Atha merasa semua begitu normal, sampai satu tahun terakhir tepat saat Gio telah lulus dan bekerja sebagai asisten sutradara, ia susah dihubungi ditambah Atha yang posisinya sedang mengurusi tugas akhirnya itu, membuat komunikasi mereka semakin jarang bahkan pernah satu bulan tidak saling bertukar kabar.
Dan tepat kemarin, Atha yang baru saja selesai mengurus tugas akhirnya itu berniat mengunjungi Gio guna memberitahukannya kabar tersebut, harus menelan pil pahit saat tak segaja melihat sang kekasih sedang berjalan bergandengan dengan wanita lain. Tepat saat itupula ia memutuskan hubungan dengan Gio.
Atha sedih bukan main, bahkan ia yang dikenal sebagai gadis selalu berfikir positif dan ceriapun harus menghabiskan satu hari penuh mengurung diri di kamar karna kejadian tersebut.
Namun, setelah tenang Atha berfikir apabila ia terlalu larut dengan kesedihan dan kemarahan malah membuat dirinya semakin terpuruk bukan ?. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mencoba melepaskan semua yang berhubungan dengan mantan pacarnya tersebut. Meski terkadang kenangan-kenangan Gio teringat di otaknya. Namun, Atha tetap berusaha untuk melupakannya.
Di tengah-tengah obrolan mereka, pelayan lelaki sebelumnya tadi kembali dan membawa pesanan mereka. Dengan hati-hati lelaki tersebut menaruh teh dan kentang goreng di atas meja mereka secara perlahan.
"Terima Kasih" ucap Dellia dan di balas anggukan oleh lelaki tersebut. Lelaki itupun membungkuk sopan guna permisi dan menjauh dari meja mereka.
Atha yang melihat kentang gorengnya telah datangpun dengan segera mengambil satu buah dan dengan cepat mencocolnya pada sebuah sambal dan melahapnya.
"Enak" gumam Atha dengan wajah sumringah. Dellia menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah temannya yang masih ceria seperti biasa.
"Jadi, soal kandasnya hubunganmu dan Gio. Ray tau?". Dellia menaruh cangkir tehnya perlahan. Atha menelan kentang gorengnya, "Aku belum memberitahunya".
Dellia mengangguk, "Kenapa?". Atha masih mengunyah kentang gorengnya, "Ya, kau taukan Ray gimana?, aku takut dia nanti malah memukul Gio yang kemudian malah membuatnya terlibat masalah".
Atha menghentikan ucapannya kemudian mengambil sebuah tissue guna membersihkan tangannya dan menatap Dellia, "Del, beberapa hari lagi aku akan ke Paris".
Dellia yang saat itu tengah menghirup tehnya hampir saja menyembur keluar. Atha yang melihat itupun memekik kaget, "Astaga Dell jorok ih".
Dellia menatap tajam Atha, "Ini gara-gara kau, dua kali kau, bodoh". Atha menatap Dellia polos, "Eh, apa yang ku perbuat memangnya?". Dellia menghela nafas, "Terserah, jadi. Mengapa kau mendadak ke Paris?".
Atha tersenyum lebar, "Mau jujur atau bohong ni jawabannya?". Dellia menatap tajam Atha, ia sudah kehabisan kesabaran. Atha yang melihat itupun cengir kuda.
"Hehe, jangan marah Dell. Aku kan bercanda". Dellia memutar bola matanya kebelakang."Jelaskan".
"Baiklah-baiklah, jadi aku mau ke Paris karna yahh emm mau lihat pameran lukisan Leonardo de Vinci" jawab Atha sembari tersenyum. Dellia mengerutkan dahi, "Terus?".
Atha diam beberapa detik, "Sudah". Dellia berdengus, "Kau tau? Kau tak pintar berbohong. Aku tau kau pasti mau menenangkan diri pasca putus dari Gio kan?". Atha tersenyum kecut ia tak bisa menyembunyikannya dari Dellia. Ya, Dellia benar alasan lain ia ingin ke Paris adalah melupakan Gio, empat tahun bukanlah waktu yang sebentar dan tentu itu akan membuatnya cukup sulit untuk melupakan Gio bila ia masih di ruang lingkup penuh kenangan dengan Gio.
"Ya kau benar hehe, sepertinya aku tak bisa berbohong padamu ya Dell" Atha cengir kuda. Dellia berdengus sedikit kesal karna lagi-lagi sahabatnya itu mau menyimpan masalahnya sendiri. Dellia yang cukup lama berteman dengan Atha sangat tau, Atha yang tipe orang selalu bilang 'baik-baik saja atau tidak apa-apa' depan semua orang tapi di balik itu ia menyimpan wajah sedihnya dan tentu itu membuat Dellia kesal. Bukan kenapa tapi sebagai temannya Dellia ingin membantu, meskipun sebagai pendengar.
"Kau ini, lain kali jangan menyembunyikan apapun. Kalau sedih bilang sedih kalau marah bilang marah jangan tidak apa-apa. Tapi di dalamnya ada apa-apa" gerutuh Dellia. Athaa yang mendengar gerutuhan Delliapun hanya tersenyum tulus "Terima Kasih Del, aku bersyukur punya teman sepertimu".
Dellia tersenyum, "Jangan mengatakan hal itu, kau jadi menjijikkan" ejek Dellia dan di balas kerucutan bibir dari Atha.
"Oh ya Ray tau? Soal Gio dan Paris? Ah tidak, maksudku soal Paris ?" Tanya Dellia menatap lurus ke Atha.
Atha menenguk cappucinonya, "Jangan kasih tau dia". Dellia memutar bola matanya bosan, "Oh Ayolah, kenapa ?". Atha menaruh cangkirnya, "Kau tau kan. Dia itu suka sekali melarangku ini itu. Kalau aku mengatakan aku dan Gio putus aku takut dia akan menghajar Gio seperti yang ku bilang sebelumnya dan bila aku bilang ke Ray bahwa aku mau ke Paris untuk menenangkan diri karna Gio. Kau tau kan apa yang terjadi selanjutnya?". Dellia mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa mengerti.
"Ray akan mengikutimu ke Paris" jawab Dellia.
"Benar" angguk Atha. Dellia menarik nafas dalam "Aku tau itu, Tha aku ingin bertanya sesuatu kepadamu". Atha menatap Dellia dengan menaruh cangkirnya di depan bibirnya, "Boleh". Dellia berdehem sekilas, kemudian menampilkan raut wajah serius kearah Atha, "Kau ada perasaan tidak sama Ray?".
Atha tersedak hampir saja ia menyebur cappuccinonya "Apa?" kagetnya. Dellia masih menatap Atha dengan wajah serius "Ya, maksudku kau ada perasaan suka tidak dengan Ray?".
Atha menaruh cangkir cappucinonya di meja dan mengambil tissue guna mengelap mulutnya, "Astaga Del, haha mana mungkin aku ada perasaan sama Ray. Dia itu sudah ku anggap kakakku sendiri. Kau tau kan maksudku?".
Dellia berdengus kemudian menyenderkan dirinya pada belakang kursi tanpa membalas ucapan dari Atha. "Kasian sekali Ray" batin Dellia.
Rayhan Suderman, merupakan anak tunggal dari keluarga Suderman. Rayhan Suderman atau biasa di sapa Ray, memiliki tubuh tinggi sekitar 178cm dengan kulit kuning langsat khas orang Indonesia, rambut hitam dan bola mata coklat, serta memiliki wajah ramah. Tak heran bila ia menjadi ketua OSIS saat SMA dulu, karna kerpibadiannya yang humble dan ramah membuatnya terkenal di kalangan kaum hawa. Ray merupakan teman baik Atha dan Dellia, sejak sekolah menengah atas Ray menyukai Atha dan Dellia tau itu. Terlihat bagaimana Ray sangat peduli dengan Atha, memberikan perhatian lebih bahkan bila ada lelaki yang mendekati Atha. Ray secara tidak langsung akan memasang wajah mengancam.
Namun, karna Atha yang memang manusia tidak peka. Ia hanya menganggap perlakuan Ray tersebut seperti seorang kakak kepada adik. Dellia selaku teman mereka berduapun terkadang kesal dengan sifat Atha yang tidak peka dan sifat Ray yang lebih memilih mengawasi sebagai bayangan. Apabila ia memiliki panah cinta dari cupid tentu ia akan menembak kearah keduanya.
TBC . ..