"Terima kasih, Han. Kau sudah mau membantuku mempersiapkan setelan pengantin keluarga Berlin." Suara bariton seorang pria terdengar sangat ramah. Farhan mengangguk-angguk dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.
"Tak usah sungkan, Nick. Aku tahu kau sangat sibuk, tapi menolak permintaan keluarga Berlin juga tak mungkin kau lakukan, bukan?" Farhan menyahut dengan senyuman getir. Pria itu tak dapat menyembunyikannya meski sedang berbicara lewat telepon.
"Ya, kau benar, Han. Tapi aku sangat ingin kau merahasiakannya. Aku hanya pergi dua minggu. Kau bertanggung jawab membuat satu buah gaun pesta perayaan pernikahan untuk Nona Kanzia," Nick menyahut lagi.
"Tenang saja, Nick. Aku sudah lama mengenal Kanzia dan aku yang paling tahu apa yang ia sukai."