"Anda tidak perlu tahu, Pak Darma. Saya memilih untuk menikah dengan siapa adalah urusan pribadi saya." Reynand menarik senyumnya. Dia kemudian bangkit berdiri, "Saya harap, Anda dapat mengerjakan tugas sebagai pengacara keluarga Pradipta dengan baik saja dan tidak melenceng dari seharusnya."
Darma balas tersenyum. "Baiklah, Pak Rey. Sebenarnya, saya hanya penasaran dengan wanita yang dapat meluluhkan hati Anda."
Reynand tidak menyahut topik pembicaraan itu lagi. Tangannya terulur mengajak Darma bersalaman. "Terima kasih sudah datang menolong saya," pamitnya mengalihkan pembicaraan.
"Sama-sama, Pak. Itu sudah menjadi kewajiban saya."
Setengah senyum seketika bergulir pada wajah tampan itu. Jabat tangan mereka menjadi tanda perpisahan pada dini hari ini. Reynand dan Darma kemudian meninggalkan kafe dua puluh empat jam dengan pemikiran mereka masing-masing.
***